At-Taubah Ayat 96
يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ ۚفَاِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يَرْضٰى عَنِ الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ ( التوبة: ٩٦ )
Yaĥlifūna Lakum Litarđaw `Anhum Fa'in Tarđaw `Anhum Fa'inna Allāha Lā Yarđaá `An Al-Qawmi Al-Fāsiqīna. (at-Tawbah 9:96)
Artinya:
Mereka akan bersumpah kepadamu agar kamu bersedia menerima mereka. Tetapi sekalipun kamu menerima mereka, Allah tidak akan rida kepada orang-orang yang fasik. (QS. [9] At-Taubah : 96)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Lalu setelah itu mereka akan bersumpah kembali kepadamu agar kamu bersedia menerima mereka bergabung kembali dan mendapat tempat di hatimu. Tetapi sekalipun kamu menerima mereka, sungguh Allah tidak akan rida dan murka kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang fasik dan Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik, yakni mereka yang bergelimang dosa.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menegaskan sekali lagi bahwa kaum munafik itu akan bersumpah dengan nama Allah untuk meminta maaf kepada Rasulullah dan kaum Muslimin agar beliau dan kaum Muslimin rida (senang) kepada mereka serta memaafkan segala kesalahan mereka. Sesudah itu Allah menegaskan, bahwa tidak sepatutnya Rasulullah dan kaum Muslimin senang dan rida kepada kaum munafik, karena Allah sendiri tidak senang kepada kaum yang fasik.
Kemurkaan Allah kepada kaum munafik adalah disebabkan karena keingkaran dan sifat-sifat jelek mereka. Andaikata ada di antara orang-orang mukmin itu orang yang bersimpati, kepada kaum munafik maka orang itu pun akan ditimpa kemurkaan Allah.
Akan tetapi, bila kaum munafik itu bertobat dan memohon ampun kepada Allah serta meninggalkan kemunafikan dan sifat-sifat jelek mereka sebelum ajal mereka tiba, maka Allah akan menerima tobat mereka dan memberikan ampunan atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. memberitahukan bahwa jika orang-orang mukmin rida dengan sikap mereka karena sumpah yang mereka nyatakan kepada orang-orang mukmin:
...maka sesungguhnya Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu.
Yakni menyimpang dari jalan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Fasik artinya 'keluar'. Tikus dinamai hewan yang fasik karena ia keluar dari liangnya untuk menimbulkan kerusakan. Dan dikatakan fasaqatir ratbah apabila buah kurma telah dikeluarkan dari tumpukannya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka akan bersumpah kepada kalian agar kalian rida kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kalian rida kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu) artinya Allah tidak rela kepada mereka dan kerelaan kalian kepada mereka sedikit pun tidak akan bermanfaat buat mereka, karena Allah telah murka kepada mereka.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka melakukan sumpah itu karena sangat menginginkan keridaan kalian terhadap mereka. Apabila kalian tertipu dengan sumpah mereka lalu merelakannya, maka sesungguhnya keridaan kalian yang sepihak itu tidak akan berguna bagi mereka, karena Allah tetap murka kepada mereka disebabkan oleh kefasikan dan keluarnya mereka dari aturan-aturan agama.
6 Tafsir as-Saadi
"Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan udzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah, 'Janganlah kamu mengemukakan udzur, kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta RasulNya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.' Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apa-bila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya me-reka itu adalah najis dan tempat mereka Jahanam, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepa-damu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu." (At-Taubah: 94-96).
(94) Manakala Allah menyebutkan orang-orang munafik yang mampu tetapi tidak mau pergi berperang, dan bahwa mereka tidak memiliki alasan, maka kemudian Dia menyampaikan bahwa mereka akan mengemukakan alasannya ﴾ إِلَيۡكُمۡ إِذَا رَجَعۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡۚ ﴿ "kepada-mu, apabila kamu telah kembali kepada mereka", dari medan perang. ﴾ قُل ﴿ "Katakanlah", kepada mereka, ﴾ لَّا تَعۡتَذِرُواْ لَن نُّؤۡمِنَ لَكُمۡ ﴿ "Janganlah kamu mengemukakan udzur, kami tidak percaya lagi kepadamu", yakni Kami tidak akan mempercayai alasan dustamu. ﴾ قَدۡ نَبَّأَنَا ٱللَّهُ مِنۡ أَخۡبَارِكُمۡۚ ﴿ "(Karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami berita-mu yang sebenarnya." Dan Dia Mahabenar dalam perkataanNya, jadi tiada berguna lagi alasan kalian, karena mereka mengemukakan alasan yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh Allah, dan mustahil mereka benar dalam perkara di mana mereka menye-lisihi berita Allah yang merupakan tingkatan paling tinggi dalam hal kebenaran. ﴾ وَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ ﴿ "Dan Allah serta RasulNya akan melihat pekerjaanmu", di dunia, karena timbangan kebenaran dan kedustaan adalah amal perbuatan, adapun ucapan saja tidak me-nunjukkan hal tersebut. ﴾ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ﴿ "Kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata", yang tiada sesuatu pun yang samar bagiNya. ﴾ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ﴿ "Lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan," baik dan buruknya, Dia akan membalasnya dengan keadilan dan karu-niaNya tanpa menzhalimimu sedikit pun.
(95) Ketahuilah, bahwa orang yang berbuat salah dan dosa mempunyai tiga kemungkinan: Bisa jadi ucapan dan alasannya diterima secara lahir dan batin, lantas dia dimaafkan di mana se-olah-olah dia tidak berdosa [keadaan inilah yang disebutkan di sini terkait dengan orang-orang munafik bahwa alasan mereka tidak diterima dan bahwa telah terbukti keadaan mereka yang busuk dan perbuatan mereka yang buruk].[98] Bisa jadi mereka diberi hukuman dan ta'zir secara fisik atas dosa mereka. Bisa pula mereka tidak di-hiraukan dan tidak diberi hukuman atas perbuatan mereka secara fisik. Kemungkinan yang ketiga inilah yang diperintahkan oleh Allah dalam menyikapi terhadap orang-orang munafik, oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ سَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَكُمۡ إِذَا ٱنقَلَبۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡ لِتُعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ فَأَعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ ﴿ "Ke-lak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka." Jangan salahkan mereka, jangan dicambuk dan jangan dibunuh. ﴾ إِنَّهُمۡ رِجۡسٞۖ ﴿ "Karena sesungguhnya mereka itu adalah najis." Mereka itu adalah kotoran dan sampah, tidak layak untuk diperhatikan, nasihat dan hukuman tidak berguna bagi mereka. ﴾ وَ﴿ "Dan", cukuplah sebagai hukuman ﴾ جَهَنَّمُ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ﴿ "tempat mereka Jahanam, seba-gai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan."
(96) FirmanNya, ﴾ يَحۡلِفُونَ لَكُمۡ لِتَرۡضَوۡاْ عَنۡهُمۡۖ ﴿ "Mereka akan bersum-pah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka." Yakni mereka juga mempunyai maksud yang lain darimu di samping agar kamu ber-paling dari mereka, yaitu mereka ingin agar kamu meridhai mereka seolah-olah mereka itu tidak melakukan dosa apa-apa. ﴾ فَإِن تَرۡضَوۡاْ عَنۡهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَرۡضَىٰ عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡفَٰسِقِينَ ﴿ "Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu." Yakni, maka tidak sepantasnya bagimu hai orang-orang yang beriman meridhai orang yang tidak diridhai Allah, bahkan kamu harus mengikuti Rabbmu dalam sikap ridha dan marah. Perhatikanlah bagaimana Allah تعالى berfirman, ﴾ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَرۡضَىٰ عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡفَٰسِقِينَ ﴿ "Maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu." Dan tidak berkata, "Maka sesungguhnya Allah tidak me-ridhai mereka." Ini untuk menunjukkan bahwa pintu taubat masih tetap terbuka, selama mereka atau siapa pun bertaubat, maka Allah akan mengampuni dan meridhai mereka. Akan tetapi selama me-reka itu tetap fasik, selama itu Allah tidak meridhai mereka karena adanya penghalang bagi ridhaNya, yaitu menyimpangnya mereka dari iman dan ketaatan yang diridhai Allah kepada syirik, nifak, dan maksiat yang dibenci Allah.
Alhasil dari apa yang disebutkan oleh Allah adalah bahwa orang-orang munafik yang tidak berangkat berjihad tanpa alasan, jika mereka meminta maaf kepada orang-orang Mukmin dan me-reka mengaku mempunyai alasan dalam ketidakberangkatannya, maksud orang-orang munafik adalah agar kamu berpaling dari mereka (yakni, membiarkan mereka) dan meridhai serta menerima alasan mereka. Adapun memaklumi dan meridhai mereka, maka janganlah dilakukan, karena mereka tidak memiliki kecintaan dan kehormatan. Adapun berpaling dari mereka, maka orang-orang yang beriman berpaling dari mereka seperti orang-orang Mukmin berpaling dari perkara-perkara buruk dan kotor.
Ayat-ayat ini mengandung penetapan sifat Kalam bagi Allah تعالى pada FirmanNya,
﴾ قَدۡ نَبَّأَنَا ٱللَّهُ مِنۡ أَخۡبَارِكُمۡۚ ﴿
"Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya." (At-Taubah: 94).
Ayat-ayat ini juga mengandung penetapan perbuatan ikhtiari bagi Allah yang terlaksana dengan kodrat dan kehendakNya, seba-gaimana terkandung dalam Firman Allah di atas dan dalam Fir-manNya,
﴾ وَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ ﴿
"Dan Allah serta RasulNya akan melihat pekerjaanmu." (At-Tau-bah: 94).
Allah memberitahukan bahwa Allah dan RasulNya akan me-lihatnya setelah ia terjadi. Dan di dalam ayat ini juga terdapat pe-netapan sifat ridha bagi Allah kepada orang-orang yang baik dan sifat marah serta murkaNya kepada orang-orang fasik.