Skip to main content

وَكَذٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِّيَقُوْلُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنْۢ بَيْنِنَاۗ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَعْلَمَ بِالشّٰكِرِيْنَ   ( الأنعام: ٥٣ )

wakadhālika
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
fatannā
فَتَنَّا
Kami menguji
baʿḍahum
بَعْضَهُم
sebagian mereka
bibaʿḍin
بِبَعْضٍ
dengan sebagian lain
liyaqūlū
لِّيَقُولُوٓا۟
supaya mereka mengatakan
ahāulāi
أَهَٰٓؤُلَآءِ
inikah orang-orang yang
manna
مَنَّ
telah menganugerahi
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
ʿalayhim
عَلَيْهِم
atas mereka
min
مِّنۢ
dari/di
bayninā
بَيْنِنَآۗ
antara kita
alaysa
أَلَيْسَ
bukankah/tidakkah
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
bi-aʿlama
بِأَعْلَمَ
lebih mengetahui
bil-shākirīna
بِٱلشَّٰكِرِينَ
terhadap orang-orang yang bersyukur

Wa Kadhalika Fatannā Ba`đahum Biba`đin Liyaqūlū 'Ahā'uulā' Manna Allāhu `Alayhim Min Bayninā 'Alaysa Allāhu Bi'a`lama Bish-Shākirīna. (al-ʾAnʿām 6:53)

Artinya:

Demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” (Allah berfirman), “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?” (QS. [6] Al-An'am : 53)

1 Tafsir Ringkas Kemenag

Orang-orang musyrik menganggap bahwa kemuliaan hidup dinilai dari sisi materi, seperti dalam kasus yang menjadi sebab turunnya ayat 52 surah ini, maka ayat 53 ini menegaskan bahwa demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka, yaitu orang yang kaya dengan berbagai macam kesuksesannya, dengan sebagian yang lain, yaitu orang yang miskin dengan segala kekurangannya, sehingga mereka, orang yang kaya dan berkuasa itu, berkata dengan penuh kesombongan, "Orang-orang semacam inikah yang status sosialnya rendah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah, yaitu beriman dan mengikutimu?" Allah berfirman untuk meluruskan kekeliruan mereka, "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur kepada-Nya?" Benar adanya, bahwa Allah menganugerahkan berbagai nikmat kepada siapa yang dikehendakiNya. Dengan demikian, kekayaan materi yang dianugerahkan kepada seseorang bukanlah pertanda Allah meridai-Nya.