At-Taubah Ayat 33
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ( التوبة: ٣٣ )
Huwa Al-Ladhī 'Arsala Rasūlahu Bil-Hudaá Wa Dīni Al-Ĥaqqi Liyužhirahu `Alaá Ad-Dīni Kullihi Wa Law Kariha Al-Mushrikūna. (at-Tawbah 9:33)
Artinya:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (QS. [9] At-Taubah : 33)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Bukan saja Dia meninggikan agama Islam, tetapi Dia juga yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk, yakni Al-Qur'an, yang berisi berita-berita yang benar serta bukti-bukti nyata tentang keesaan Allah, dan agama yang benar, yakni sikap keberagamaan yang lurus yang membawa manfaat, baik di dunia maupun di akhirat, untuk diunggulkan atas segala agama baik agama-agama yang lebih dulu ada, maupun agama-agama baru yang diciptakan oleh manusia, walaupun terhadap kenyataan itu orang-orang musyrik tidak menyukai-nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa sebagai jaminan atas kesempurnaan agama, maka diutuslah seorang rasul yaitu Nabi Muhammad saw dan dibekali sebuah kitab suci yaitu Al-Qur'an yang berisi petunjuk yang menjelaskan segala sesuatunya dan mencakup isi kitab-kitab sebelumnya. Agama Islam telah diridai Allah untuk menjadi agama yang dianut oleh segenap umat manusia. Firman Allah swt:
Dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (al-Ma'idah/5: 3)
Agama Islam sesuai dengan segala keadaan dan tempat serta berlaku sepanjang masa sejak disyariatkan sampai akhir zaman. Oleh karena itu, tidak heran kalau agama Islam mendapat sambutan dari segenap umat manusia dan jumlahnya bertambah dengan pesat, sehingga dalam waktu yang singkat sudah tersebar ke segala penjuru dunia, menempati tempat yang mulia dan tinggi.
Meskipun orang musyrik tidak senang atas kenyataan itu, bahkan tetap menghalang-halangi dan kalau dapat menghancurkannya, tetapi kodrat iradat Allah juga yang akan berlaku, tak ada suatu kekuatan apa pun yang dapat menghambat dan menghalanginya. Firman Allah:
(Demikianlah) hukum Allah, yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu. (al-Fath/48: 23)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar.
Petunjuk ialah apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. berupa berita-berita yang benar, iman yang benar, dan ilmu yang bermanfaat. Dan agama yang hak ialah amal-amal yang benar lagi bermanfaat di dunia dan akhirat.
...untuk dimenangkan-Nya atas segala agama.
Yakni atas semua agama lain, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku bagian barat dan bagian timurnya, dan kelak kerajaan umatku akan mencapai semua bagian yang dilipatkan bagiku darinya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Muhammad ibnu Abu Ya'qub, bahwa ia pernah mendengar Syaqiq ibnu Hayyan menceritakan hadis berikut dari Mas'ud ibnu Qubaisah atau Qubaisah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa suatu kabilah dari Bani Muharib melakukan salat Subuh. Setelah mereka menyelesaikan salatnya, salah seorang pemuda mereka berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kelak akan dibukakan bagi kalian belahan timur dan belahan barat bumi ini, dan sesungguhnya orang-orang yang menguasainya dimasukkan ke dalam neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan menunaikan amanat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Amir, dari Tamim Ad-Dari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya perkara ini (agama Islam) akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang hari. Dan Allah tidak akan membiarkan suatu kota pun —tidak pula suatu kampung pun— melainkan dimasuki oleh agama ini. Agama ini memuliakan orang yang mulia dan menghinakan orang yang hina, ia menjadi mulia karena Allah memuliakannya melalui agama Islam, dan menjadi terhina karena Allah menghinakan orang kafir melaluinya.
Tamim Ad-Dari mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah mengenal dengan baik semua orang yang ada di lingkungan keluarganya. Orang yang masuk Islam dari kalangan mereka memperoleh kebaikan, kemuliaan, dan kehormatan, dan orang yang kafir di antara mereka tertimpa oleh kehinaan, dipandang remeh, dan dikenakan jizyah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepadaku Ibnu Jabir, ia pernah mendengar Salim ibnu Amir mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Miqdad ibnul Aswad mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tiada yang tersisa di muka bumi ini suatu rumah pun, baik di kota maupun di kampung melainkan dimasuki oleh kalimah Islam. Islam memuliakan orang yang mulia dan menghinakan orang yang hina. Adapun orang yang ditakdirkan mulia oleh Allah, maka Allah menjadikannya termasuk ahlinya, dan orang yang ditakdirkan hina oleh Allah, maka mereka dihinakan oleh kalimah Islam (yakni tidak mau masuk Islam).
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan pula bahwa:
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Ibnu Aun, dari Ibnu Sirin, dari Abu Huzaifah, dari Addi ibnu Hatim. Abu Huzaifah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Addi ibnu Hatim menceritakan hadis berikut bahwa ia masuk menemui Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Addi, masuk Islamlah kamu, maka selamatlah kamu." Addi menjawab, "Saya telah memeluk suatu agama." Rasulullah Saw. bersabda, "Aku lebih mengetahui agamamu daripada kamu." Addi bertanya, "Benarkah engkau lebih mengetahui agamaku daripada aku sendiri?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, bukankah kamu dari kalangan Raksawiyyah, dan kamu biasa memakan (memungut) upeti kaummu?" Addi ibnu Hatim menjawab, "Memang benar." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya hal itu tidak dihalalkan menurut agamamu." Addi ibnu Hatim mengatakan bahwa Nabi Saw. tidak mengulangi ucapannya itu sehingga ia merasa rendah diri dan malu kepadanya. Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui hal yang menghambatmu untuk masuk Islam. Kamu menduga bahwa agama Islam hanyalah diikuti oleh orang-orang yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan, dan memang dugaan yang serupa telah dilontarkan pula oleh orang-orang Arab. Tahukah kamu Hirah?' Addi ibnu Hatim menjawab, "Saya belum pernah melihatnya, tetapi saya pernah mendengarnya." Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, sesungguhnya Allah akan menyempurnakan urusan ini (agama Islam) sehingga seorang wanita bepergian dari Hirah, lalu melakukan tawaf di Baitullah tanpa ditemani oleh seorang lelaki pun (yakni keadaan atau situasi masa itu sangat aman). Dan sesungguhnya kelak perbendaharaan kerajaan Persia benar-benar akan dibuka (dikuasai oleh kaum muslim). Addi ibnu Hatim berkata, "Apakah yang dimaksud adalah kerajaan Kisra Ibnu Hurmuz?, Nabi SAW Bersabda : Ya, Kisra ibnu Hurmuz, dan sesungguhnya harta benda akan diberikan hingga tidak ada lagi seseorang yang mau menerimanya. Addi ibnu Hatim mengatakan, "Musafir wanita itu memang telah berangkat dari Hirah, lalu melakukan tawaf di Baitullah tanpa ditemani oleh seorang lelaki pun. Dan sesungguhnya aku termasuk salah seorang yang ikut membuka perbendaharaan Kisra ibnu Hurmuz. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, akan terjadi hal yang ketiga, karena Rasulullah Saw. telah menyebutkannya (yakni saat harta benda diberikan, kemudian tiada seorang pun yang mau menerimanya, yang dimaksud ialah dekat hari kiamat. Pent.)."
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'an Zaid ibnu Yazid Ar-Raqqasyi, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Al-Aswad ibnul Ala, dari Abu Salamah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Malam dan siang hari tidak akan lenyap sebelum Lata dan 'Uzza disembah (kembali) Aku (Siti Aisyah r.a.) bertanya.”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menduga bahwa ketika Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an ) dan agama yang benar., hingga akhir ayat.
Hal tersebut memberikan pengertian bahwa segala sesuatunya telah sempurna."Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kelak sebagian dari hal itu (penyembahan kepada berhala) akan terjadi menurut apa yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian Allah mengirimkan angin yang harum, maka matilah semua orang yang di dalam kalbunya terdapat iman (walau) seberat zarrah, dan yang masih hidup adalah orang-orang yang di dalam dirinya tidak terdapat suatu kebaikan pun, maka mereka kembali kepada agama nenek moyang mereka.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dialah yang telah mengutus rasul-Nya) yakni Nabi Muhammad saw. (dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya) Dialah yang meninggikan agama-Nya (atas segala agama) semua agama yang berbeda dengan agama-Nya (walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai) hal tersebut.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dialah Allah yang menjamin penyempurnaan cahaya-Nya dengan mengutus rasul-Nya (Muhammad) dengan membawa bukti-bukti yang jelas dan agama kebenaran (Islam) agar agama ini terangkat tinggi melebihi semua agama sebelumnya. Sungguh Allah pasti akan memenangkan agama-Nya walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai hal itu.
6 Tafsir as-Saadi
"Orang-orang Yahudi berkata, 'Uzair itu putra Allah.' Dan orang-orang Nasrani berkata, 'Al-Masih itu putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perka-taan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, pada-hal mereka hanya disuruh menyembah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dia-lah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur`an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (At-Taubah: 30-33).
(30) Manakala Allah تعالى memerintahkan memerangi Ahli Kitab, Dia menyebutkan dari ucapan mereka yang buruk, yang dapat mendorong orang-orang Mukmin yang mempunyai kecem-buruan membela Rabb dan agamaNya, untuk memerangi mereka dengan sungguh-sungguh dan mengeluarkan segala daya untuk itu, Dia berfirman, ﴾ وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ ﴿ "Orang-orang Yahudi ber-kata, 'Uzair itu putra Allah'." Meskipun ini bukanlah pendapat ma-yoritas mereka, akan tetapi ia diucapkan sekelompok dari mereka. Ini menunjukkan bahwa pada diri orang-orang Yahudi terdapat ke-jahatan dan kebusukan yang membuat mereka mengatakan ucapan yang merupakan kelancangan terhadap Allah dan pelecehan ter-hadap keagungan dan kebesaranNya. Dikatakan bahwa penyebab klaim mereka bahwa Uzair adalah putra Allah adalah manakala para raja menguasai Bani Israil dan mencerai beraikan mereka de-ngan buruk dan membunuh para pembawa Taurat, mereka men-dapati Uzair menghafal Taurat atau menghafal mayoritas darinya, maka Uzair mendiktekan Taurat kepada mereka dari hafalannya dan mereka menulisnya, lalu mereka menganggapnya dengan anggapan yang buruk tersebut.
Dan orang-orang Nasrani berkata Isa, ﴾ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ﴿ "Putra Allah." Allah berfirman, ﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Demikian itulah", ucapan yang mereka ucapkan ﴾ قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ ﴿ "dengan mulut mereka", tanpa berpijak kepada bukti dan dalil, dan barangsiapa tidak peduli dengan apa yang diucapkan, maka tidak heran kalau dia mengucapkan apa pun, karena tidak ada akal dan agama yang mengerem ucapannya. Oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ يُضَٰهِـُٔونَ ﴿ "Mereka meniru", yakni menye-rupai dengan ucapan mereka itu ﴾ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ ﴿ "perkataan orang-orang kafir yang terdahulu." Yakni ucapan orang-orang musyrik bahwa malaikat adalah anak wanita Allah, hati mereka serupa maka ucapan mereka pun sama-sama batilnya. ﴾ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ﴿ "Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?" Ba-gaimana mereka berpaling dari kebenaran murni dan sangat jelas kepada ucapan yang telah nyata kebatilannya.
(31) Ini, walaupun agak mengherankan jika ada umat besar bersepakat mengatakan pendapat yang kebatilannya ditunjukkan oleh pemikiran ringan dan akal yang biasa-biasa saja, akan tetapi hal itu mempunyai sebab yaitu bahwa mereka ﴾ ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ ﴿ "Men-jadikan orang-orang alimnya", yaitu ulama mereka, ﴾ وَرُهۡبَٰنَهُمۡ ﴿ "dan rahib-rahib mereka," yakni ahli ibadah yang berkonsentrasi hanya kepada ibadah ﴾ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ﴿ "sebagai tuhan selain Allah." Para alim dan rahib itu menghalalkan untuk mereka apa yang diharam-kan Allah, lalu mereka mengikutinya, dan mengharamkan untuk mereka apa yang dihalalkan Allah lalu mereka mengikutinya, serta mensyariatkan syariat-syariat dan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan agama para rasul, dan mereka pun mengikutinya. Mereka juga bersikap berlebih-lebihan terhadap syaikh-syaikh dan ahli-ahli ibadah mereka dan mengagungkannya, menjadikan kuburan mereka sebagai tempat-tempat ibadah yang disembah selain Allah, serta dijadikan sebagai tempat untuk menyembelih kurban, berdoa, dan beristighatsah.
﴾ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ﴿ "Dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam." Mereka mengangkatnya sebagai tuhan selain Allah, mereka telah menyelisihi perintah Allah kepada mereka melalui lisan para rasulNya. ﴾ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗاۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ ﴿ "Pa-dahal mereka hanya disuruh menyembah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia." Agar mereka mengikhlaskan ibadah dan ketaatan hanya untukNya, serta mengkhususkanNya dengan kecintaan dan doa, namun mereka mencampakkan perintah Allah dan menyekutukanNya dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentangnya. ﴾ سُبۡحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ﴿ "Maha-suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." Mahasuci, Mahabersih, dan Mahatinggi keagunganNya dari kesyirikan dan kedustaan mereka, sesungguhnya perbuatan mereka itu berarti meremehkan-Nya dan menyifatiNya dengan apa yang tidak layak bagi keagung-anNya, padahal Allah Mahatinggi dalam sifat dan perbuatanNya dari segala yang dinisbatkan kepadaNya yang bertentangan dengan kesucianNya.
(32) Manakala terbukti bahwa tidak ada hujjah atas apa yang mereka katakan, dan tidak ada bukti atas apa yang mereka letak-kan, akan tetapi ia hanyalah ucapan dan kedustaan yang mereka ada-adakan, maka Allah mengabarkan bahwa, ﴾ يُرِيدُونَ ﴿ "mereka berkehendak", dengan ini ﴾ أَن يُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ ﴿ "memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka." Cahaya Allah adalah agamaNya yang dengannya Dia mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Allah menamakannya cahaya karena ia dijadikan sebagai cahaya penerang dalam kegelapan kebodohan dan agama-agama yang batil. Ia adalah ilmu dan amal dengan ke-benaran, sedangkan selainnya adalah kebalikannya. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrikin lain yang menyerupai mereka ingin memadamkan cahaya Allah hanya dengan ucapan mereka yang sama sekali tak berdalil. ﴾ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ ﴿ "Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya", karena itu adalah cahaya yang terang kuat, yang tidak mungkin bagi se-luruh makhluk untuk memadamkannya meski mereka bersatu, sementara yang menurunkannya adalah pemegang ubun-ubun segenap hamba. Dan Dia menjamin menjaganya dari siapa pun yang ingin berbuat jahat kepadanya. Oleh karena itu, Dia berfirman, ﴾ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ﴿ "Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai," dan berusaha dengan keras dalam menolak dan membatalkannya, sesungguhnya usaha mereka tidak akan memu-daratkan kebenaran sedikit pun.
(33) Kemudian Allah تعالى menjelaskan cahaya yang Allah menjamin akan menjaga dan menyempurnakannya, Dia berfirman, ﴾ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ ﴿ "Dia-lah yang telah mengutus RasulNya (de-ngan membawa) petunjuk (al-Qur`an)", yaitu ilmu yang bermanfaat ﴾ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ ﴿ "dan agama yang benar", yaitu amal yang shalih. Apa yang dengannya Allah mengutus Muhammad ﷺ mencakup penjelasan yang haq dengan yang batil dalam nama, sifat, dan perbuatan Allah, dalam hukum dan beritaNya, perintah kepada semua kemaslahatan yang bermanfaat bagi hati, rohani, dan jasmani, mulai dari meng-ikhlaskan ketaatan hanya kepada Allah semata, mencintai dan menyembah Allah, perintah kepada kemuliaan akhlak, kebaikan sifat, amal shalih, dan adab yang bermanfaat, serta larangan ter-hadap apa yang menjadi lawannya, berupa amal dan akhlak yang buruk, yang memudaratkan hati, jasmani, dunia, dan akhirat.
Allah mengutus Muhammad dengan petunjuk dan agama yang benar ﴾ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ﴿ "untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai", yakni agar Dia meninggikannya di atas agama-agama yang lain dengan hujjah dan bukti, pedang dan tombak, meskipun orang-orang musyrik membenci itu, membuat tipu daya dan makar untuk-nya, sesungguhnya makar yang buruk hanya akan membahayakan pelakunya, janji Allah pasti akan Dia laksanakan dan jaminanNya pasti akan Dia tunaikan.