Al-Anfal Ayat 4
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ ( الأنفال: ٤ )
'Ūlā'ika Hum Al-Mu'uminūna Ĥaqqāan Lahum Darajātun `Inda Rabbihim Wa Maghfiratun Wa Rizqun Karīmun. (al-ʾAnfāl 8:4)
Artinya:
Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. [8] Al-Anfal : 4)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Setelah menjelaskan beberapa bentuk amal yang berkaitan dengan hati, anggota tubuh dan harta, Allah menjelaskan bahwa mereka yang memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas itulah orang-orang yang benar-benar beriman, lahir dan batin, yang sempurna lagi mantap imannya. Mereka akan memperoleh derajat-derajat yang tinggi di sisi Tuhannya, sesuai dengan amal mereka. Dan ampunan atas segala dosa mereka serta rezeki yang mulia berupa kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang membahagiakan di akhirat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin yang sejati. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifat-sifat yang dapat diketahui orang lain dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad saw dan meyakini bahwa apa yang dibawa Nabi itu benar, sedang orang itu mengikrarkan semua pengakuannya itu dengan lisan, maka ia wajib mengatakan bahwa ia telah menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di sisi Allah, karena kuasa Allah semata. Kalau Allah berkuasa menciptakan segala macam bentuk kehidupan. Maka Dia berkuasa pula memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Derajat yang tinggi itu, dapat berupa keutamaan hidup di dunia dan dapat berupa keutamaan hidup di akhirat, atau kedua-duanya. Allah berfirman:
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.(at-Taubah/9:20)
Dan firman Allah :
Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain. (al-Anam/6: 165)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Maksudnya, mereka yang menyandang sifat-sifat ini adalah orang-orang yang beriman dengan sesungguhnya.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hadrami, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Yazid As-Saksiki, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Muhammad ibnu Abul Jahm, dari Al-Haris ibnu Malik Al-Ansari, bahwa ia bersua dengan Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bertanya kepadanya, "Bagaimanakah keadaanmu pagi hari ini, hai Haris? Al-Haris menjawab, "Kini aku menjadi orang yang beriman sesungguhnya. Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Pikirkanlah apa yang telah kamu katakan itu, karena sesungguhnya setiap sesuatu itu mempunyai hakikatnya masing-masing. Maka bagaimanakah hakikat imanmu? Al-Haris menjawab, "Aku jauhkan diriku dari duniawi. Aku bergadang di malam hariku (seraya melakukan salat sunat) dan kuhauskan diriku di siang harinya (seraya menjalankan puasa), sehingga seakan-akan diriku melihat 'Arasy Tuhanku tampak jelas, melihat ahli surga yang sedang saling berkunjung di antara sesamanya di dalam surga, dan melihat penduduk neraka sedang menjerit-jerit di dalamnya." Maka Nabi" Saw. bersabda, "Hai Haris, sekarang engkau telah mengetahui, maka tetaplah pada jalanmu," sebanyak tiga kali.
Amr ibnu Marrah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. {Al-Anfal: 4) Sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan dengan bahasa Arab, perihalnya sama dengan ucapanmu, "Fulanun sayyidun haqqan." yakni si Fulan benar-benar seorang yang utama, dan di kalangan kaumnya banyak orang yang diutamakan. Contoh lainnya ialah, "Fulanun tajirun haqqan wafil qaumi tujjarun" yakni si fulan benar-benar seorang pedagang dan di kalangan kaumnya banyak pedagang. Contoh lainnya ialah, "Fulanun sya'irun haqqan wafilqaumisyu'ara" yakni si Fulan benar-benar seorang penyair, di kalangan kaumnya banyak didapat penyair.
Firman Allah Swt.:
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya
Artinya, tempat dan kedudukan serta derajat di dalam surga. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu:
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Ali Imran:163)
Firman Allah Swt.:
...dan ampunan.
Maksudnya, Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan membalas mereka dengan kebaikan-kebaikan.
Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya. Ahli surga itu sebagian mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada sebagian yang lain, maka orang yang berada di atas kedudukan yang tinggi dapat melihat orang yang kedudukannya berada di bawahnya. Akan terapi, orang yang berada di tingkatan bawah tidak mempunyai pandangan bahwa tiada seorang pun yang lebih utama daripada dirinya. Karena itulah di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Sesungguhnya ahli 'Illiyyin (surga yang paling tinggi) benar-benar dapat dilihat oleh orang-orang yang ada di bawah mereka, sebagaimana kalian melihat bintang-bintang yang jauh berada di ufuk langit yang sangat luas. Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, surga 'Illiyyin itu tentu kedudukan para nabi, dan tidak dapat diraih oleh selain mereka." Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, bahkan (termasuk pula) orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul
Di dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para pemilik kitab Sunnah disebutkan melalui hadis Ibnu Atiyyah, dari Abu Said, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya ahli surga itu benar-benar dapat melihat para penghuni kedudukan yang tertinggi sebagaimana kalian melihat bintang-bintang yang jauh berada di cakrawala langit. Dan sesungguhnya Abu Bakar dan Umar termasuk di antara mereka (yang berada pada kedudukan yang tertinggi) serta beroleh kenikmatan (yang berlimpah)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Itulah) orang-orang yang berciri khas seperti tadi (mereka orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya) yang tidak diragukan lagi keimanannya. (Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian) kedudukan-kedudukan di surga (di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia) di surga.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka yang memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah. Dia memberikan perkenan-Nya kepada mereka, mengampuni kesalahan, memberi rezeki yang baik kepada mereka di dunia dan kehidupan yang membahagiakan di akhirat.
6 Tafsir as-Saadi
"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, 'Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.' Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah me-reka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb mereka dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia." (Al-Anfal: 1-4).
Madaniyah
(1) Anfal adalah harta rampasan perang yang Allah berikan kepada kaum Muslimin yang berasal dari harta orang-orang kafir. Ayat-ayat dalam surat ini turun terkait dengan kisah perang Badar, tentang ghanimah (harta rampasan perang) besar pertama kali yang didapatkan kaum Muslimin dari kaum musyrikin, maka di kalangan sebagian kaum Muslimin terjadi sengketa tentangnya, lalu mereka bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentangnya, maka Allah menurun-kan ayat, ﴾ يَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَنفَالِۖ ﴿ "mereka menanyakan kepadamu tentang (pem-bagian) harta rampasan perang," bagaimana ia dibagi dan kepada siapa ia dibagi? ﴾ قُلِ ﴿ "Katakanlah", kepada mereka bahwa anfal itu adalah hak Allah dan RasulNya. Keduanya memberikannya kepada yang dikehendaki, maka kamu tidak berhak menentang ketetapan hukum Allah dan RasulNya. Sebaliknya jika Allah dan RasulNya telah menetapkan hukum, kamu wajib menerima dan menyerahkan perkara kepada keduanya. Dan hal itu masuk ke dalam FirmanNya, ﴾ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ﴿ "Sebab itu bertakwalah kepada Allah", dengan menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. ﴾ وَأَصۡلِحُواْ ذَاتَ بَيۡنِكُمۡۖ ﴿ "Dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu," yakni perbaikilah kebencian, permusuhan, dan persengketaan di antara-mu dengan kasih sayang, hubungan baik, dan saling cinta. Dengan itu kalian bisa bersepakat, dan kebencian, permusuhan, serta per-sengketaan di antara kalian bisa sirna.
Termasuk dalam perbaikan di antara sesama adalah memba-guskan akhlak kepada mereka dan memaafkan mereka yang berbuat salah, karena dengan itu permusuhan dan kebencian yang ada di dalam hati bisa disingkirkan. Perkara yang menggabungkan semua itu adalah Firman Allah, ﴾ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan taatlah ke-pada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." Karena iman mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana orang yang tidak menaati Allah dan RasulNya adalah bukan orang Mukmin, dan barangsiapa yang ketaatannya kepada Allah dan RasulNya berkurang, maka itu karena imannya yang kurang.
(2) Karena iman ada dua bagian, yaitu iman yang sempurna yang menghasilkan pujian dan keberuntungan yang sempurna; dan iman yang selain itu, maka di sini Allah menyebutkan yang pertama yaitu iman yang sempurna, Dia berfirman, ﴾ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Sesung-guhnya orang-orang yang beriman itu." Alif dan lam menunjukkan cakupan terhadap cabang-cabang iman, ﴾ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ ﴿ "ada-lah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka." Yakni takut kepada Allah sehingga ia menahan dirinya dari yang haram, karena bukti ketakutan kepada Allah yang paling besar ada-lah mengendalikan pemiliknya dari dosa-dosa. ﴾ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا ﴿ "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya)." Hal itu karena mereka menyimaknya de-ngan baik dan menghadirkan hati untuk merenungkannya. Dengan itu iman mereka bertambah, karena merenungkan termasuk per-buatan hati, dan juga karena mereka akan menemukan makna yang baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan mengingat apa yang telah mereka lupakan, atau memunculkan keinginan dalam hati mereka kepada kebaikan dan kerinduan kepada kemuliaan Allah, atau memunculkan rasa takut berbuat dosa dan azab Allah, yang semua itu akan menambah keimanan. ﴾ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ ﴿ "Dan kepada Rabb-lah", semata tanpa sekutu bagiNya, ﴾ يَتَوَكَّلُونَ ﴿ "mereka bertawa-kal." Yakni mereka menyandarkan hati mereka kepada Allah dalam mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudaratan, baik da-lam urusan agama maupun duniawi. Mereka percaya bahwa Allah تعالى akan melakukan itu, dan tawakal adalah pendorong kepada seluruh amal, di mana amal itu tidak ada dan tidak sempurna tan-panya.
(3) ﴾ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ ﴿ "(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat", yang fardhu dan yang sunnah, dengan amal-amalnya yang lahir dan yang batin, seperti hadirnya hati yang merupakan inti dan ruh shalat, ﴾ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ﴿ "dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka," yakni nafkah-nafkah wajib seperti zakat, kafarat, nafkah kepada istri, kerabat dan hamba sahaya, dan nafkah sunnah seperti sedekah pada jalan-jalan kebaikan.
(4) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itulah", yang memiliki sifat-sifat di atas adalah ﴾ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ ﴿ "orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya," karena mereka menggabungkan antara Islam dengan iman, antara amal lahir dengan amal batin, antara ilmu dengan amal, dan antara hak Allah dengan hak hamba-hambaNya.
Allah تعالى mendahulukan amalan hati karena ia adalah dasar bagi amalan anggota tubuh sekaligus ia lebih utama darinya. Dan di dalam ayat ini terkandung dalil bahwa iman itu bertambah dan berkurang, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan sebaliknya. Bahwa seorang hamba harus menjaga dan memupuk imannya, dan bahwa perkara pertama yang menghasilkan itu ada-lah mentadaburi dan merenungkan makna Kitabullah. Kemudian Allah menyebutkan pahala orang-orang yang beriman dengan se-benar-benarnya, Dia berfirman, ﴾ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ ﴿ "Mereka akan mem-peroleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb mereka," yakni derajat yang tinggi sesuai dengan ketinggian amal mereka, ﴾ وَمَغۡفِرَةٞ ﴿ "dan ampunan" bagi dosa-dosa mereka ﴾ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ﴿ "serta rizki (nikmat) yang mulia," yaitu apa yang Allah sediakan untuk mereka di Surga dari apa yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah ter-dengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di benak manusia. Ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak sampai pada derajat mereka dalam keimanan, maka walaupun dia masuk surga, namun dia tidak mendapatkan kemuliaan dari Allah yang sempurna seperti yang mereka dapatkan.
Allah تعالى mengemukakan di depan perang besar yang penuh berkah ini sifat-sifat yang selayaknya bagi orang-orang Mukmin untuk melakukannya, karena barangsiapa yang melakukannya ma-ka keadaannya akan lurus dan amalnya akan baik, di mana yang paling besar adalah berjihad di jalanNya.