Maryam Ayat 6
يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا ( مريم: ٦ )
Yarithunī Wa Yarithu Min 'Āli Ya`qūba Wa Aj`alhu Rabbi Rađīyāan. (Maryam 19:6)
Artinya:
yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.” (QS. [19] Maryam : 6)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Ya Tuhanku, aku berharap anak itu kelak menjadi penerusku yang akan mewarisi aku dalam tugas-tugasku sebagai penyeru umat dan mewarisi dari keluarga Yakub yang melanjutkan tradisi dan agama Nabi Ibrahim. Kabulkanlah doaku dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang selalu diridai dan dirahmati.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menyebutkan isi doa Nabi Zakariya, Ya Tuhan, berikanlah kepadaku keturunan yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yakub dan jadikanlah ia seorang yang patut lagi taat dan diridai oleh-Mu, karena mempunyai akhlak dan budi yang luhur lagi mulia, dapat dijadikan suri tauladan oleh sekalian pengikutnya.
Doa memohon keturunan yang saleh dan kelak menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa memang diperintahkan Allah, seperti pada firman-Nya:
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Furqan/25 :74)
3 Tafsir Ibnu Katsir
...dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub.
Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman lainnya:
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (An Naml:16)
Yakni kenabiannya. Karena seandainya yang diwarisi itu adalah hartanya, tentulah tidak disebutkan Sulaiman secara khusus tanpa melibatkan saudara-saudaranya. Juga karena mengingat penyebutan mewarisi harta benda tidaklah begitu penting, sebab sudah dimaklumi sebagai suatu ketetapan dalam semua syariat (hukum) dan agama, bahwa anak mewarisi harta ayahnya. Seandainya pewarisan ini bukanlah pewarisan khusus, tentulah Allah tidak akan menyebutkannya. Pendapat ini diperkuat dan didukung oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:
Kami para nabi tidaklah diwaris, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub. (Maryam:6) bahwa peninggalan Zakaria adalah ilmu, dan dia termasuk keturunan Ya'qub.
Hasyim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya:
...yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub.
Yaitu hendaknya anak itu kelak akan menjadi nabi, sebagaimana bapak-bapaknya yang menjadi nabi.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, dari Al-Hasan, bahwa anak itu kelak akan mewarisi kenabian dan ilmunya.
As-Saddi mengatakan bahwa makna ayat ialah 'kelak anak itu mewarisi kenabianku dan kenabian keluarga Ya'qub'.
Diriwayatkan dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub.
Yakni kenabian mereka.
Jabir ibnu Nuh dan Yazid ibnu Harun telah meriwayatkan dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya:
...yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub.
Maksudnya, mewarisi hartaku dan mewarisi kenabian dari keluarga Ya'qub. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Semoga Allah merahmati Zakaria, tiadalah dia meninggalkan harta warisan. Dan semoga Allah merahmati Luth, sesungguhnya dia benar-benar berlindung kepada keluarga yang kuat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Jabir ibnu Nuh, dari Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Semoga Allah merahmati saudaraku Zakaria, sebenarnya dia tidak meninggalkan harta warisan saat dia mengatakan, "Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub.”
Semuanya ini adalah hadis-hadis mursal yang tidak bertentangan dengan hadis-hadis sahih. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.
Firman Allah Swt.:
dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridai. (Maryam:6)
Maksudnya diridai di sisi Engkau, juga dikalangan makhluk-Mu, yakni Engkau menyukainya dan menjadikannya disukai oleh makhluk-Mu dalam agama dan akhlaknya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Yang akan mewarisi aku) kalau dibaca Jazm berarti lafal Yaritsni menjadi jawab dari Fi'il Amar, dan kalau dibaca Rafa' yaitu Yaritsuni berarti menjadi kata sifat dari lafal Waliyyan (dan mewarisi) dapat dibaca Yaritsu atau Yarits (sebagian keluarga Ya'qub) kakekku dalam hal ilmu dan kenabian (dan jadikanlah ia, ya Rabbku, seorang yang diridai)" di sisi Engkau.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Selain itu, juga mewarisi aku dalam ilmu dan agama, dan mewarisi kerajaan dari keturunan Ya'qûb. Jadilkanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang mendapat perkenan-Mu dan perkenan manusia."
6 Tafsir as-Saadi
"Kaf Ha Ya 'Ain Shad. (Yang dibacakan ini adalah) penje-lasan tentang rahmat Rabbmu kepada hambaNya, Zakaria. Yaitu tatkala dia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut. Dia berkata, 'Wahai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, wahai Rabbku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku ada-lah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisiMu seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub, dan jadikanlah dia, wahai Rabbku, seorang yang diridhai'." (Maryam: 1-6).
Madaniyyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"
(2) Maksudnya, ini ﴾ ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُۥ زَكَرِيَّآ 2 ﴿ "adalah penje-lasan rahmat Rabbmu kepada hambaNya, Zakaria." Kami akan me-ngisahkannya kepadamu dan akan menguraikannya dengan uraian terperinci yang bisa memperkenalkan kondisi NabiNya, Zakaria, peninggalan-peninggalannya yang baik, dan jalan hidupnya yang indah. Sesungguhnya dalam kisahnya terdapat pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan terdapat suri teladan bagi orang yang mau mengikuti (jejak para nabi). Dan karena di dalam penjelasan tentang rahmat (kasih sayang) Allah kepada para wali-Nya dan penjelasan tentang penyebab apa saja yang mengundang turunnya rahmat buat mereka itu, terkandung perkara-perkara yang bisa mendorong untuk mencintai Allah تعالى, memperbanyak dzikir kepadaNya, lebih mengenal Allah, dan terkandung faktor yang bisa mengantarkan kepadaNya.
Hal ini disebabkan karena Allah تعالى telah memilih Nabi Zakaria عليه السلام (untuk mengemban) risalahNya dan mengistimewa-kan beliau dengan (pemberian) wahyu. Lalu Nabi Zakaria melak-sanakan tugasnya sebagaimana para rasul lainnya melaksanakan tugas mereka, mengajak manusia (agar beribadah) kepada Rabb-nya, mengajarkan kepada mereka ilmu yang diajarkan oleh Allah kepadanya, menasihati mereka saat hayat masih dikandung badan dan setelah meninggal dunia, sebagaimana saudara-saudaranya dari kalangan para rasul dan para pengikut mereka.
(3-4) Ketika Nabi Zakaria menyadari kelemahan pada dirinya dan khawatir akan meninggal, sementara belum ada orang yang menempati tugasnya untuk mendakwahi umat manusia kepada Rabb mereka dan menasihati mereka, maka beliau menga-dukan kelemahan batin dan fisiknya itu kepada Rabbnya. Beliau berdoa kepada Allah dengan suara lembut, supaya doanya lebih sempurna, lebih utama dan lebih paripurna keikhlasannya. Beliau mengatakan, ﴾ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي ﴿ "Wahai Rabbku, sesungguhnya tulang-ku telah lemah," maksudnya, sudah lemah dan lunglai. Jika tulang yang merupakan penyangga badan sudah lemah, maka anggota badan yang lain pasti ikut melemah.
﴾ وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا ﴿ "Kepalaku telah ditumbuhi uban," karena (tumbuhnya) uban merupakan pertanda kelemahan dan masa tua, utusan dan duta kematian serta peringatan akan dekatnya kematian. Maka Zakaria menjadikan kelemahan dan ketidakberdayaannya sebagai wasilah (perantara) dalam berdoa kepada Allah. Ini meru-pakan salah satu bentuk wasilah yang dicintai oleh Allah, karena menunjukkan berlepas diri dari daya dan kekuatan (pribadi) dan ketergantungan hati hanya kepada daya dan kekuatan Allah. ﴾ وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا 4 ﴿ "Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, wahai Rabbku." Wahai Rabbku, Engkau tidak pernah menolak permintaanku dengan hampa dan menjadi terhalang-halangi dari pengabulan. Bahkan Engkau selalu menyambutku dan mengabulkan permohonanku. Dan kelembutanMu selalu silih berganti datang kepadaku, (begitu juga) kebaikanMu selalu sampai kepadaku. Ini merupakan satu bentuk tawassul kepada Allah dengan (penyebutan) nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya dan pengabulan doa-doanya yang terdahulu. Jadi, Nabi Zakaria berdoa kepada Allah yang telah memberinya kebaikan pada masa yang lalu agar menyempurnakan curahan kebaikanNya pada masa akan datang.
(5) ﴾ وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي ﴿ "Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku," maksudnya saya mengkhawatir-kan orang yang mengendalikan urusan pada Bani Isra`il setelah kematianku, mereka tidak menjalankan agamaMu dengan sebaik-baiknya dan tidak mendakwahi hamba-hambaMu (agar beribadah) kepadaMu. Secara eksplisit, perkataan beliau ini menunjukkan bahwa beliau belum mendapatkan salah seorang dari mereka yang mempunyai kapabilitas untuk menjadi pemimpin agama. Dalam ungkapan ini terdapat bukti kasih sayang Nabi Zakaria عليه السلام dan ketulusan hatinya, dan bahwa permintaannya agar diberi anak, bukan seperti permintaan orang lain, yang tujuannya semata-mata kemaslahatan duniawi. Tujuan Nabi Zakaria adalah kemaslahatan agama dan kekhawatiran agama ini lenyap. Beliau memandang orang lain tidak pantas untuk itu. Dan keluarga Nabi Zakaria termasuk keluarga- keluarga yang terkenal dalam masalah agama, sumber risalah dan tempat mencari kebaikan. Maka beliau berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak yang akan menegakkan agama sepeninggalnya. Beliau mengadukan bahwa istrinya mandul, maksudnya tidak bisa melahirkan sama sekali, sementara beliau sendiri sudah mencapai usia tua. Maknanya, sudah mencapai batas usia yang jarang memiliki gejolak syahwat (kepada wanita) dan (memperoleh) anak. ﴾ فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا 5 ﴿ "Maka anugerahilah aku seorang wali (putra) dari sisiMu."
(6) Perwalian yang dimaksud di sini adalah pengganti (dalam menangani urusan) agama dan pewaris kenabian, ilmu dan amal. Oleh karena itu, Zakaria bersabda, ﴾ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا 6 ﴿ "Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub, dan jadikanlah dia, wahai Rabbku, seorang yang diridhai," mak-sudnya seorang hamba shalih yang Engkau ridhai dan Engkau menjadikannya dicintai oleh para hambaMu. Pendek kata, beliau memohon kepada Allah agar dianugerahi seorang anak laki-laki yang shalih, yang hidup setelah Nabi Zakaria meninggal dan menjadi penggantinya, menjadi seorang nabi yang diridhai di sisi Allah dan disenangi oleh para makhlukNya. Ini adalah jenis anak yang paling sempurna. Dan termasuk cermin kasih sayang Allah kepada hambaNya (Zakaria), Allah memberinya seorang anak yang shalih, yang sarat dengan semua akhlak mulia dan perilaku yang terpuji. Lalu Allah menganugerahkan rahmat kepada Zakaria, lalu Allah mengabulkan doanya.
Allah berfirman,