Maryam Ayat 40
اِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْاَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَاِلَيْنَا يُرْجَعُوْنَ ࣖ ( مريم: ٤٠ )
'Innā Naĥnu Narithu Al-'Arđa Wa Man `Alayhā Wa 'Ilaynā Yurja`ūna. (Maryam 19:40)
Artinya:
Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami mereka dikembalikan. (QS. [19] Maryam : 40)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Allah adalah Pencipta segala yang ada, maka semuanya adalah milik-Nya. Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya. Tidak satu pun makhluk yang berhak memilikinya. Semua ciptaan itu pun akan mati dan kemudian hanya kepada Kami mereka dikembalikan untuk menghadapi hisab.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menghibur Nabi Muhammad, meminta Nabi untuk tidak bersedih hati karena kaum musyrik tidak mau beriman dan selalu mendustakannya. Karena mereka kelak akan kembali kepada Allah dan akan dibalas kekafiran mereka dengan balasan yang setimpal karena Kamilah Yang Mahakuasa. Kamilah yang mewarisi bumi dan segala isinya pada hari Kiamat nanti.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Yang Menciptakan makhluk, Raja Yang Mengatur segalanya, semua makhluk akan binasa, dan yang kekal hanyalah Dia Yang Mahatinggi lagi Mahasuci. Tiada seorang pun yang disebut raja, tidak pula ada yang dapat mengatur, bahkan Dia sendirilah Yang Mewarisi semua makhluk-Nya, Yang Mahakekal sesudah mereka lagi Maha Memutuskan di antara mereka. Maka tiada seorang pun yang dianiaya barang sedikit pun, bahkan mereka tidak dianiaya dalam hal yang sekecil nyamuk pun, tidak pula dalam hal yang lebih kecil daripada itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Hudbah ibnu Khalid Al-Qaisi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hazm ibnu Abu Hazm Al-Qat'i, bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat kepada Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman (Gubernur Kufah) yang isinya sebagai berikut: "Amma ba'du (sesudah membaca hamdalah, salawat, dan salam), sesungguhnya Allah telah memastikan atas makhluk-Nya saat Dia menciptakan mereka, bahwa mereka harus mati. lalu Dia menjadikan mereka kembali kepada-Nya. Dan Dia telah berfirman di dalam wahyu yang diturunkan-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an yang benar —yang Dia pelihara dengan seizin-Nya— serta menyuruh para malaikatNya untuk menyaksikannya, bahwa Dia memelihara Kitab-Nya, bahwa sesungguhnya Dia mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya, dan hanya pada-Nyalah mereka dikembalikan."
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi sebagai Taukid atau kata pengukuh (mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di dalamnya) baik yang berakal maupun yang lainnya, yaitu dengan membinasakan mereka (dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan) pada hari kiamat untuk menerima pembalasan.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya Allahlah yang mewariskan alam dengan segala seisinya ini. Dan perhitungan untuk mereka ada pada Allah.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan berilah mereka peringatan tentang Hari Penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian, dan mereka tidak (pula) beriman. Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan." (Maryam: 39-40).
(39-40) Kata اَلْإِنْذَارُ bermakna pemberitahuan tentang hal-hal yang menakutkan dengan nada mengancam dan menyampai-kan tentang sifat-sifatnya. Dan obyek yang paling pantas menjadi bahan peringatan dan ancaman bagi para hamba adalah Hari Penye-salan (Kiamat), saat semua perkara diputuskan dan orang-orang terdahulu sampai generasi terakhir dikumpulkan pada satu tempat. Mereka akan ditanya mengenai amal perbuatan mereka. Maka barangsiapa beriman kepada Allah dan mengikuti para RasulNya, niscaya akan menikmati kebahagiaan, tanpa pernah mengalami penderitaan setelah itu. Sedangkan orang yang tidak beriman serta tidak mengikuti para RasulNya, niscaya akan merasakan hidup celaka tanpa akan pernah mengenyam kebahagiaan setelahnya. Dia merugi atas diri dan keluarganya. Pada saat itu, dia bersedih dan menyesal dengan penyesalan yang membuat kalbu terputus (dari pengharapan) dan menjadikan hati hancur tak karuan. Ada-kah kesedihan yang lebih besar daripada kesedihan lantaran luput dari mendapatkan ridha dan surga Allah, lalu menerima kepastian murka Allah serta dimasukkan ke neraka, dalam keadaan yang tidak memiliki kemungkinan kembali (ke dunia lagi) untuk memu-lai amalan baru dan tidak ada cara lain untuk merubah keadaan dirinya dengan kembali ke dunia? Inilah keadaan yang menyong-song mereka. Sementara di dunia, mereka lalai dari persoalan besar ini. Masalah ini tidak pernah terbetik dalam hati-hati mereka. Kalaupun terngiang-ngiang, maka dalam suasana yang lalai. Kela-laian menyelimuti mereka dengan merata dan keterlenaan telah menguasai diri mereka. Mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak mengikuti para rasul. (Kenikmatan) dunia telah memerdayai mereka. Godaan-godaan syahwat yang akan sirna lagi fana telah menjadi faktor penghalang antara mereka dan keimanan. Dunia beserta isinya, dari permulaan sampai penghujungnya, akan pergi meninggalkan pemiliknya, dan para penghuninya pun berpisah dengannya. Kemudian Allah mengambil alih dunia dan semua isinya, mengembalikan mereka semua kepadaNya. Selanjutnya, Allah memberikan balasan bagi mereka sesuai dengan amal per-buatan, baik berupa kerugian maupun keuntungan mereka di dunia. Barangsiapa melakukan perbuatan baik, hendaklah dia memuji Allah. Sedangkan, orang yang menjumpai amalan selain itu (amalan buruk), janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri saja.
Kitab teragung, paling utama lagi tinggi adalah kitab yang nyata dan peringatan yang bijaksana ini (al-Qur`an), jika disebut-kan kabar-kabar di dalamnya, maka kabar itu adalah kabar yang paling jujur, paling haq dan yang paling mendatangkan manfaat. Jika diketengahkan di dalamnya perintah dan larangan, maka perintah dan larangan itu merupakan perintah dan larangan yang paling agung, dan paling adil serta seimbang. Jika dikemukakan balasan, janji, dan ancaman, maka itu semua merupakan berita yang paling benar dan haq, paling terang dalam menjelaskan kebijak-sanaan, keadilan, dan keutamaan. Apabila disebut-sebut nama-nama para Nabi dan Rasul di dalamnya, maka nama-nama yang disebutkan itu merupakan utusan Allah yang lebih sempurna dan lebih utama daripada yang lain. Oleh karena itu, al-Qur`an kerap memulai dan mengulang-ulangi sejarah para nabi yang mana Allah mengutamakan mereka di atas para nabi yang lain, mengangkat derajat dan menaikkan citra mereka, dengan sebab amal perbuatan yang telah mereka lakukan berupa ibadah kepada Allah, rasa cinta dan bertaubat kepadaNya, menunaikan hak-hak Allah dan hak para hamba, mendakwahi umat manusia agar menuju Allah, bersabar dalam menjalankannya dan (menempatkan mereka pada) kedu-dukan yang mewah dan derajat yang tinggi. Maka, Allah menceri-takan dalam surat ini beberapa nabi; memerintahkan RasulNya, Muhammad untuk menyebut-nyebut mereka, karena dengan mengangkat berita tentang mereka berarti menampakkan pujian kepada Allah dan juga kepada para nabi tersebut, (juga) bermakna menjelaskan karunia dan curahan kebaikanNya buat mereka. Dalam cerita itu, terkandung motivasi untuk beriman kepada me-reka, mencintai mereka serta menjadikan mereka sebagai panutan. Allah berfirman,