Al-Kahf Ayat 98
قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ رَبِّيْ جَعَلَهٗ دَكَّاۤءَۚ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّيْ حَقًّا ۗ ( الكهف: ٩٨ )
Qāla Hādhā Raĥmatun Min Rabbī Fa'idhā Jā'a Wa`du Rabbī Ja`alahu Dakkā'a Wa Kāna Wa`du Rabbī Ĥaqqāan. (al-Kahf 18:98)
Artinya:
Dia (Zulkarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar.” (QS. [18] Al-Kahf : 98)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Setelah pembangunan dinding itu selesai, dia bersyukur kepada Allah dan berkata, “Sesungguhnya dinding ini dan kemampuan untuk membuatnya adalah rahmat dari Tuhanku bagi hamba-Nya yang saleh. Dinding ini akan menjadi penghalang dari orang atau bangsa lain yang akan menyerang. Bangunan ini akan terus berdiri tegak sampai waktu yang Allah janjikan. Maka apabila janji Tuhanku tentang keruntuhannya sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya sampai berkeping-keping; dan ketahuilah bahwa janji Tuhanku itu pasti benar dan akan terjadi, karena tidak ada satu pun benda yang tidak hancur pada akhirnya.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Selanjutnya Zulkarnain berkata, "Benteng ini adalah merupakan rahmat karunia dari Tuhanku kepada hamba-Nya, karenanya ia menjadi benteng yang kokoh yang menjaga mereka dari serbuan Yakjuj dan Makjuj. Tetapi apabila telah datang janji Tuhanku tentang keluarnya mereka dari belakang benteng, maka Dia akan menjadikannya hancur luluh lantak rata dengan tanah karena Allah memberi kuasa kepada suatu kaum untuk menghancurkannya, dan janji Tuhanku itu adalah benar tidak dapat diragukan.
Menurut ahli sejarah, ucapan Zulkarnain ini terbukti dengan kasus munculnya raja Jengis Khan yang telah membuat kerusakan di muka bumi dari Timur sampai ke Barat dan mengadakan penyerangan yang menghancurkan benteng besi dan kerajaan Islam di Baghdad. Adapun sebabnya raja Jengis Khan ini mengadakan penyerbuan ke negeri Baghdad, oleh karena Sultan Khuwarazmi dari Bani Saljuk telah membunuh beberapa utusan dan pedagang-pedagang yang diutus dari negerinya. Harta benda mereka dirampas dan diadakan pula serbuan-serbuan ke tapal batas negerinya sehingga menimbulkan kemarahan raja Jengis Khan. Lalu ia menulis surat kepada Sultan Bagdad dengan kata-kata yang pedas sebagai berikut, "Mengapa kamu berani membunuh sahabat-sahabatku dan merampas harta benda perniagaanku. Apakah kamu membangunkan singa yang sedang tidur dan menimbulkan kejahatan-kejahatan yang tersembunyi."
Tidakkah Nabimu memberikan wasiat kepadamu agar tidak berbuat aniaya. Oleh karena itu tinggalkanlah bangsa Turki selagi mereka tidak mengganggu kamu. Mengapa kamu sakiti tetanggamu padahal Nabimu sendiri telah berwasiat untuk menghormati tetangga. Dan inilah wasiatku kepadamu, "Peliharalah baik-baik dan pertimbangkanlah kebijaksanaanmu sebelum timbulnya rasa dendam dan sebelum terbukanya benteng besi. Dan Allah pasti akan menolong setiap orang yang dianiaya, karena itu tunggulah kedatangan Yakjuj dan Makjuj yang akan turun dari tiap-tiap tempat yang tinggi."
"Dari Umu Habibah ra dari Zainab binti Jahsyin ra, bahwa Rasulullah saw pada suatu hari masuk ke rumah istrinya, Siti Zaenab bint Jahsy dan dengan terkejut beliau mengatakan, "La ilaha illallah, celakalah bagi orang Arab dari suatu kejahatan yang telah mendekat, hari ini terbuka dari Benteng Yakjuj dan Makjuj lubang besar seperti ini." Dan beliau melingkarkan ibu jarinya dengan jari telunjuknya. Lalu Zaenab bertanya, "Ya Rasulullah apakah kami akan binasa padahal di kalangan kami terdapat banyak orang-orang yang saleh." Beliau menjawab, "Ya, apabila kejahatan sudah banyak jumlahnya." (Riwayat al-Bukhari)
Sejak hari itu lubang di dalam benteng semakin lama semakin besar. Pada abad ke-7 Hijri, datanglah tentara raja Jengis Khan menyerbu dan menimbulkan berbagai kerusakan di muka bumi terutama di negeri Baghdad.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Zulqarnain berkata, "(bendungan) ini adalah rahmat dari Tuhanku.”
Zulqarnain setelah membangun bendungan (dinding) itu berkata: (bendungan) ini adalah rahmat Tuhanku. (Al Kahfi:98) buat umat manusia, karena bendungan tersebut mendindingi antara mereka (manusia) dengan Ya-juj dan Ma-juj, sehingga Ya-juj dan Ma-juj tidak dapat mengacau dan merusak bumi (tempat manusia tinggal).
...maka bila telah datang janji Tuhanku.
maksudnya apabila telah dekat janji yang benar, yakni hari kiamat.
Dia akan menjadikannya hancur luluh.
Yakni rata dengan tanah. Orang-orang Arab mengatakan sehubungan dengan makna dakka, bahwa naqatun dakka' artinya unta yang tidak ada punuk pada punggungnya sehingga punggungnya rata. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh. (Al A'raf:143)
Yaitu rata dengan tanah.
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh. (Al Kahfi:98) Maksudnya, menjadi jalan seperti semula sebelum dibangun dinding itu. dan janji Tuhanku adalah benar. (Al Kahfi:98) Yakni pasti terjadi.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dia berkata) yakni Zulkarnain, ("Ini) tembok ini atau bendungan ini, atau kemampuan di dalam membangun ini (adalah rahmat dari Rabbku) merupakan nikmat-Nya, sebab tembok ini dapat mencegah Yakjuj dan Makjuj untuk keluar (maka apabila sudah datang janji Rabbku) yakni saat mereka dapat keluar, bila hari kiamat telah dekat. (Dia akan menjadikannya hancur luluh) rata dengan tanah (dan janji Rabbku itu) tentang keluarnya mereka dan peristiwa-peristiwa lainnya (adalah benar)" pasti terjadi.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Setelah selesai membangun dinding, Dzû al-Qarnain berkata sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, "Dinding ini merupakan rahmat dari Tuhanku kepada hamba-hamba-Nya, dan dinding ini akan tetap berdiri tegak sampai datang ketetapan Allah untuk menghancurkannya, hingga menjadi rata dengan tanah. Dan ketetapan Allah itu pasti terlaksana."
6 Tafsir as-Saadi
"Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah
sampai ke tempat terbitnya matahari (sebelah timur) maka dia mendapati
matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang
melindungi-nya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah, dan sungguh ilmu
Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menem-puh suatu jalan (yang lain lagi).
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, maka dia mendapati di hadapan kedua
gunung itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, 'Hai Dzulqarnain,
sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka
dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, su-paya kamu membuat dinding antara kami
dan mereka.' Dzulqar-nain berkata, 'Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya
adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuat-an (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan
mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.' Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain, 'Tiuplah (api itu).' Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti )
api, dia pun berkata, 'Beri-lah aku tembaga (yang mendidih) agar aku
tuangkan ke atas besi panas itu.' Maka mereka tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata, 'Ini (dinding) ada-lah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji
Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu ada-lah benar'." (Al-Kahfi: 89-98).
(89) Maksudnya, ketika sampai di tempat terbenamnya matahari, maka dia
berputar balik menuju tempat terbitnya, melacak sebab kausalitas yang sudah Allah berikan
kepadanya.
(90) Ia pun sampai di tempat terbitnya matahari dan ﴾ وَجَدَهَا تَطۡلُعُ
عَلَىٰ قَوۡمٖ لَّمۡ نَجۡعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتۡرٗا 90 ﴿ "dia mendapati matahari itu
menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari
(cahaya) matahari itu," maksudnya dia menyak-sikan matahari terbit
menyinari segolongan manusia yang tidak mempunyai pelindung dari (pancaran sinar)
matahari, baik lantar-an mereka tidak mempunyai kemampuan membangun tempat-tempat tinggal, yang
bertolak dari ketidakteraturan, keterasingan dan keprimitifan mereka. Atau karena matahari
selalu bersinar di tengah mereka, tidak pernah terbenam [dari pandangan mereka] dalam bentuk yang berarti, seperti yang dijumpai
di daerah Afrika Tenggara. Lalu dia telah mencapai tempat yang pengetahuan peng-huni bumi tidak
dapat menjangkaunya, apalagi sampai dapat me-masukinya dengan raga-raga mereka.
(91) Kendatipun demikian, ini semua berjalan atas takdir Allah dan
ilmuNya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ كَذَٰلِكَۖ وَقَدۡ أَحَطۡنَا بِمَا لَدَيۡهِ خُبۡرٗا
91 ﴿ "Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi (se-gala apa yang ada padanya),"
yaitu dengan kebaikan dan sebab kau-salitas yang agung dan ilmu Kami yang akan selalu bersamanya
kemanapun ia mengarah dan berjalan.
(92-93) ﴾ ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا 92 حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيۡنَ
ٱلسَّدَّيۡنِ ﴿ "Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung." Para ulama tafsir berkata, "Ia pergi dari arah Timur menuju Utara. Maka, ia sampai di tempat antara dua gu-nung, yang dahulu begitu terkenal di masa itu, dua gunung yang menjadi bagian rangkaian pegunungan yang saling berhubungan, dari kiri ke kanan, sampai terhubung dengan lautan, antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia ﴾
وَجَدَ ﴿ 'dan dia mendapati,' di hadapan kedua gunung itu ﴾ قَوۡمٗا لَّا
يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلٗا 93 ﴿ 'suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan,'
lantaran keasingan bahasa mereka dan ketumpulan daya pikir dan hati mereka."
(94) Sungguh, Allah telah memberikan sebab kausalitas ilmiah bagi
Dzulqarnain yang menyebabkannya sanggup mema-hami bahasa mereka dan memaklumi kondisi mereka,
hingga Dzul-qarnain bisa berkomunikasi dengan mereka, dan mereka pun dapat menjalin komunikasi
dengannya. Mereka pun menyampaikan keluhan tentang gangguan dari Ya'juj dan Ma'juj. Mereka
berdua adalah dua bangsa besar dari kalangan Bani Adam. Mereka berkata, ﴾ إِنَّ يَأۡجُوجَ
وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi," dengan tindakan pem-bunuhan, merampas harta (orang lain) dan tindakan buruk lainnya ﴾ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ
خَرۡجًا ﴿ "maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu," hadiah timbal balik ﴾
عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدّٗا 94 ﴿ "supaya kamu membuat dinding antara kami
dan mereka." Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mampu membangun dinding sendiri dan mengetahui
kemampuan Dzulqarnain. Maka mereka menyodorkan bayaran agar dia membuatnya disertai menyampaikan
kepadanya tentang alasan yang mendorong mereka (meminta pertolongan),
yaitu ke-rusakan yang ditimbulkan oleh kaum Ya'juj dan Ma'juj di bumi.
(95) Dzulqarnain bukan tipe orang yang rakus dan gan-drung terhadap
dunia, dan bukan tipe orang yang enggan untuk memperbaiki keadaan rakyatnya. Bahkan orientasinya
adalah me-lakukan perbaikan. Untuk itu, dia menyambut permintaan mereka, karena mengandung
kemaslahatan tanpa meminta timbal-balik. Justru dia bersyukur kepada Allah atas kekuasaan dan
kemampuan yang dimiliki. Dia berkata kepada mereka, ﴾ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيۡرٞ ﴿ "Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik," maksudnya, lebih baik daripada apa yang kalian kerahkan dan berikan kepadaku. Aku hanya minta kalian untuk membantuku dengan kekuatan fisik kalian melalui tangan-tangan kalian ﴾
أَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا 95 ﴿ "agar aku membuatkan dinding antara kamu dan
mereka," yaitu dinding yang akan menghalangi mereka menyeberang kepada kalian.
(96) ﴾ ءَاتُونِي زُبَرَ ٱلۡحَدِيدِۖ ﴿ "Berilah aku potongan-potongan besi," yaitu potongan-potongan besi, maka mereka pun menyerahkannya ke-pada Dzulqarnain ﴾
حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيۡنَ ٱلصَّدَفَيۡنِ ﴿ "hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu," yaitu dua gunung yang di-bangun sebuah dinding di antara keduanya ﴾
قَالَ ٱنفُخُواْۖ ﴿ "berkatalah (Dzulqarnain), 'Tiuplah'," api itu. Maksudnya, nyalakanlah api itu sampai besar dan pergunakanlah alat-alat tiup supaya semakin besar sehingga dapat mencairkan tembaga. Ketika tembaga itu sudah meleleh yang mana dia ingin merekatkannya di antara po-tongan-potongan besi itu ﴾
قَالَ ءَاتُونِيٓ أُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرٗا 96 ﴿ "dia pun berkata, 'Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu'," tembaga yang
meleleh. Kemudian ia menuangkan lelehan tembaga pada potongan-potongan besi itu sehingga dinding
sema-kin kokoh dengan kekokohan yang dahsyat. Orang-orang yang berada di belakangnya terlindungi
dari gangguan Ya'juj dan Ma'juj.
(97) ﴾ فَمَا ٱسۡطَٰعُوٓاْ أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَٰعُواْ لَهُۥ
نَقۡبٗا 97 ﴿ "Maka mereka tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya," maksud-nya tidak ada kemampuan bagi mereka untuk
mendakinya lantar-an sangat tinggi, dan tidak mampu melubanginya karena sangat kokoh lagi kuat.
(98) Setelah dia melakukan tindakan yang indah dan (mem-bangun)
peninggalan yang agung ini, maka dia menisbatkan kenik-matan itu kepada Allah. Dia berkata, ﴾
هَٰذَا رَحۡمَةٞ مِّن رَّبِّيۖ ﴿ "Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku," maksudnya berasal dari keutamaan dan kebaikanNya yang tercurahkan bagiku. Inilah kondisi para khali-fah (penguasa) yang shalih, saat mereka menerima kenikmatan yang agung dari Allah, niscaya rasa syukur, penetapan, dan pengakuan terhadap kenikmatan Allah semakin meningkat. Seperti yang di-katakan oleh Sulaiman عليه السلام ketika singgasana ratu Saba` muncul di hadapannya, padahal jaraknya sangat jauh. Beliau berkata,
﴾ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ ﴿
"Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku apakah aku ber-syukur atau mengingkari (nikmatNya)." (An-Naml: 40).
Berbeda halnya dengan orang-orang yang sombong, takabur, dan congkak di atas bumi ini, kenikmatan-kenikmatan yang besar semakin menambah keburukan dan kesombongan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Qarun tatkala dikaruniai Allah perbendaharaan kekayaan yang (berat) kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sekumpulan orang kuat-kuat. Dia berkata,
﴾ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ ﴿
"Sesungguhnya aku hanya diberi harta karena ilmu yang ada padaku." (Al-Qashash: 78).
Dan FirmanNya, ﴾ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّي ﴿ "Maka apabila sudah datang janji Rabbku," yaitu janji kemunculan Ya'juj dan Ma'juj ﴾
جَعَلَهُۥ دَكَّآءَۖ ﴿ "Dia akan menjadikannya hancur luluh," menghancurkan dinding yang kuat dan kokoh itu sehingga roboh dan rata dengan tanah, ﴾
وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّي حَقّٗا 98 ﴿ "dan janji Rabbku itu adalah benar."