Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), (QS. [11] Hud : 118)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan jika Tuhanmu wahai Nabi Muhammad yang membimbing dan memberiimu menghendaki, tentu Dia jadikan seluruh manusia menjadi umat yang satu, yakni menganut satu agama, satu keyakinan, atau satu pendapat, tetapi Allah tidak menghendaki demikian, melainkan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih -sebagai wujud keadilan Allah dalam memberikan pahala dan siksa. Meskipun Allah memberi mereka kebebasan memilih, mereka senantiasa tetap berselisih pendapat tentang kebenaran, lantaran mereka mengikuti hawa nafsunya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menjelaskan bahwa kalau Allah menghendaki, maka manusia menjadi umat yang satu dalam beragama sesuai dengan fitrah asal kejadiannya. Sekalipun pada mulanya manusia itu merupakan umat yang satu tidak terdapat perselisihan di antara mereka, tetapi setelah mereka berkembang biak, timbullah keperluan dan keinginan yang berbeda-beda maka timbul pulalah perbedaan dan perselisihan yang tak habis-habisnya, sebagaimana firman Allah: Dan manusia itu dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. (Yunus/10: 19)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir ayat ini tidak diterangkan pada ayat 119.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu) pemeluk agama yang satu (tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat) dalam masalah agama.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kalau Tuhanmu berkehendak, niscaya Dia akan menjadikan seluruh manusia menganut satu agama, tunduk dengan sendirinya kepada Allah, seperti malaikat. Dan alam pun tidak seperti yang ada ini. Tetapi Allah tidak menghendaki yang demikian itu. Allah membiarkan mereka bebas memilih, sehingga terus berselisih paham dalam memahami segala sesuatu, meskipun hal itu adalah masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok kepercayaan seperti iman kepada Allah, malaikat, rasul dan hari kiamat yang sebenarnya tidak boleh diperselisihkan. Mereka berselisih menurut kecenderungan, hawa nafsu dan cara berpikir masing- masing. Tiap-tiap kelompok dari mereka bersikeras dengan pendapatnya dan ajaran nenek moyangnya.