Yusuf Ayat 49
ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ ࣖ ( يوسف: ٤٩ )
Thumma Ya'tī Min Ba`di Dhālika `Āmun Fīhi Yughāthu An-Nāsu Wa Fīhi Ya`şirūna. (Yūsuf 12:49)
Artinya:
Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” (QS. [12] Yusuf : 49)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Setelah musim kemarau itu berlalu, akan datang tahun di mana manusia diberi hujan dengan cukup sehingga tanaman dapat tumbuh subur kembali dan pada masa subur itu mereka bisa memeras kembali anggur sebagai minuman yang lezat lagi segar."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kemudian sesudah berlalu masa kesulitan dan kesengsaraan itu, maka datanglah masa hidup makmur, aman dan sentosa. Di masa itu bumi menjadi subur, hujan turun sangat lebatnya, manusia kelihatan beramai-ramai memeras anggur dengan aman dan gembira. Mereka telah duduk bersantai menikmati buah-buahan hasil kebunnya bersama anak-anak dan keluarganya. Itulah tabir mimpi raja itu saya sampaikan kepadamu untuk saudara sampaikan kepada raja dan pembesar-pembesarnya."
3 Tafsir Ibnu Katsir
Selanjutnya Nabi Yusuf menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa sesudah musim paceklik yang lama itu akan datang tahun-tahun yang subur. Pada tahun-tahun itu banyak hujan turun, seluruh negeri menjadi subur serta menghasilkan panen yang berlimpah, dan orang-orang kembali membuat perasan anggur, buah zaitun, dan lain sebagainya sebagaimana biasanya, mereka juga memeras tebu untuk dijadikan gula. Sehingga sebagian ulama mengatakan bahwa termasuk ke dalam pengertian memeras ialah memerah susu.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan di masa itu mereka memeras anggur.
Bahwa yang dimaksud dengan ya'sirun ialah memerah air susu.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kemudian setelah itu akan datang) yaitu sesudah tujuh tahun musim paceklik itu (tahun yang padanya manusia diberi hujan) yakni hujan yang cukup (dan di masa itu mereka memeras anggur.") dapat memeras anggur dan buah-buahan lainnya karena suburnya musim.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Setelah tujuh tahun masa kering dan gersang itu berlalu, akan datang suatu masa di mana orang-orang mendapat curahan air hujan. Saat itu mereka dapat membuat minuman dari anggur, zaitun dan segala jenis minuman buah."
6 Tafsir as-Saadi
"Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaum-nya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah ke-padaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi.' Mereka menjawab, '(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena'birkan mimpi itu.' Dan ber-katalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada) Yusuf sesudah beberapa waktu lamanya, 'Aku akan mem-beritakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).' (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru), 'Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang ku-rus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.' Yusuf berkata, 'Supaya kamu bercocok tanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk mengha-dapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari bibit gandum yang akan kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang pada-nya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur'." (Yusuf: 43-49).
(44) Mereka dilanda kebingungan, tidak mengetahui takwil mimpi itu sama sekali. ﴾ قَالُوٓاْ أَضۡغَٰثُ أَحۡلَٰمٖۖ ﴿ "Mereka menjawab, '(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong'," mimpi-mimpi yang tidak memiliki hasil apa pun dan tidak mempunyai penakwilan. Ini adalah kemantapan pendapat dari mereka atas perkara yang tidak mereka ketahui dan pengajuan alasan dari mereka dengan sesuatu yang tidak pantas untuk dijadikan alasan. Kemudian, mereka berkata, ﴾ وَمَا نَحۡنُ بِتَأۡوِيلِ ٱلۡأَحۡلَٰمِ بِعَٰلِمِينَ ﴿ "Dan kami sekali-kali tidak tahu mena'birkan mimpi itu", mak-sudnya, kami tidak mampu menafsirkan kecuali hanya mimpi saja. Adapun tentang bunga tidur, yang berasal dari setan atau dari bi-sikan hati (yang mendominasi), maka kami tidak (perlu) menafsir-kannya.
Akhirnya, mereka memadukan antara ketidaktahuan dan ke-tegasan bahwa itu merupakan mimpi-mimpi kosong semata, dengan sikap ujub terhadap diri sendiri, di mana mereka tidak (terus terang) mengucapkan, "Kami tidak mengetahui penakwilannya!"Ini ter-masuk perkara yang tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang menguasai agama dan berakal. Kejadian itu juga merupakan bukti perhatian Allah kepada Yusuf عليه السلام. Seandainya dia langsung mena'birkan kandungan mimpi itu, sebelum ditawarkan oleh raja kepada orang-orang terkemuka dan para ulama negeri itu lalu me-reka tidak mampu menakwilkannya, maka tidak akan menimbul-kan pengaruh yang membekas. Namun, ketika sang raja menyam-paikannya kepada mereka dan akhirnya tidak mampu menjawab, maka sang raja akan benar-benar memikirkannya. Ketika Yusuf berhasil mena'birkannya, maka dia mempunyai kedudukan tinggi di sisi mereka.
Ini sepadan dengan peristiwa saat Allah memperlihatkan keutamaan Adam di atas para malaikat dengan ilmu setelah Allah mengajukan pertanyaan kepada mereka, tapi mereka tidak menge-tahuinya. Kemudian Allah bertanya kepada Adam, maka ia mampu menjelaskan kepada mereka nama-nama segala sesuatu. Melalui itu, terbuktilah kelebihannya.
Sebagaimana Allah memperlihatkan keutamaan manusia yang paling utama Muhammad, di Hari Kiamat kelak, dengan mengil-hamkan makhluk-makhluk untuk memohon syafa'at melalui Adam, kemudian Nuh, selanjutnya kepada Ibrahim, lalu Musa dan beri-kutnya kepada Isa k. Lalu mereka merasa tidak mampu mem-berikannya, kemudian mereka mendatangi Muhammad ﷺ. Beliau pun berkata, "Akulah orangnya, akulah orangnya (yang berhak memberikan syafa'at)[7]." Maka beliau pun mengusahakan syafa'at bagi semua makhluk dan berhasil merengkuh maqam mahmud (kedu-dukan terpuji) yang diincar orang-orang terdahulu dan orang-orang akhir zaman. Mahasuci Dzat yang kelembutanNya tersembunyi dan teliti dalam mencurahkan kebaikan dan kenikmatan bagi orang-orang pilihan dan wali-waliNya.
(45) ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِي نَجَا مِنۡهُمَا ﴿ "Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua", dari dua pemuda tadi, yaitu orang yang bermimpi melihat dirinya memeras anggur untuk dijadikan minuman khamar. Dialah orang yang dititipi pesan oleh Yusuf untuk mengingatkan tentang keadaannya kepada tuannya. ﴾ وَٱدَّكَرَ بَعۡدَ أُمَّةٍ ﴿ "Dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya", maksudnya dan ia mengingat Yusuf beserta peristiwa yang terjadi pada dirinya dalam pena'biran yang dilakukan Yusuf terhadap mimpi mereka berdua serta pesan yang disampaikannya kepada dirinya. Dia pun tahu, bahwa Yusuf akan menyelesaikan penakwilan mimpi ini. (Ingatan-nya tergugah) setelah beberapa waktu lamanya. Dia pun berkata, ﴾ أَنَا۠ أُنَبِّئُكُم بِتَأۡوِيلِهِۦ فَأَرۡسِلُونِ ﴿ "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)", kepada Yusuf, aku ingin menanyakan mimpi itu kepadanya.
(46) Mereka akhirnya mengutusnya. Ia pun menemui Yusuf. Yusuf tidak mencacinya atas kealpaannya. Bahkan langsung menyi-mak pertanyaan yang dia lontarkan kepadanya dan menjawabnya. Dia berseru, ﴾ يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ ﴿ "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya", yaitu sangat jujur dalam ucapan-ucapan dan tindak-tanduknya ﴾ أَفۡتِنَا فِي سَبۡعِ بَقَرَٰتٖ سِمَانٖ يَأۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ عِجَافٞ وَسَبۡعِ سُنۢبُلَٰتٍ خُضۡرٖ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٖ لَّعَلِّيٓ أَرۡجِعُ إِلَى ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴿ "Terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui", karena me-reka benar-benar beranimo untuk mengetahui ta'birnya, yaitu ta'bir sebuah mimpi yang telah membebani pikiran mereka.
(47) Yusuf menakwilkan tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk dan tujuh butir (gandum) yang hijau bahwa itu adalah masa tujuh tahun yang subur. Sedangkan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang kering-kering bahwa itu me-rupakan masa tujuh tahun penuh dengan paceklik. Boleh jadi sisi penjelasan adalah –wallahu a'lam– bahwasanya masa subur dan pa-ceklik menjadi acuan penggarapan tanaman. Apabila terjadi masa kesuburan, maka tanaman dan tetumbuhan menjadi kuat. Peman-dangannya pun indah dan hasil panenannya pun banyak. Sedang-kan pada masa paceklik, keadaan menjadi sebaliknya. Dahulu, pada umumnya sapilah yang digunakan untuk membajak tanah dan mengairi tanaman. Bulir gandum merupakan makanan pokok pa-ling penting dan paling utama. Dia menakwilkan demikian, lantaran adanya relevansi. Dalam menafsirkan mimpi itu kepada mereka, dia memadukan antara penakwilan mimpi dengan petunjuk me-ngenai kebijakan yang harus mereka kerjakan dan persiapan yang mereka lakukan berupa pengelolaan (hasil panen) di musim subur sampai musim paceklik. Ia berkata, ﴾ تَزۡرَعُونَ سَبۡعَ سِنِينَ دَأَبٗا ﴿ "Supaya kamu bercocok tanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa", berturut-turut ﴾ فَمَا حَصَدتُّمۡ ﴿ "Maka apa yang kamu tuai" dari tanaman itu ﴾ فَذَرُوهُ ﴿ "hendaklah kamu tinggalkan", kamu biarkan ﴾ فِي سُنۢبُلِهِۦٓ ﴿ "di bulirnya", karena akan lebih menjamin keawetannya dan akan semakin jarang diperhatikan (sehingga tidak dikonsumsi) ﴾ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تَأۡكُلُونَ ﴿ "kecuali sedikit untuk kamu makan", aturlah [juga] kuantitas makanan kalian di musim-musim subur, hendaknya porsinya sedikit, agar simpanan kalian banyak, kemanfaatannya dan peranannya pun besar.
(48) ﴾ ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ ﴿ "Kemudian sesudah itu akan datang", pasca tujuh musim yang subur ﴾ سَبۡعٞ شِدَادٞ ﴿ "tujuh tahun yang amat sulit", musim-musim paceklik ﴾ يَأۡكُلۡنَ مَا قَدَّمۡتُمۡ لَهُنَّ ﴿ "yang menghabiskan sesuatu yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit)", akan mengha-biskan semua yang kalian simpan meskipun jumlahnya berlimpah ﴾ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تُحۡصِنُونَ ﴿ "kecuali sedikit dari bibit gandum yang akan kamu sim-pan", yaitu yang tidak kalian persiapkan untuk menghadapi musim-musim yang berat.
(49) ﴾ ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ ﴿ "Kemudian setelah itu akan datang", tujuh tahun yang berat ﴾ عَامٞ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعۡصِرُونَ ﴿ "tahun yang padanya manu-sia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur", maksudnya pada tahun itu, curah hujan dan aliran air akan deras. Hasil panen pun melimpah, melebihi kebutuhan pokok mereka se-hingga mereka dapat memeras anggur dan lainnya, sebagai bentuk keberlimpahan makanan mereka. Mungkin saja keterangan nabi Yusuf tentang keberadaan tahun yang subur ini, -padahal tidak di-sebutkan dengan jelas dalam mimpi sang raja-, adalah karena beliau memahami dari penakwilan tujuh tahun yang berat, bahwa tahun berikutnya, kesengsaraan itu akan sirna. Dan sudah diketahui ber-sama, masa paceklik yang berlanjut selama tujuh tahun secara ber-turutan tidak akan hilang (bekasnya) melainkan dengan satu musim yang sangat subur sekali. Kalau tidak demikian, maka prediksi ini tidak ada manfaatnya.
Tatkala utusan sudah kembali ke hadapan raja dan orang-orang, dan memberitahukan pena'biran yang dilakukan oleh Yusuf terhadap mimpi itu, maka mereka takjub mendengarnya dan sangat berbahagia karenanya.