Al-Kahf Ayat 108
خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا ( الكهف: ١٠٨ )
Khālidīna Fīhā Lā Yabghūna `Anhā Ĥiwalāan. (al-Kahf 18:108)
Artinya:
mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana. (QS. [18] Al-Kahf : 108)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dengan rahmat Allah yang demikian besar kepada hamba-Nya yang mematuhi ajaran-Nya, mereka akan kekal di dalamnya. Karena nikmat yang demikian banyak dan kepuasan di dalam surga itu mereka tidak ingin pindah dari sana untuk mendapatkan kenikmatan yang lain.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Mereka kekal di dalam surga dan tidak ingin pindah ke tempat lain, karena tidak ada tempat yang lebih mulia dan lebih agung pada sisi mereka kecuali surga Firdaus.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...mereka kekal di dalamnya.
Maksudnya, mereka menetap padanya dan tidak akan pergi darinya selama-lamanya.
...mereka tidak ingin berpindah darinya.
Yaitu mereka tidak memilih tempat selain darinya, dan tidak suka kepada tempat lainnya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam perkataan seorang penyair yang menyebutkan dalam salah satu bait syairnya:
Suwaida buah hatiku, aku tidak menginginkan selainnya, dan tidak pula mencintai yang lainnya.
Firman Allah Swt.:
...mereka tidak ingin berpindah darinya.
Terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa mereka menginginkan surga Firdaus dan menyukainya. Karena sesungguhnya ada suatu pengertian yang mengatakan bahwa seseorang yang tinggal selamanya di suatu tempat akan merasa jenuh dan bosan. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan bahwa sekalipun mereka menetap selamanya di dalam surga Firdaus, mereka tidak ingin berpindah darinya, tidak ingin pula pergi meninggalkannya atau menggantinya dengan tempat yang lain.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin) tidak meminta (berpindah daripadanya) pindah ke tempat yang lain.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka mendapatkan nikmat yang kekal. Mereka pun tidak ingin mencari kenikmatan selainnya.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapatkan Surga Firdaus
sebagai tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah darinya." (107-108).
(107) ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman," dengan hati mereka ﴾
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ﴿ "dan beramal shalih," dengan ang-gota tubuh mereka. Sifat ini mencakup seluruh bagian agama: Akidah, amaliah-amaliah, perkara ushul dan cabang yang zahir maupun batin. Mereka itu -dengan perbedaan tingkatan mereka-, dalam keimanan dan amalan shalih mereka ﴾
لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ ﴿ "mereka mendapatkan Surga Firdaus," mengandung kemungkinan bahwa
yang dimaksud dengan surga-surga Firdaus adalah surga tertinggi, yang berada di tengah dan
paling istimewa. Balasan ini diperuntukkan bagi orang yang telah menyempurnakan keimanan dan
amal shalih. Mereka adalah para nabi dan orang-orang yang didekatkan dengan Allah.
Dan mengandung kemungkinan mengarah kepada pengertian semua hunian di surga, sehingga balasan
ini menyeluruh bagi se-mua orang dari semua tingkatan iman, dari kalangan muqarrabin (orang-orang yang didekatkan kedudukannya kepada Allah), abrar (orang-orang baik) dan orang-orang yang hanya mempunyai amal-an yang
pas-pasan. Semua sesuai dengan keadaannya. Pengertian ini [lebih utama]
dibandingkan yang pertama, karena sisi keumuman-nya dan karena penyebutan kata surga (جَنَّاتٍ) dalam bentuk jamak (plural) yang
dikaitkan dengan Firdaus.
Lafazh Firdaus, mencakup juga makna kebun yang terisi oleh pohon kurma dan pepohonan yang
rimbun. Keterangan ini berlaku pada semua surga. Surga Firdaus merupakan tempat tinggal dan
wahana perjamuan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Manakah bentuk perjamuan yang
lebih mulia, besar, dan agung dibandingkan dengan cara perjamuan ini yang mengandung segala
kenikmatan bagi hati, jiwa dan raga? Di dalamnya terdapat segala yang diinginkan oleh jiwa dan
sedap dipandang mata, berupa hunian-hunian yang elok, taman-taman yang memikat, pohon-pohon yang
berbuah, burung-burung yang berkicauan, makanan-makan-an yang lezat, minuman yang menggugah
minat, wanita-wanita yang cantik, pelayan-pelayan, anak-anak kecil, sungai-sungai yang mengalir,
panorama-panorama yang fantastik, keindahan kasat mata dan maknawi dan kenikmatan yang lestari.
Kenikmatan yang lebih tinggi, utama dan mulia, adalah menikmati kedekatan dengan ar-Rahman,
memperoleh ridhaNya yang merupakan anugerah paling besar di surga, serta menikmati melihat wajah
Allah yang mulia, mendengarkan perkataan Dzat Yang Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ingatlah bentuk perjamuan itu. Alangkah agung, indah, lang-geng, dan sempurnanya! Kenikmatan itu
lebih agung dibandingkan apa yang dideskripsikan oleh seseorang dari seluruh makhluk atau
terbetik dalam hati. Jika para hamba mengetahui sebagian saja, dengan ilmu yang meyakinkan yang
menembus hati mereka, tentulah hati mereka akan melayang-layang mengharapkannya dengan penuh
kerinduan, dan jiwa-jiwa mereka akan terkoyak-koyak karena rasa pedih atas perpisahan dengannya,
benar-benar mereka akan berjalan ke arahnya saja, berbondong-bondong mau-pun sendiri-sendiri.
Mereka tidak akan pernah mengutamakan dunia yang fana, kelezatan yang penuh dengan noda dan akan
pudar ini, tidak melewatkan waktu-waktunya pergi sia-sia dalam keadaan mendatangkan kerugian
(untuk menukarnya), dengan mempertaruhkan setiap detik untuk mendapatkan
kenikmatan selama beribu-ribu tahun lamanya. Akan tetapi, kelalaian begitu merata, keimanan
melemah dan ilmu dangkal, serta niatan layu, maka terjadilah realitas yang ada. Tidak ada daya
dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah Yang Mahatinggi lagi
Maha-agung.
(108) Firman Allah, ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَا ﴿ "Mereka kekal di dalamnya." Ini kelengkapan nikmatnya, di dalamnya terdapat kenikmatan yang sempurna. Termasuk bentuk kesempurnaannya adalah bahwa nik-mat tersebut tidak berhenti ﴾
لَا يَبۡغُونَ عَنۡهَا حِوَلٗا 108 ﴿ "mereka tidak ingin ber-pindah darinya," maksudnya berpindah
dan beralih. Karena mereka tidak melihat kecuali hal yang menakjubkan mereka, menceriakan
mereka, menyenangkan mereka dan membahagiakan mereka. Tidak pernah menyaksikan kenikmatan yang
lebih dari apa yang mereka rasakan.