Maryam Ayat 50
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِّنْ رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا ࣖ ( مريم: ٥٠ )
Wa Wahabnā Lahum Min Raĥmatinā Wa Ja`alnā Lahum Lisāna Şidqin `Alīyāan. (Maryam 19:50)
Artinya:
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia. (QS. [19] Maryam : 50)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kami limpahkan mereka nikmat dan Kami anugerahkan pula kepada mereka sebagian dari rahmat Kami di dunia dan akhirat, seperti keturunan yang saleh, kenabian bagi anak cucunya, dan lainnya. Kami angkat derajat mereka dan Kami jadikan mereka buah tutur bagi orang-orang sesudahnya sehingga mereka meninggalkan kesan dan nama yang baik dan mulia sepanjang masa.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa hampir semua anak-anak Nabi Ibrahim dan cucu-cucunya diangkat-Nya menjadi nabi dan dilimpahkan kepada mereka rahmat dan karunia-Nya serta memberkahi hidup mereka dengan kesenangan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Mereka semuanya meninggalkan nama yang baik dan mengharumkan serta meninggikan nama Nabi Ibrahim sehingga diakui kemuliaan dan ketinggiannya oleh semua pihak baik dari kalangan umat Yahudi umat Nasrani maupun kaum musyrik sendiri. Ini adalah fakta yang nyata bagi terkabulnya doa Nabi Ibrahim seperti tersebut pada ayat:
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. (asy-Syu`ara`/26: 84)
Wajarlah bila Allah mengangkat derajat dan menamakan dia "Khalilullah" (kesayangan-Nya) seperti tersebut dalam ayat:
Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya). (an-Nisa`/4: 125)
Dan menjadikan bekas telapak kakinya di waktu membangun Ka`bah tempat yang diberkahi, dan disunatkan salat di sana seperti tersebut dalam ayat:
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Kabah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat salat." (al-Baqarah/2: 125)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah buah tutur yang baik. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan Malik ibnu Anas.
Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan 'Aliyyan tiada lain karena semua agama dan millah menyebutkan Ibrahim dengan sebutan dan pujian yang baik.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan Kami anugerahkan kepada mereka) bertiga Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, dan Nabi Yakub (sebagian dari rahmat Kami,) berupa harta benda dan anak-anak (dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi) mereka selalu menjadi pujian dan sanjungan semua pemeluk agama.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Lebih dari kenabian, Kami pun memberikan mereka banyak kebaikan agama dan dunia dengan rahmat Kami. Kami memberikan pula kenangan baik yang abadi kepada mereka melalui buah tutur yang baik lagi terhormat yang selalu menyebut mereka.
6 Tafsir as-Saadi
"Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Qur`an) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sa-ngat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya, 'Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab oleh Dzat Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.' Bapaknya berkata, 'Benci-kah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim. Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.' Ibrahim berkata, 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku.' Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka, dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami, dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi." (Maryam: 41-50).
(41) ﴾ وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ إِبۡرَٰهِيمَۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقٗا نَّبِيًّا 41 ﴿ "Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Qur`an) ini. Sesung-guhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi." (Dalam ayat ini) Allah memadukan dua sifat bagi Ibrahim yaitu shiddiqiyah (kejujuran yang banyak) dan nubuwwah (kenabian). Shiddiq maknanya orang yang banyak kejujurannya. Beliau jujur dalam ucapan-ucapan, tindak-tanduk serta semua dinamika ke-hidupannya, mempercayai segala yang diperintahkan oleh Allah untuk dipercayai. Sifat semacam ini menuntut keberadaan ilmu yang agung yang mengakar di hati, yang membekaskan pengaruh padanya, lagi mengharuskan keyakinan dan amal shalih. Dan Nabi Ibrahim عليه السلام adalah nabi terbaik setelah Nabi Muhammad ﷺ. Beliau merupakan bapak moyang ketiga dari tiga komunitas yang mulia, lantaran Allah memberikan anugerah kenabian dan kitab kepada anak keturunannya. Beliaulah yang mendakwahi umat manusia agar kembali kepada Allah, bersabar atas siksaan pedih yang beliau alami, menyeru keluarga dekat serta kerabat yang jauh dan tekun dalam mengajak ayahnya (ke jalan yang benar) dengan mengerahkan segala kemampuannya.
(42) Allah menceritakan pembicaraannya dengan sang bapak. Allah berfirman, ﴾ إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ ﴿ "Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya," dengan nada mendiskreditkan peribadatan kepada patung yang dilakukan oleh bapaknya ﴾ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا يُغۡنِي عَنكَ شَيۡـٔٗا 42 ﴿ "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun," maksudnya kenapa bapak menyembah berhala-berhala yang memiliki kekurangan secara fisik dan perbuatannya; sehingga ia tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, dan juga tidak memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat dan (menyelamatkan para penyembahnya) dari bahaya. Bahkan tidak memiliki kesanggupan sama sekali untuk memberikan manfaat untuk dirinya sendiri dan tidak memiliki kekuasaan sedikit pun untuk menolak malapetaka. Keterangan ini merupakan bukti nyata yang kasat mata yang me-nunjukkan bahwa menyembah sesuatu yang memiliki kekurangan secara fisik dan perbuatannya, merupakan tindakan jelek menurut akal dan syari'at. Dan peringatan dan isyaratnya menunjukkan bahwa yang wajib dan pantas untuk disembah adalah Dzat yang memiliki kesempurnaan, yang para hamba tidak memperoleh ke-nikmatan kecuali berasal dariNya, dan tidak sanggup menghalangi (bahaya) dari mereka kecuali Dia. Dan Dia-lah Allah تعالى.
(43) ﴾ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ ﴿ "Wahai bapakku, sesung-guhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu," maksudnya wahai bapakku, janganlah engkau menghinaku dengan mengatakan, "Aku ini adalah putramu, dan engkau memiliki ilmu yang tidak aku miliki." Justru Allah telah memberikan kepadaku ilmu yang tidak diberikan kepadamu. Yang dimaksud dengan ayat ini adalah perkataannya, ﴾ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ صِرَٰطٗا سَوِيّٗا 43 ﴿ "maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus," yaitu ber-ibadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan me-naatiNya dalam segala kondisi.
Dalam kisah ini nampak jelas kelembutan dan keluwesan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Beliau tidak menga-takan, "Wahai bapakku, aku ini orang berilmu sedangkan engkau orang jahil," atau (dengan berkata, "Engkau tidak mempunyai ilmu sedikit pun." Akan tetapi, beliau menggunakan bentuk ungkapan [yang memberikan pengertian] bahwa aku dan engkau mempunyai ilmu, dan bahwa ilmu yang telah sampai kepadaku belum sampai dan belum datang kepadamu, maka engkau (wahai bapakku) wajib mengikuti dan tunduk kepada hujjah.
(44) ﴾ يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ ﴿ "Wahai bapakku, janganlah kamu me-nyembah setan," karena orang yang menyembah selain Allah, maka sungguh dia telah menyembah setan, sebagaimana Allah berfirman,
﴾ أَلَمۡ أَعۡهَدۡ إِلَيۡكُمۡ يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعۡبُدُواْ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ 60 ﴿
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu." (Yasin: 60).
﴾ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيّٗا 44 ﴿ "Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah (Rahman)," maka barangsiapa yang meng-ikuti langkah-langkah setan, berarti telah menjadikan setan sebagai pelindungnya dan telah berbuat kemaksiatan kepada Allah, layak-nya perbuatan setan. Pada penyandaran kata اَلْعِصْيَانُ (maksiat) kepada nama اَلرَّحْمٰنُ, mengandung makna isyarat bahwa perbuatan maksiat itu berpotensi menghalangi seorang hamba dari rahmat Allah dan menutup pintu-pintu rahmat baginya. Sebagaimana hal-nya, amalan ketaatan menjadi faktor terkuat untuk mendapatkan rahmat Allah.
(45) Oleh karenanya, Nabi Ibrahim mengatakan,﴾ يَٰٓأَبَتِ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٞ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ ﴿ "Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir, kamu akan ditimpa azab dari Dzat Yang Maha Pemurah," yaitu dengan sebab tindakanmu berulang-ulang dalam kekufuran dan tindakan-mu yang terus menerus tenggelam dalam melampaui batas ﴾ فَتَكُونَ لِلشَّيۡطَٰنِ وَلِيّٗا 45 ﴿ "sehingga kamu menjadi kawan bagi setan," di dunia dan akhirat. Akibatnya, engkau akan menempati kedudukannya yang tercela, menjalani kehidupan pada wilayah kekuasaannya yang buruk. Nabi Ibrahim menempuh cara bertahap dalam mendakwahi bapaknya dengan memulai dengan cara paling lunak lalu cara-cara terlunak (setelahnya). (Pertama) Ibrahim memberitahukan tentang ilmunya seraya berkata, "Keunggulan ilmu itu menuntut ayah untuk mengikutiku, jika engkau menaatiku, maka engkau telah mendapat-kan petunjuk ke jalan yang lurus." Setelah itu, Ibrahim melarang bapaknya menyembah setan serta memberitahukan akibat-akibat buruknya. Selanjutnya (yang kedua), beliau mengingatkan bapak-nya tentang azab dan siksa Allah, jika sang bapak tetap seperti itu, dan bahwa dia akan menjadi teman setan.
(46) Namun, dakwah ini tidak mempan bagi bapaknya yang celaka itu. Bahkan dia meresponsnya dengan jawaban orang yang jahil. Bapaknya mengatakan, ﴾ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنۡ ءَالِهَتِي يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُۖ ﴿ "Apakah kamu benci kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?" Dia membanggakan diri dengan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan berhala, lalu mencela Ibrahim karena benci kepada tuhan-tuhan ini. Sikap ini termasuk bentuk kebodohan yang parah dan kekufuran yang begitu buruk. Dia memuji diri sendiri dengan peribadatannya ke-pada setan dan (ditambah dengan) menyeru kepadanya. ﴾ لَئِن لَّمۡ تَنتَهِ ﴿ "Jika kamu tidak berhenti," maksudnya berhenti dari mencela tuhan-tuhanku dan tidak berhenti mendakwahiku kepada peribadahan kepada Allah ﴾ لَأَرۡجُمَنَّكَۖ ﴿ "maka niscaya kamu akan kurajam" yaitu di-bunuh dengan batu ﴾ وَٱهۡجُرۡنِي مَلِيّٗا 46 ﴿ "dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama," maksudnya, janganlah engkau mengajakku berbicara dalam waktu yang lama.
(47) Maka Ibrahim menanggapinya dengan tanggapan para hamba Allah ketika berbicara dengan orang-orang jahil, dan tidak mencelanya. Bahkan sebaliknya bersabar dan tidak membalas perkataan bapaknya dengan sesuatu yang tidak disukainya. Ibrahim mengatakan, ﴾ سَلَٰمٌ عَلَيۡكَۖ ﴿ "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu," maksudnya engkau selamat dalam perbincanganku dengan ayah, yaitu terhindar dari celaanku, hinaanku, dan segala yang engkau benci ﴾ سَأَسۡتَغۡفِرُ لَكَ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِي حَفِيّٗا 47 ﴿ "aku akan meminta ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku," mak-sudnya saya akan senantiasa memohonkan hidayah dan ampunan kepada Allah buat ayah, agar Allah memberikan hidayah kepada ayah untuk memeluk Islam yang akan menjadi penyebab datang-nya ampunan. ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ بِي حَفِيّٗا ﴿ "Sesungguhnya Dia sangat baik kepa-daku," maksudnya Dia (Allah) sangat sayang kepadaku, sangat perhatian kepadaku. Beliau terus saja memohonkan ampun buat bapaknya, berharap Allah berkenan memberikan petunjuk. Sete-lah jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, dan bahwasanya ia tidak akan memberikan manfaat sama sekali buat ayahnya, maka Ibrahim berhenti memohonkan ampun baginya dan berlepas diri dari bapaknya.
Allah telah memerintahkan kepada kita sekalian agar meng-ikuti millah (ajaran) Ibrahim. Di antara bentuk mengikuti ajaran Ibrahim, adalah mengikuti metode beliau dalam berdakwah ke jalan Allah, yaitu dengan ilmu, hikmah, lemah-lembut dan (dengan metode yang) memudahkan, menempuh satu tahapan ke tahapan berikutnya, bersabar dalam menjalankan dakwah dan tidak bosan, bersabar terhadap segala gangguan dari orang lain yang menimpa seorang da'i, baik berupa perkataan atau perbuatan, membalasnya dengan pemberian maaf, atau bahkan dengan berlaku baik, dengan perkataan ataupun perbuatan.
(48) Setelah merasa putus asa dari kaum dan bapaknya, Ibrahim mengatakan, ﴾ وَأَعۡتَزِلُكُمۡ وَمَا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ﴿ "Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah," yaitu dari kalian dan arca-arca kalian ﴾ وَأَدۡعُواْ رَبِّي ﴿ "dan aku akan berdoa kepada Rabbku." Ini mencakup doa ibadah dan doa mas'alah (doa permohonan). ﴾ عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّي شَقِيّٗا 48 ﴿ "Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku," maksudnya semoga Allah membahagiakanku dengan mengabulkan doaku dan menerima amalan-amalanku. Ini adalah kewajiban (yang mesti ditempuh oleh) orang yang merasa putus asa dari (respon) orang-orang yang menjadi obyek dakwahnya, (mereka justru mengikuti hawa nafsu, nasihat-nasihatnya sudah tidak bermanfaat buat mereka, mereka larut dalam pelanggaran dalam keadaan buta), hendaknya ia (orang yang merasa putus asa) memperbaiki dirinya, berharap agar amalnya diterima oleh Allah, menjauhi perbuatan jelek dan para pelakunya.
(49) Lantaran meninggalkan negeri, kampung halaman, keluarga dan orang-orang sebangsanya merupakan perkara berat bagi seseorang, karena alasan yang banyak yang sudah dimaklumi bersama, di antaranya (menjalani hidup) sebatang kara jauh dari komunitas yang menjadikannya merasa kuat lagi merasa diper-hitungkan jumlah populasinya; maka barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Dia akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, lantas Ibrahim meninggalkan kaumnya. Maka, Allah berfirman tentangnya, ﴾ فَلَمَّا ٱعۡتَزَلَهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبۡنَا لَهُۥٓ إِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَۖ وَكُلّٗا ﴿ "Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepada-nya Ishaq, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya," yaitu Ishaq dan Ya'qub ﴾ جَعَلۡنَا نَبِيّٗا 49 ﴿ "Kami angkat menjadi nabi." Anugerah itu berhasil di-raih oleh beliau dan orang-orang shalih yang diutus (sebagai rasul) kepada umat manusia, yang diistimewakan oleh Allah dengan wahyunya, dipilih untuk mengemban risalahNya, dan telah diseleksi di antara semua manusia.
(50) ﴾ وَوَهَبۡنَا لَهُم ﴿ "Dan Kami anugerahkan kepada mereka," Ibrahim dan kedua anak cucunya, Ishaq dan Ya'qub ﴾ مِّن رَّحۡمَتِنَا ﴿ "sebagian dari rahmat Kami." Hal ini mencakup semua rahmat Allah kepada mereka berupa ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal-amal shalih, anak keturunan yang banyak dan tersebar kemana-mana yang banyak di antara mereka yang menjadi rasul, nabi, dan orang-orang shalih. ﴾ وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ لِسَانَ صِدۡقٍ عَلِيّٗا 50 ﴿ "Dan Kami jadikan mereka tutur kata yang baik lagi tinggi." Ini juga termasuk rahmat yang Allah berikan kepada mereka. Karena Allah menjanjikan bagi orang-orang yang melaku-kan kebaikan, akan disebarluaskan pujiannya yang murni sesuai dengan kadar kebaikannya. Sementara mereka ini (Nabi Ibrahim dan anak keturunannya) adalah para panutan orang-orang yang berbuat baik. Maka, Allah pun menghembuskan pujian yang baik lagi sejati, bukan sebuah kedustaan yang meninggi, tidak tersem-bunyi. Penyebutan nama-nama mereka memenuhi dua ufuk dunia. Pujian dan kecintaan kepada mereka memenuhi seluruh hati dan membasahi lisan-lisan. Maka, jadilah mereka panutan dan imam bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Nama-nama mereka selalu disebut-sebut berulang kali di setiap masa. Ini merupakan karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki. Dan sesungguhnya Allah Maha Memiliki karunia yang besar.