"Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menya-kiti Nabi dan mengatakan, 'Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.' Katakanlah, 'Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang Mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara ka-mu.' Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. Mereka bersumpah kepada kamu dengan (Nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan RasulNya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang Mukmin. Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya Neraka Jahanamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar." (At-Taubah: 61-63).
(61) Yakni di antara orang-orang munafik itu ﴾ ٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱلنَّبِيَّ ﴿ "Ada yang menyakiti Nabi", dengan ucapan buruk, mencelanya dan mencela agamanya. ﴾ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٞۚ ﴿ "Dan mengatakan, 'Nabi memper-cayai semua apa yang didengarnya." Yakni mereka tidak peduli dengan hinaan yang mereka katakan kepada Nabi, kata mereka, "Jika ada ucapan kita yang sampai kepadanya maka kita minta maaf ke-padanya, pasti dia akan memaafkan, karena dia menerima apa saja yang dikatakan kepadanya, tanpa membedakan antara yang benar dan yang dusta.
Maksud mereka –semoga Allah menimpakan keburukan ke-pada mereka–, bahwa mereka tidak mempedulikan dan memper-hatikan hal itu, karena jika ucapan itu tidak didengar Nabi, maka inilah yang mereka cari, jika ia sampai, maka cukuplah dengan meminta maaf dengan cara yang batil. Me-reka telah melakukan keburukan dari banyak sisi:
Yang paling besar adalah, menyakiti Nabi yang hadir untuk memberi hidayah kepada mereka dan mengeluarkan mereka dari kesengsaraan dan kebinasaan kepada hidayah dan kebahagiaan.
Di antaranya adalah, ketidakpedulian mereka dalam hal itu, ia tidak sekedar menyakiti, tapi lebih dari itu.
Di antaranya juga adalah, cibiran mereka terhadap akal Nabi ﷺ yang –kata mereka– tidak bisa membedakan antara yang benar dan yang dusta, padahal Nabi ﷺ adalah orang yang memiliki akal paling sempurna, ilmu paling lengkap, dan pandangan yang paling tajam. Oleh karena itu Allah تعالى berfirman, ﴾ قُلۡ أُذُنُ خَيۡرٖ لَّكُمۡ ﴿ "Katakan-lah, 'Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu'." Yakni menerima siapa yang berkata benar dan baik kepadanya. Adapun berpaling-nya Nabi ﷺ dan tidak menyalahkan kebanyakan orang munafik yang meminta maaf dengan alasan-alasan yang dusta, maka hal itu karena kelapangan akhlaknya, ketidakpeduliannya kepada mereka dan karena mengamalkan Firman Allah تعالى,
﴾ سَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَكُمۡ إِذَا ٱنقَلَبۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡ لِتُعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ فَأَعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ إِنَّهُمۡ رِجۡسٞۖ ﴿
"Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan Nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis." (At-Taubah: 95).
Adapun hakikat apa yang ada di dalam hati dan pikirannya, maka Allah berfirman tentangnya, ﴾ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَيُؤۡمِنُ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Dia ber-iman kepada Allah, mempercayai orang-orang Mukmin", yang benar dan membenarkan, dia mengetahui yang jujur dan yang dusta meskipun dia sering berpaling dari orang-orang yang diketahui kebohongan-nya dan kedustaannya, ﴾ وَرَحۡمَةٞ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡۚ ﴿ "dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu." Karena mereka mengambil petunjuk darinya dan meneladani akhlaknya. Adapun orang-orang yang tidak beriman, maka mereka tidak mau menerima rahmat ini, bahkan mereka menolaknya, maka mereka rugi dunia dan akhirat. ﴾ وَٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ رَسُولَ ٱللَّهِ ﴿ "Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu", dengan perkataan dan perbuatan ﴾ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "bagi mereka azab yang pedih", di dunia dan di akhirat, dan di antara azab yang pedih ada-lah dibunuhnya orang yang menyakiti Nabi dan mencelanya.
(62) ﴾ يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَكُمۡ لِيُرۡضُوكُمۡ ﴿ "Mereka bersumpah kepada kamu dengan (Nama) Allah untuk mencari keridhaanmu." Lalu mereka meng-klaim berlepas diri dari menyakiti Nabi dan lainnya yang mereka lakukan. Tujuan mereka adalah agar kamu ridha kepada mereka. ﴾ وَٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَحَقُّ أَن يُرۡضُوهُ إِن كَانُواْ مُؤۡمِنِينَ ﴿ "Padahal Allah dan RasulNya itu-lah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang Mukmin." Karena seorang Mukmin tidak mendahulukan sesuatu pun di atas ridha Allah dan RasulNya. Ini menunjukkan bahwa iman mereka tidak ada, di mana mereka mendahulukan ridha selain Allah dan RasulNya.
(63) Ini adalah penentangan dan permusuhan kepada Allah, dan Allah telah mengancam orang yang menentangnya dengan FirmanNya, ﴾ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّهُۥ مَن يُحَادِدِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ﴿ "Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan RasulNya," di mana dia berada di jalur dan jalan yang menjauhkan-nya dari Allah dan RasulNya, dengan meremehkan perintah Allah dan melakukan laranganNya, ﴾ فَأَنَّ لَهُۥ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدٗا فِيهَاۚ ﴿ "maka sesung-guhnya Neraka Jahanamlah baginya, dia kekal di dalamnya," dan ﴾ ذَٰلِكَ ٱلۡخِزۡيُ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "itu adalah kehinaan yang besar", yang tiada kehinaan yang lebih buruk dan lebih jelek daripadanya, di mana mereka ke-hilangan nikmat yang kekal, dan meraih azab Neraka Jahim. Kita berlindung kepada Allah dari keadaan mereka.