Ar-Ra'd Ayat 24
سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِۗ ( الرعد: ٢٤ )
Salāmun `Alaykum Bimā Şabartum Fani`ma `Uqbaá Ad-Dāri. (ar-Raʿd 13:24)
Artinya:
(sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. (QS. [13] Ar-Ra'd : 24)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Para malaikat masuk untuk memberi mereka selamat, "Selamat sejahtera atasmu. Kamu telah selamat dari segala siksa karena di dunia kamu telah menunjukkan kesabaranmu yang tinggi dalam menaati Allah. Maka alangkah nikmatnya surga tempat kesudahan yang telah Allah sediakan itu.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini, disebutkan bahwa para malaikat mendatangi penghuni surga sambil mengucapkan salam, "Semoga kamu aman dari segala hal yang tidak diinginkan dan ditakuti, yang telah merusak orang-orang selain kamu. Keberuntungan ini kamu peroleh berkat kesabaran dan penderitaan yang kamu alami selama menjalani kehidupan di dunia."
Ibnu Jarir ath-thabari dan Ibnu Abi hatim dari Umamah meriwayatkan bahwa Nabi saw semasa hidupnya sering datang ke makam para syuhada pada setiap permulaan tahun. Di sana beliau membaca ayat tersebut. Hal semacam itu dilakukan pula oleh Abu Bakar, Umar, dan Usman r.a.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun 'Alaikum Bima Sabartum.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Yakni para malaikat masuk ke tempat mereka dari setiap pintu untuk mengucapkan, "Selamat masuk surga," kepada mereka. Dengan kata lain, apabila mereka masuk ke dalam surga, maka para malaikat datang berduyun-duyun mengucapkan selamat atas apa yang telah mereka peroleh dari Allah, yaitu kedudukan yang dekat dengan-Nya, limpahan nikmat dari-Nya, dan masuk ke dalam Darussalam di dekat para siddiqin, para nabi, dan para rasul yang mulia.
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Ma'ruf ibnu Suwaid Al-Harrani, dari Abu Usyanah Al-Mu'afiri, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As-r.a., dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tahukah kalian, siapakah orang-orang yang mula-mula masuk surga dari kalangan makhluk Allah? Mereka (para sahabat) menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang mula-mula masuk surga dari kalangan makhluk Allah ialah kaum fakir miskin Muhajirin, mereka adalah orang-orang yang bertugas membentengi daerah-daerah perbatasan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Seseorang dari mereka mati, sedangkan keperluannya masih tersimpan di dalam dadanya tanpa mempunyai kemampuan untuk melunasinya. Maka Allah berfirman kepada para malaikat yang dikehendaki-Nya, "Datangilah mereka oleh kalian dan ucapkanlah selamat kepada mereka!" Maka para malaikat bertanya, "Kami adalah penduduk langit-Mu dan makhluk-Mu yang terpilih, apakah Engkau perintahkan kami untuk datang kepada mereka untuk mengucapkan selamat kepada mereka?”Allah berfirman, "Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-(Ku) yang menyembah-Ku tanpa mempersekutukan diri-Ku dengan sesuatu pun. Merekalah yang membentengi daerah-daerah perbatasan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seseorang dari mereka mati, sedangkan keperluan (kebutuhan)nya masih tersimpan di dalam dadanya tanpa dapat melunasinya (menunaikannya)." Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, bahwa saat itu juga para malaikat mendatangi mereka dan masuk ke tempat mereka dari semua pintunya seraya mengucapkan:
Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Abul Qasim At-Tabrani meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Rasyidin, dari Ahmad ibnu Saleh, dari Abdullah ibnu Wahb, dari Umar ibnul Haris, dari Abu Usyanah yang telah mendengar dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Golongan yang mula-mula masuk surga adalah kaum fakir miskin Muhajirin yang dengan keberadaan mereka semua hal yang tidak diinginkan terhindarkan, dan apabila mereka diperintahkan, maka mereka tunduk patuh mengerjakannya. Dan sesungguhnya seseorang dari mereka benar-benar mempunyai keperluan kepada sultan yang belum terpenuhi hingga ia mati, sedangkan keperluannya itu masih tersimpan di dalam dadanya. Dan sesungguhnya Allah menyeru surga pada hari kiamat, maka surga datang dengan segala keindahan dan perhiasannya. Lalu Allah berfirman, "Di manakah hamba-hamba-Ku yang telah berperang di jalan Allah, disakiti dalam membela jalan-Ku, dan berjihad di jalan-Ku? Masuklah kalian ke dalam surga tanpa azab dan tanpa hisab.” Maka berdatanganlah para malaikat yang langsung bersujud (kepada-Nya) dan berkata, "Wahai Tuhan kami, kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu sepanjang malam dan siang hari, dan kami selalu menyucikan Engkau, siapakah mereka yang lebih Engkau prioritaskan di atas kami?” Allah Swt. berfirman, "Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang berjihad di jalan-Ku dan disakiti karena membelajalan-Ku.” Maka para malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu seraya mengucapkan, "Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Artah ibnul Munzir, bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki dari kalangan sesepuh yang ada dalam pasukan (kaum muslim) yang dikenal dengan nama Abul Hajjaj. Dia mengatakan bahwa ia duduk di majelis Abu Umamah, dan Abu Umamah mengatakan, "Sesungguhnya orang mukmin itu apabila masuk surga, duduk menyandar di atas dipan-dipannya, sedangkan di hadapannya terdapat dua jajar barisan para pelayan, dan di ujung barisan pelayan terdapat pintu yang dijaga. Kemudian malaikat datang dan meminta izin untuk masuk, maka penjaga pintu berkata kepada pelayan yang ada di dekatnya, 'Ada malaikat datang meminta masuk.' Pelayan itu lalu memberitahukan kepada pelayan lain yang ada di sisinya, bahwa ada malaikat meminta izin untuk masuk, hingga sampailah kepada orang mukmin itu. Maka si orang mukmin berkata, 'Izinkanlah dia masuk.' Lalu pelayan yang ada di dekat orang mukmin itu menyampaikan pesan itu kepada pelayan lain yang ada di dekatnya, hingga sampailah kepada pelayan yang berada di pintu masuk. Maka pelayan yang menjaga pintu membukakan pintunya untuk malaikat itu. Malaikat itu masuk dan mengucapkan selamat, lalu pergi." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Ismail ibnu Ayyasy, dari Artah ibnul Munzir, dari Abul Hajjaj Yusuf Al-Ilhani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah menceritakan hadis ini. Lalu disebutkan hingga akhir hadis.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menziarahi kuburan para syuhada setiap awal tahunnya dan mengucapkan ayat berikut kepada mereka:
Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya kesudahan itu.
Hal yang sama dilakukan pula oleh Abu Bakar, Umar, dan Usman.
4 Tafsir Al-Jalalain
Malaikat-malaikat itu mengucapkan (Kesejahteraan buat kalian) yakni pahala ini (berkat kesabaran kalian) sewaktu kalian di dunia (maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini) akibat dari perbuatan kalian itu.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Para malaikat itu berkata, "Selamat dan damai abadilah untuk kalian, karena kesabaran kalian menahan derita dan cobaan, serta kesabaran kalian dalam memerangi keinginan nafsu." Betapa baiknya akibat yang kalian peroleh ini! Surga yang merupakan negeri kenikmatan.
6 Tafsir as-Saadi
"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang di-turunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat meng-ambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang menghubung-kan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan me-reka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari Wajah Rabbnya, men-dirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga 'Adn yang mereka ma-suk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaikum bima shabartum.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (Ar-Ra'd: 19-24).
(19-20) Allah تعالى berfirman untuk membedakan antara orang-orang yang berilmu dan mengamalkannya dengan orang yang tidak demikian adanya, ﴾ أَفَمَن يَعۡلَمُ أَنَّمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ ٱلۡحَقُّ ﴿ "Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar," lalu dia memahami dan mengamalkannya ﴾ كَمَنۡ هُوَ أَعۡمَىٰٓۚ ﴿ "sama dengan orang yang buta," yang tidak mengetahui kebenaran sehingga tidak mengamalkannya? Perbedaan antara keduanya bak perbedaan antara langit dan bumi. Oleh karenanya, sudah semesti-nya seorang hamba mengingat dan berpikir, siapakah di antara dua macam orang itu yang paling bagus kondisinya dan terbaik peng-hujung kehidupannya, sehingga jalannya diikuti dan dititi di be-lakang golongannya. Namun, tidak setiap orang mengingat-ingat hal yang bermanfaat dan berbahaya baginya.
﴾ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ﴿ "Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran," yaitu orang-orang yang mempunyai akal yang matang dan pemikiran yang sempurna, yang merupakan un-sur penting alam semesta dan keturunan Adam yang terpilih. Jika engkau menanyakan tentang karakteristik mereka, maka engkau tidak akan menjumpai sifat yang lebih baik dari sebutan Allah bagi mereka dengan FirmanNya, ﴾ ٱلَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ ﴿ "orang-orang yang me-menuhi janji Allah," yang telah Allah amanatkan kepada mereka dan mengikat mereka dengan janji itu, berupa pelaksanaan hak-hakNya secara sempurna lagi komplet. Yang dimaksud dengan menepatinya ialah memenuhi hak-haknya dalam bentuk menyem-purnakan dan bersikap tulus terhadapnya. Dan termasuk indikasi pemenuhan hak tersebut, bahwa mereka ﴾ ل َ ا يَنقُضُونَ ٱلۡمِيثَٰقَ ﴿ "tidak merusak perjanjian," perjanjian yang telah mereka tetapkan sendiri dengan Allah. Seluruh akad, perjanjian, sumpah dan nadzar yang telah di-ikrarkan seseorang masuk ke dalamnya. Seseorang tidak termasuk dalam kategori 'ulul albab' (orang-orang yang berakal) yang men-dapatkan pahala besar kecuali dengan melaksanakannya secara utuh, tidak membatalkan dan menguranginya.
(21) ﴾ وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ ﴿ "Dan orang-orang yang meng-hubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan," Hal ini bersifat umum, mencakup seluruh perkara yang diperintahkan oleh Allah untuk dijalin, berupa iman kepadaNya dan kepada Rasul-Nya, mencintaiNya dan mencintai RasulNya, tunduk patuh untuk beribadah kepadaNya semata tanpa menyekutukanNya dengan apa pun, taat kepada RasulNya, menjalin hubungan dengan ayah dan ibu mereka, melalui bakti kepada mereka dengan ucapan dan tindakan, tidak berbuat durhaka kepada mereka, menyambung tali silaturahim dengan kerabat dekat dan handai taulan melalui curah-an sikap baik kepada mereka dalam bentuk ucapan maupun per-buatan, menyambung tali silaturahim antara mereka dengan istri-istri, teman-teman, budak belian dengan memenuhi hak mereka secara penuh lagi sempurna, baik hak agama ataupun hak duniawi. Faktor sebab yang menjadikan seorang hamba menjalin hubungan yang Allah perintahkan untuk diretas, adalah khasyyatullah (rasa takut kepada Allah) dan khawatir terhadap Hari Perhitungan. Atas dasar itu, Allah berfirman, ﴾ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ﴿ "Dan mereka takut kepada Rabb mereka," maksudnya mereka takut kepadaNya. Rasa takut mereka kepada Allah dan kekhawatiran terhadap Hari Perhitungan amalan menghalangi mereka untuk berbuat seenaknya dalam ber-maksiat kepada Allah, atau menyepelekan sebagian dari perintah Allah, lantaran takut terhadap siksaan dan mengharapkan pahala-Nya.
(22) ﴾ وَٱلَّذِينَ صَبَرُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang sabar," terhadap segala perintah dengan menaatinya dan semua larangan dengan menahan diri darinya dan menjauhinya, dan (sabar) terhadap seluruh keten-tuan Allah yang menyakitkan dengan tidak geram terhadapnya, tapi dengan syarat, sabar tersebut mesti ﴾ ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ﴿ "karena mencari Wajah Rabbnya," tidak didorong oleh tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan yang rusak, karena jenis sabar yang bermanfaat ini, yang seorang hamba berusaha mengekang jiwanya karena mencari ridha Rabbnya, berharap dekat kepadaNya serta berhasil menggapai pahalaNya, itulah sabar yang merupakan ciri spesifik orang-orang yang beriman.
Adapun kesabaran yang telah mengalami percampuran yang tujuannya untuk penempaan diri dan bermuara kepada kebangga-an diri, maka ini bisa muncul dari orang yang baik dan orang yang buruk, orang Mukmin dan orang kafir. Kesabaran demikian ini se-cara hakikat tidak terpuji.
﴾ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ ﴿ "mendirikan shalat," dengan memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya, serta hal-hal yang menyempurnakan-nya, baik secara lahiriyah maupun batiniyah. ﴾ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ ﴿ "dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, se-cara sembunyi dan terang-terangan," termasuk di dalamnya infak-infak (pembayaran-pembayaran) yang wajib, seperti zakat, kaffarah, dan infak-infak yang sunnah. Mereka mengeluarkan nafkah di saat dibutuhkan, dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, ﴾ وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ ﴿ "serta menolak kejahatan dengan kebaikan," barang-siapa yang berulah buruk kepada mereka, melalui ucapan atau per-buatan, maka mereka tidak membalas orang itu dengan hal yang sama, justru menyikapinya dengan berbuat baik kepadanya. Mem-beri kepada orang yang bakhil kepada mereka, memaafkan orang yang berbuat aniaya kepada mereka, menjalin hubungan dengan orang yang mengucilkan mereka dan bersikap baik kepada orang yang jahat dengan mereka. Kalau mereka membalas orang yang berbuat jelek kepada mereka dengan kebaikan, maka menurutmu, bagaimana (sikap mereka) dengan orang yang tidak berbuat jelek (kepada mereka)? ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka," adalah orang-orang yang diberi sifat mulia dan perangai yang indah ﴾ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ﴿ "mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)".
(23-24) Allah menjelaskannya (tempat kesudahan yang baik) dengan FirmanNya ﴾ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ ﴿ "(yaitu) surga 'Adn," artinya surga tempat menetap, mereka tidak akan terpisahkan darinya, dan me-reka tidak mengharapkan relokasi ke tempat lain sebagai gantinya. Sebab, mereka tidak menyaksikan ada tempat lain yang lebih baik, lantaran sarat dengan kenikmatan dan kebahagiaan, yang menjadi puncak segala obsesi dan tujuan. Termasuk bagian dari kesem-purnaan kenikmatan dan kebahagiaan pandangan mereka, bahwa ﴾ يَدۡخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۖ ﴿ "mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang-orang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak-cucunya," dari kaum lelaki, perempuan dan pasangan-pasangan mereka, maksudnya suami atau istri mereka. Begitu pula orang-orang semisal mereka, orang yang menyerupai mereka, dan kawan, serta orang-orang yang mereka cintai, semua masuk dalam makna 'pasangan-pasangan dan keturunan-keturunan mereka.'
﴾ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَدۡخُلُونَ عَلَيۡهِم مِّن كُلِّ بَابٖ ﴿ "Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu," untuk menyambut mereka dengan ucapan selamat dan (menyampaikan) karamah Allah untuk mereka. Para malaikat itu mengucapkan, ﴾ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم ﴿ "Keselamatan atasmu," ke-selamatan dan penghormatan dari Allah telah menghampiri kalian dan menjadi milik kalian. Kondisi demikian ini, berimplikasi lenyap-nya segala hal yang dibenci dan munculnya semua yang disukai ﴾ بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ ﴿ "berkat kesabaranmu," kesabaran kalianlah yang mengan-tarkan kalian menuju kedudukan nan tinggi dan surga yang sangat bernilai, ﴾ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ﴿ "maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu," maka sepatutnya orang yang menuluskan dirinya, -dan menurut pandangannya surga mempunyai nilai tinggi-, untuk memperoleh-nya dengan usaha keras, semoga ia ikut meng-ambil bagian dari karakteristik orang-orang yang berakal itu. Semoga, ia bisa beruntung mendapatkan tempat kesudahan tersebut yang menjadi impian manusia dan kebahagiaan jiwa, yang menyatukan berbagai kelezat-an dan kesenangan. Dan untuk hal semacam itu, hendaknya orang-orang beramal dan berlomba-lomba.