Maryam Ayat 63
تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْ نُوْرِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا ( مريم: ٦٣ )
Tilka Al-Jannatu Allatī Nūrithu Min `Ibādinā Man Kāna Taqīyāan. (Maryam 19:63)
Artinya:
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (QS. [19] Maryam : 63)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Itulah surga yang Kami janjikan kepada mereka yang taat. Surga itu akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa dengan sepenuh hati.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Demikianlah suasana di dalam surga aman dan tenteram, suasana bahagia dan sejahtera. Penghuninya merasa lega dan puas dengan nikmat dan karunia yang dilimpahkan Tuhan kepada mereka, dan Allah pun rida terhadap mereka karena mereka di dunia selalu patuh dan taat kepada-Nya, sabar dalam menghadapi cobaan-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Allah berfirman, "Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung." (al-Ma`idah/5: 119)
Demikian keadaan dan sifat surga yang akan diwariskan-Nya kepada hamba-Nya yang benar-benar beriman dan selalu bertakwa kepada-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa. "Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan." Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan. Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan untukmu yang sebagiannya kamu makan. (az-Zukhruf/43: 63-73)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.
Artinya, surga yang telah Kami sebutkan gambarannya dengan gambaran yang agung itu akan Kami anugerahkan kepada hamba-hamba Kami yang bertakwa. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada Allah Swt. dalam suka dan duka, lagi mampu meredam amarahnya serta suka memaafkan orang lain. Dan seperti apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam surat Al-Mu’minun, melalui firman-Nya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. ((Al Mu'minun:1-2)
Sampai dengan firman-Nya:
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi (yaitu) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. ((Al Mu'minun:10-11)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Itulah surga yang akan Kami wariskan) Kami anugerahkan dan Kami tempatkan di dalamnya (kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa) yang berlaku taat kepada-Nya. Ayat berikut diturunkan ketika wahyu datang sangat terlambat selama beberapa hari, kemudian Nabi saw. berkata kepada malaikat Jibril ketika datang kepadanya, "Apakah gerangan yang menyebabkan engkau tidak menziarahi aku selama ini".
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah hanya memberikan surga itu kepada orang-orang yang bertakwa di dunia dengan meninggalkan maksiat dan selalu taat.
6 Tafsir as-Saadi
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu-nya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun. Yaitu surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Dzat Yang Maha Pemurah kepada hamba-hambaNya, dengan (cara) ghaib. Sesung-guhnya janji Allah itu pasti akan ditepati. Mereka tidak mende-ngar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Mereka mendapatkan rizkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang. Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa." (Maryam: 59-63).
(59) Setelah menyebutkan kisah para nabi yang ikhlas ini, yang konsisten mengikuti hal-hal yang mendatangkan ridha Rabb mereka serta senantiasa bertaubat kepadaNya, Allah تعالى menyebut-kan kisah orang-orang yang datang setelah zaman mereka, dan melakukan perubahan terhadap sesuatu yang diperintahkan kepada mereka, dan bahwa datanglah ﴾ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ ﴿ "sesudah mereka, pengganti (yang jelek)," mereka kembali kepada kemunduran dan keadaan semula, lalu ﴾ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ ﴿ "mereka menyia-nyiakan shalat," yang mana mereka diperintahkan untuk menjaga dan menegakkannya. Me-reka meremehkan shalat dan tidak menghiraukannya. Jika mereka sudah mengabaikan shalat yang merupakan tiang agama, tolok ukur keimanan dan keikhlasan kepada Allah, yang merupakan amal yang paling ditekankan dan paling afdhal, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan lagi menolak syariat agama mereka yang lain. Penyebab yang mendorong mereka melakukan ini adalah karena mengikuti bujukan-bujukan hawa nafsu dan keinginan-keinginannya. Sehingga perhatian mereka tercurahkan pada hawa nafsu dan lebih mengutamakannya daripada hak-hak Allah. Maka, lahirlah sikap penyia-nyiaan terhadap hak-hak Allah dan condong kepada godaan-godaan hawa nafsunya. Apa pun yang tampak bagi mereka, niscaya mereka segera berusaha untuk meraihnya, dan dengan kondisi apa saja yang tiba-tiba muncul, mereka pasti sepakat untuk menempuhnya. ﴾ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا 59 ﴿ "Maka kelak mereka akan menemui kesesatan," yaitu azab yang berlipat lagi sangat keras.
(60) Kemudian Allah تعالى mengecualikan dengan Firman-Nya, ﴾ إِلَّا مَن تَابَ ﴿ "Kecuali orang-orang yang bertaubat," dari kesyirikan, bid'ah-bid'ah dan kemaksiatan. Dia berhenti darinya, menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi ﴾ وَءَامَنَ ﴿ "dan beriman," kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, dan Hari Akhir ﴾ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ﴿ "dan beramal shalih," yaitu amalan-amalan yang disyariatkan oleh Allah lewat lisan para RasulNya jika di-peruntukkan mencari Wajah Allah dengan amalan itu. ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Maka mereka itu," orang yang memadukan antara taubat, keimanan, serta amal shalih ﴾ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ ﴿ "akan masuk surga," yang berisi kenik-matan yang abadi, kehidupan yang selamat (dari gangguan) dan berada di dekat Rabb Yang Mahamulia ﴾ وَلَا يُظۡلَمُونَ شَيۡـٔٗا 60 ﴿ "dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun," dari amalan-amalan mereka. Bahkan mereka menjumpai amalan-amalan mereka sempurna, dengan ganjaran yang penuh dan berlipat-lipat jumlahnya.
(61) Kemudian Allah menyebutkan bahwa surga (taman) yang dijanjikan untuk dimasuki tidaklah seperti taman-taman yang lain. Akan tetapi ﴾ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ﴿ "Surga 'Adn," yaitu surga tempat hunian tetap, tidak akan pernah ditinggalkan, tidak akan pernah diganti dan tidak akan lenyap. Hal ini disebabkan oleh luasnya surga itu serta besarnya kuantitas kenikmatan padanya, berupa kebaikan-kebaikan, kegembiraan, kebahagiaan, dan kesenangan, serta keceriaan, ﴾ ٱلَّتِي وَعَدَ ٱلرَّحۡمَٰنُ عِبَادَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ ﴿ "yang telah dijanjikan oleh ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) kepada hamba-hambaNya, dengan (cara) ghaib," yaitu surga yang dijanjikan oleh ar-Rahman. Allah merang-kaikan kata surga dengan namaNya, ar-Rahman, karena di dalam Surga 'Adn itu terdapat curahan rahmat dan kebaikan yang tidak pernah terlihat mata, tidak pernah terdengar telinga dan tidak terlintas dalam benak manusia. Allah juga menamakan surga ini sebagai rahmatNya. Allah berfirman,
﴾ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبۡيَضَّتۡ وُجُوهُهُمۡ فَفِي رَحۡمَةِ ٱللَّهِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ 107 ﴿
"Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya." (Ali Imran: 107).
Begitu pula, pada penggandengan kata surga dengan nama ar-Rahman, terdapat isyarat yang menunjukkan kontinyuitas keba-hagiaan di dalamnya, dan bahwa surga itu abadi dengan keabadian rahmat Allah yang merupakan pengaruh dan konsekuensi rahmat-Nya.
Kata اَلْعِبَادُ (hamba-hamba) dalam ayat ini maksudnya adalah hamba dari ketuhanannya (ilahiyah) Allah, yaitu para hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah dan konsisten melaksanakan syariatNya. Sehingga اَلْعُبُوْدِيَّةُ (penghambaan diri kepada Allah) men-jadi predikat mereka, sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ …﴿
"Dan hamba-hamba dari Dzat Yang Maha Penyayang itu …." (Al-Furqan: 63),
dan ayat-ayat yang semisalnya. Berbeda dengan "para hamba Allah" dalam konteks kepemilikan semata, yang tidak pernah beribadah kepadaNya. Mereka ini meskipun sebagai hamba dari pengaturan (rububiyah) Allah karena Allah telah menciptakan mereka, memberi rizki dan mengatur mereka, namun mereka ini tidak termasuk dalam golongan hamba al-uluhiyah al-ubudiyah al-ikhtiyariyah (hamba yang beribadah karena kemauan sendiri) yang pelakunya berhak mendapatkan pujian. Mereka menghambakan diri karena terpaksa, mereka tidak berhak mendapat pujian sama sekali.
Firman Allah, ﴾ بِٱلۡغَيۡبِۚ ﴿ "dengan (cara) ghaib," ada kemungkinan kata ini berhubungan dengan ﴾ وَعَدَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ﴿ "yang dijanjikan oleh Dzat Yang Maha Pemurah". Berdasarkan ini, maka pengertiannya adalah bahwa janji Allah untuk memberikan surga kepada mereka itu me-rupakan janji ghaib yang belum pernah mereka saksikan dan lihat. Namun, mereka mengimaninya, meyakini ketidaktampakannya, dan mereka pun berusaha menggapainya dengan sekuat tenaga, padahal mereka belum pernah melihatnya. Lalu, bagaimanakah seandainya mereka pernah melihatnya? Sudah pasti, mereka akan lebih antusias lagi untuk mendapatkannya, lebih termotivasi lagi dan akan lebih giat lagi berusaha. Sehingga ini merupakan pujian bagi mereka dengan sebab keimanan mereka terhadap perkara yang ghaib, yang merupakan keimanan yang bermanfaat.
Ada kemungkinan juga, ﴾ بِٱلۡغَيۡبِۚ ﴿ "dengan (cara) ghaib," berkait-an dengan kata عِبَادَهُ (para hambaNya), yakni orang-orang yang ber-ibadah kepadaNya secara ghaib (secara tidak langsung [mengha-dapNya]), dan mereka tidak dapat melihatNya. Inilah ibadah mereka, padahal tidak pernah melihatNya. Seandainya mereka pernah me-lihatNya, maka pasti mereka lebih rajin untuk beribadah kepada-Nya, lebih besar taubat mereka kepadaNya, lebih agung kecintaan dan kerinduan mereka kepadaNya.
Ada kemungkinan pengertian ayat ini bahwasanya surga-surga yang dijanjikan oleh Allah kepada para hambaNya termasuk sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh imajinasi-imajinasi (manu-sia) dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Dalam cara (pengungkapan seperti) ini terdapat upaya membangkitkan kerin-duan kepadanya, dan sifat (gambaran) yang masih global yang berpotensi menyulut jiwa-jiwa dan menggairahkan (jiwa yang) diam agar mencarinya. Sehingga ini sama dengan Firman Allah,
﴾ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ 17 ﴿
"Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As- Sajdah: 17).
Semua makna ini benar, akan tetapi kemungkinan pengertian pertama lebih utama. Dalilnya adalah Firman Allah ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ وَعۡدُهُۥ مَأۡتِيّٗا ﴿ "Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati," maksudnya pasti terjadi. Sesungguhnya Allah tidak pernah mengingkari janji, dan Allah itu sebenar-benarnya Dzat yang berkata.
(62) ﴾ لَّا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوًا ﴿ "Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga," yaitu ucapan sia-sia yang tidak berguna sama sekali, dan juga tidak mendengar ucapan yang mengakibat-kan dosa. Mereka tidak pernah mendengar cercaan, umpatan, dan perkataan yang mengandung maksiat kepada Allah serta perkataan yang mengeruhkan hati ﴾ إِلَّا سَلَٰمٗاۖ ﴿ "kecuali ucapan salam," maksudnya [kecuali] perkataan-perkataan yang terhindar dari segala aib berupa dzikrullah, penghormatan, ungkapan suka cita, kabar gembira, lontaran ucapan yang baik antara sesama kawan, mendengar pem-bicaraan ar-Rahman, dan suara-suara yang merdu dari para bida-dari, malaikat dan anak-anak kecil, nada-nada berdendang, serta suara-suara yang lembut. Karena memang tempat itu adalah Darussalam (tempat keselamatan). Maka, tidak ada sesuatu pun di sana kecuali keselamatan yang sempurna dari segala sudut aspek. ﴾ وَلَهُمۡ رِزۡقُهُمۡ فِيهَا بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا 62 ﴿ "Mereka mendapatkan rizkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang," maksudnya limpahan rizki mereka berupa makanan, minuman serta beraneka ragam kenikmatan, berkesinam-bungan terus-menerus di mana pun mereka minta, dan kapan pun mereka inginkan. Dan di antara bentuk kesempurnaan rizki, kenik-matan, serta kebaikan surga adalah keberadaannya (yang selalu siap sedia) pada waktu-waktu tertentu "pagi dan petang," supaya kenikmatan-kenikmatan itu betul-betul dirasa besar keberadaannya dan fungsi kemanfaatannya pun lebih maksimal.
(63) ﴾ تِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ ﴿ "Itulah surga-surga," yang telah Kami terang-kan dengan (karakteristik yang sudah) disebutkan i t u ﴾ ٱلَّتِي نُورِثُ مِنۡ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيّٗا 63 ﴿ "yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa," maksudnya Kami mewariskannya bagi orang-orang yang bertakwa, menjadikan surga itu sebagai tempat tinggal mereka yang abadi, yang mereka tidak akan pergi darinya, dan tidak berminat untuk mencari ganti. Sebagaimana Allah تعالى ber-firman,
﴾ وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ 133 ﴿
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran: 133).