Al-Ma'arij Ayat 35
اُولٰۤىِٕكَ فِيْ جَنّٰتٍ مُّكْرَمُوْنَ ۗ ࣖ ( المعارج: ٣٥ )
'Ūlā'ika Fī Jannātin Mukramūna. (al-Maʿārij 70:35)
Artinya:
Mereka itu dimuliakan di dalam surga. (QS. [70] Al-Ma'arij : 35)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mereka yang melaksanakan amal-amal itu dimuliakan di dalam surga dan mereka kekal di dalamnya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Manusia yang mempunyai sifat-sifat di atas akan mendapat balasan surga di akhirat dan orang yang bersifat demikian akan dapat mengikis sifat suka berkeluh kesah dan sifat kikir dari hatinya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian Allah Swt. berfirman:
Dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al-Ma'arij: 34)
Yakni waktu-waktunya, rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan sunat-sunatnya. Pembicaraan dimulai dengan menyebutkan salat dan diakhiri dengan menyebutkannya pula, hal ini menunjukkan perhatian yang besar terhadap masalah salat dan mengisyaratkan tentang kemuliaannya.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam permulaan surat Al-Mu’minun melalui firman-Nya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al-Mu’minun: 1)
Maka di penghujung pembahasannya disebutkan hal yang sama dengan di sini, yaitu firman-Nya:
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni ) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu’minun: 10-11)
Dan dalam surat Al-Ma'arij ini disebutkan oleh firman-Nya:
Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (Al-Ma'arij: 35)
Yakni dimuliakan dengan berbagai macam kenikmatan dan kesenangan surgawi.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka itu dimasukkan ke dalam surga lagi dimuliakan.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Orang-orang yang memiliki sifat-sifat terpuji di atas berada di surga dalam keadaan terhormat dari sisi Allah.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apa-bila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempu-nyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai Hari Pembalasan, dan orang-orang yang takut ter-hadap azab Rabbnya. Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat dirasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan." (Al-Ma'arij: 19-35).
(19-21) Ini adalah sifat manusia yang esensial. Allah سبحانه وتعالى menggambarkan karakter asli manusia dengan sifat berkeluh kesah. Sifat keluh kesah dijelaskan oleh FirmanNya, ﴾ إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعٗا ﴿ "Apa-bila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah," manusia berkeluh kesah manakala ditimpa kemiskinan, penyakit, atau hilangnya benda-benda yang dicintai, seperti hilangnya harta, meninggalnya keluar-ga atau anak, tidak bersabar dan merelakan takdir Allah سبحانه وتعالى. ﴾ وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا ﴿ "Dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir," tidak menginfakkan sebagian yang diberikan Allah سبحانه وتعالى , tidak bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى atas nikmat dan kebaikanNya sehingga manusia bersikap keluh kesah dalam kesusahan dan bersifat kikir ketika berbahagia.
(22-23) ﴾ إِلَّا ٱلۡمُصَلِّينَ ﴿ "Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat," yakni mereka yang disifati dengan sifat-sifat tersebut, di mana bila mereka diberi kebaikan, mereka bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى dan menginfakkan sebagian pemberian Allah سبحانه وتعالى, (sebaliknya) bila mereka tertimpa kesusahan, mereka bersabar dan mengharap-kan pahala dari Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang sifat-sifat me-reka, ﴾ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ دَآئِمُونَ ﴿ "Yang mereka itu tetap mengerjakan shalat-nya," yaitu menjalankan secara kontinu pada waktunya dengan syarat-syarat serta (sunnah-sunnah) yang menyempurnakannya. Tidak seperti orang-orang yang tidak mengerjakannya atau hanya mengerjakan sebagian waktu saja maupun dilakukan secara tidak sempurna.
(24-25) ﴾ وَٱلَّذِينَ فِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ مَّعۡلُومٞ ﴿ "Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu," berupa zakat sedekah, ﴾ لِّلسَّآئِلِ ﴿ "bagi orang (miskin) yang meminta," yaitu orang yang terdorong untuk meminta-minta, ﴾ وَٱلۡمَحۡرُومِ ﴿ "dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)," yakni orang miskin yang tidak meminta-minta pada orang dan tidak disadari oleh orang lain bahwa dia adalah orang miskin, hendaklah orang seperti ini diberi sedekah.
(26) ﴾ وَٱلَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ ﴿ "Dan orang-orang yang mempercayai Hari Pembalasan," yakni, mereka beriman kepada Hari Pembalasan dan Hari Kebangkitan sebagaimana yang dikabarkan Allah سبحانه وتعالى dan para rasul. Mereka meyakini hal itu dan mempersiapkan diri meng-hadapi Hari Akhir serta berusaha untuknya. Membenarkan Hari Pembalasan mengharuskannya membenarkan para rasul serta kitab-kitab yang mereka bawa.
(27-28) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ عَذَابِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya," yaitu takut sehingga mereka meninggalkan segala sesuatu yang mendekatkan mereka pada azab Allah سبحانه وتعالى. ﴾ إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمۡ غَيۡرُ مَأۡمُونٖ ﴿ "Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat di-rasakan aman (dari kedatangannya)," yakni azab yang sangat ditakuti dan diwaspadai.
(29-31) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya," yakni tidak menggunakannya untuk melakukan persetubuhan haram seperti zina, homo, menggauli istri di dubur, menggauli istri ketika sedang haid dan lainnya. Mereka juga men-jaganya untuk tidak dilihat dan disentuh oleh orang yang tidak dibolehkan. Mereka juga meninggalkan perantara-perantara haram yang menyebabkan terjadinya tindakan kekejian, ﴾ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ ﴿ "kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki," yaitu sahaya-sahaya, ﴾ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ﴿ "maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela," dalam menggauli mereka pada tempat-nya. ﴾ فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ ﴿ "Barangsiapa mencari yang di balik itu," yaitu pada selain istri dan budak, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas," yakni orang-orang yang melampaui batas yang telah dihalalkan Allah سبحانه وتعالى hingga menerjang sesuatu yang diharamkan Allah سبحانه وتعالى.
Ayat ini menunjukkan haramnya nikah mut'ah, karena wanita yang dinikahi secara mut'ah bukan dimaksudkan untuk menjadi istri dan bukan pula berstatus budak.
(32) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya," yakni, menjaga dan memeliharanya serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk menu-naikan dan memenuhinya. Ini mencakup seluruh amanat antara hamba dengan Rabbnya seperti tugas-tugas syariat rahasia yang hanya diketahui Allah سبحانه وتعالى semata. Serta amanat-amanat antara hamba dan makhluk lain dalam kaitannya dengan harta dan raha-sia. Perjanjian yang dimaksudkan juga mencakup perjanjian yang dibuat oleh Allah dan perjanjian yang dibuat untuk makhluk atas Allah سبحانه وتعالى, sebab manusia akan dimintai pertanggungan jawab atas janjinya, apakah ia menunaikan dan memenuhinya ataukah seba-liknya dengan menolak dan mengkhianatinya serta tidak menu-naikannya.
(33) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُم بِشَهَٰدَٰتِهِمۡ قَآئِمُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang memberikan ke-saksiannya," yaitu mereka hanya bersaksi atas apa yang diketahui tanpa ditambahi, dikurangi dan disembunyikan. Tidak membela kerabat, teman atau lainnya. Dan maksud dari kesaksian yang di-berikan adalah keridhaan Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى berfirman,
﴾ وَأَقِيمُواْ ٱلشَّهَٰدَةَ لِلَّهِۚ ﴿
"Dan tegakkanlah persaksian karena Allah." (Ath-Thalaq: 2).
﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَۚ ﴿
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun ter-hadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu." (An-Nisa`: 135).
(34) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang memelihara shalatnya," dengan kontinu mengerjakan shalat secara sempurna.
(35) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itu," yang sifat-sifatnya telah disebut, ﴾ فِي جَنَّٰتٖ مُّكۡرَمُونَ ﴿ "(kekal) di surga lagi dimuliakan," yakni Allah سبحانه وتعالى mem-berikan kemuliaan dan nikmat abadi bagi mereka yang diinginkan oleh jiwa dan dipandang nikmat oleh mata. Mereka kekal di dalam surga.
Kesimpulannya, Allah سبحانه وتعالى menyebutkan sifat orang-orang yang berbahagia dan gemar berbuat baik dengan sifat-sifat sempurna dan akhlak terpuji dengan ibadah badan seperti shalat dan kontinu melakukannya serta amalan-amalan hati, seperti takut kepada Allah سبحانه وتعالى yang mendorong untuk berbuat baik, ibadah harta, keya-kinan-keyakinan yang berguna, akhlak terpuji, berlaku baik kepada Allah سبحانه وتعالى dan makhlukNya dengan perlakuan yang baik seperti berbuat adil, menjaga hak-hak mereka, menjaga amanat mereka serta menjaga diri secara sempurna dengan menjaga kemaluan dari segala sesuatu yang dibenci Allah سبحانه وتعالى.