"Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, 'Ini tidak lain ha-nyalah sihir yang nyata.' Dan mereka berkata, 'Mengapa tidak di-turunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?' Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-laki), Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaima-na kini mereka ragu." (Al-An'am: 7-9).
(7) Ini adalah pemberitahuan dari Allah kepada RasulNya tentang kerasnya penentangan orang-orang kafir, dan bahwa pen-dustaan mereka bukan karena terbatasnya sesuatu yang kamu bawa kepada mereka dan bukan karena kebodohan mereka terha-dapnya, akan tetapi karena kezhaliman dan kedurhakaan. Di dalam-nya tidak ada tipu daya untukmu, FirmanNya, ﴾ وَلَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ كِتَٰبٗا فِي قِرۡطَاسٖ فَلَمَسُوهُ بِأَيۡدِيهِمۡ ﴿ "Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri...," dan mereka pun meyakininya, ﴾ لَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ ﴿ "tentulah orang-orang yang kafir itu berkata," karena kezhaliman dan kesombongan mereka, ﴾ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ﴿ "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata." Bukti mana yang lebih besar daripada bukti ini? Namun demikian mereka mengucapkan ucapan yang buruk, mereka menyombongkan diri di hadapan sesuatu yang konkret di mana orang yang memiliki sedikit akal pun tidak akan menolaknya.
(8) ﴾ وَقَالُواْ ﴿ "Dan mereka berkata," dengan keras kepala yang dilandasi oleh kebodohan dan ketidaktahuan terhadap perkara yang masuk akal, ﴾ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ مَلَكٞۖ ﴿ "Mengapa tidak diturunkan kepada-nya (Muhammad) seorang malaikat?" Mengapa tidak diturunkan bersama Muhammad seorang malaikat yang menolongnya dan membantunya dalam menunaikan tugasnya dengan anggapan da-ri mereka bahwa dia adalah manusia, sementara risalah Allah tidak akan sampai kecuali melalui tangan para malaikat. Allah menjelas-kan rahmat dan kasih sayangNya kepada hamba-hambaNya di mana Dia mengutus -kepada mereka- manusia dari kalangan mereka sendiri, agar keimanan kepada syariat yang dibawanya adalah didasari ilmu, bashirah dan secara ghaib. ﴾ وَلَوۡ أَنزَلۡنَا مَلَكٗا ﴿ "Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat," dengan membawa ri-salah Kami, niscaya iman tersebut tidak didasari oleh pengetahuan terhadap kebenaran dan niscaya iman tersebut hanya didasari de-ngan perkara yang kasat mata, yang iman itu sendiri sama sekali tidak berguna. Itu adalah kalau mereka beriman, namun biasanya mereka tidak beriman dalam keadaan tersebut. Jika mereka tidak beriman, ﴾ لَّقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ ﴿ "tentu selesailah urusan itu," dengan menyegera-kan kebinasaan kepada mereka dan tidak ada penundaan lagi bagi mereka, karena ini adalah sunnatullah yang berlaku pada orang yang meminta turunnya ayat yang diusulkan lalu tidak beriman kepadanya. Pengutusan seorang rasul manusia kepada mereka dengan membawa ayat-ayat yang jelas di mana Allah mengetahui bahwa ia lebih baik dan lebih lembut bagi para hamba disertai pe-nangguhanNya terhadap orang-orang kafir yang mendustakan Allah adalah lebih baik dan lebih berguna bagi mereka, jadi tun-tutan mereka agar malaikat turun adalah lebih buruk bagi mereka jika mereka mengetahui.
(9) Walaupun begitu, seandainya seorang malaikat diutus dan diturunkan, niscaya mereka tidak mampu mengambil ilmu darinya dan mereka tidak kuasa, dan kekuatan mereka yang fana tidak akan memikulnya. ﴾ جَعَلۡنَٰهُ مَلَكٗا لَّجَعَلۡنَٰهُ رَجُلٗا ﴿ "Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki," karena hikmah tidak menuntut selain itu. ﴾ وَلَلَبَسۡنَا عَلَيۡهِم مَّا يَلۡبِسُونَ ﴿ "Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu." Maksudnya, niscaya perkaranya tetap rancu dan campur baur, hal itu karena mereka sendiri yang membuat kerancuan itu atas diri mereka karena mereka sendirilah yang membangun perkara mere-ka di atas kaidah yang rancu dan tidak jelas kebenarannya. Mana-kala kebenaran datang kepada mereka dengan jalan-jalannya yang benar dan kaidahnya yang merupakan kaidahnya yang benar, hal itu tetap tidak menjadi petunjuk bagi mereka walaupun selain me-reka mendapatkan petunjuk darinya. Dosanya adalah dosa mereka, yang mana mereka telah menutup pintu hidayah dari diri mereka dan membuka pintu kesesatan.