Maryam Ayat 80
وَّنَرِثُهٗ مَا يَقُوْلُ وَيَأْتِيْنَا فَرْدًا ( مريم: ٨٠ )
Wa Narithuhu Mā Yaqūlu Wa Ya'tīnā Fardāan. (Maryam 19:80)
Artinya:
dan Kami akan mewarisi apa yang dia katakan itu, dan dia akan datang kepada Kami seorang diri. (QS. [19] Maryam : 80)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Sama sekali tidak! Dia tidak mengetahui hal gaib, apalagi membuat perjanjian dengan Allah. Jika dia tidak menghentikan kebohongannya, Kami akan menulis dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang dia katakan dan Kami akan memperpanjang azab untuknya secara sempurna sampai batas tertentu, dan Kami akan mewarisi serta membinasakan apa yang dia katakan dan banggakan itu, berupa harta dan keturunan, dan dia akan datang kepada Kami seorang diri setelah kematiannya tanpa ditemani harta atau anaknya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah mengancam mereka dengan ancaman yang keras karena kelancangannya menisbahkan sesuatu terhadap Allah tanpa ilmu dan tanpa dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Allah akan mengambil semua harta mereka sebagai balasan yang setimpal dengan keingkaran dan kedurhakaannya dan menyiksanya dengan siksaan yang tiada putus-putusnya. Allah akan mengambil semua harta dan anak-anaknya yang ditinggalkannya ketika dia mati sehingga di akhirat nanti dia datang menghadap Allah sendirian, tidak ada yang akan membela dan menolongnya. Memang pada hari itu tak ada sesuatu pun yang dapat menolong manusia kecuali iman dan amal perbuatannya sesuai dengan firman Allah:
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (asy- Syu`ara/26: 88-89)
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman), "Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali; bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian." (al-Kahf/18: 48)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu.
Maksudnya, harta benda dan anak-anaknya akan Kami rampas, kebalikan dari apa yang telah ia katakan, bahwa dirinya akan mendapat harta dan anak kelak di akhirat selain dari apa yang diperolehnya saat di dunia. Maka di akhirat kelak semuanya itu akan dirampas darinya, di samping ia akan mendapat tuntutan dari orang yang memberikan utang kepadanya saat di dunia. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam firman selanjutnya:
...dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri.
Yaitu tanpa membawa harta dan anak.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu.
Yaitu Kami akan mewarisinya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
..dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu.
Yakni, harta benda dan anak-anaknya. Orang yang dimaksud adalah Al-As ibnu Wa-il.
Abdur-Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu.
Yakni akan mengambil semua yang menjadi miliknya, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya: Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam:77)
Menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan "وَنَرِثُهُ مَا عِنْدَهُ".
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri.
Yaitu ia datang dengan tidak membawa harta dan anak.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu.
Yakni semua yang ia himpunkan selama di dunia dan semua yang ia amalkan. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
...dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. Artinya, sendirian tanpa hal yang ia dakwakan itu, baik sedikit ataupun banyak.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu) yaitu harta benda dan anak (dan ia akan datang kepada Kami) kelak pada hari kiamat (dengan seorang diri) dalam keadaan tidak punya harta benda dan tidak punya anak.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Harta dan anak yang mereka banggakan saat di dunia akan dirampas dan dibinasakan. Kelak di akhirat, ia akan datang seorang diri: tanpa harta, anak dan penolong.
6 Tafsir as-Saadi
"Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, dan dia mengatakan, 'Pasti aku akan diberi harta dan anak.' Adakah ia melihat yang ghaib atau dia telah membuat perjanjian di sisi Rabb Yang Maha Pemurah? Sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang dia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya. Dan Kami akan mewarisi apa yang dia katakan itu, dan dia akan datang kepada Kami se-orang diri." (Maryam: 77-80).
(77) Maksudnya, tidakkah engkau heran terhadap kondisi orang kafir ini, yang menggabungkan antara kekufurannya terha-dap ayat Allah dan pengakuannya bahwa dia akan diberikan harta dan anak di akhirat kelak? Maksudnya, dia menjadi penghuni surga. Ini termasuk hal yang sangat aneh. Kalaulah dia seorang yang beriman kepada Allah kemudian melontarkan pengakuan ini, tentulah masih bisa diterima.
Ayat ini, meskipun turun berkaitan dengan orang kafir ter-tentu[27], namun mencakup semua orang kafir yang menyangka bahwa dirinya di atas kebenaran dan termasuk penduduk surga.
(78) Maka Allah berfirman untuk mencelanya dan menya-takan kedustaannya, ﴾ أَطَّلَعَ ٱلۡغَيۡبَ ﴿ "Adakah dia telah melihat yang ghaib," maksudnya apakah ilmunya melingkupi hal-hal yang ghaib, se-hingga dia dapat mengetahui peristiwa yang akan terjadi, dan bahwa termasuk dalam lingkup yang akan terjadi yaitu dia akan diberikan kekayaan dan anak pada Hari Kiamat. ﴾ أَمِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحۡمَٰنِ عَهۡدٗا ﴿ "Atau dia telah membuat perjanjian di sisi Rabb Yang Maha Pemurah," bahwasanya dia akan memperoleh sesuatu yang diucapkan itu. Pengertiannya, tidak ada sedikit pun yang nyata. Maka dapat diketahui bahwa dia telah mengada-adakan kebohongan, berbicara tentang sesuatu yang tidak dia ketahui. Klasifikasi dan pengulangan ini merupakan bentuk konsekuensi logis dan penegakan hujjah yang benar-benar tegas. Sesungguhnya orang yang mengaku bahwa dia akan mendapatkan kebaikan di akhirat di sisi Allah, maka dia tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama, perkataannya itu bersumber dari pengetahuan tentang hal-hal ghaib di masa yang akan datang. Dan perkara ini sudah diketahui, bahwa ini hanya milik Allah semata, tidak ada seorang pun yang mengetahui perkara ghaib di masa yang akan datang, kecuali peristiwa yang diperlihatkan oleh Allah kepada para rasulNya.
Kedua, sang pengucap adalah orang yang sudah membuat perjanjian dengan Allah, dengan beriman kepadaNya dan meng-ikuti para rasulNya, yang sudah dijanjikan oleh Allah bagi para pelakunya, dan Dia menetapkan bahwa mereka adalah para pen-duduk akhirat, yang selamat dan beruntung.
Jika kedua hal ini tidak ada (pada orang-orang kafir itu), maka dapat diketahui kepalsuan pengakuan tersebut.
(79) Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ كـَلَّاۚ ﴿ "Sekali-kali tidak," maksudnya, faktanya tidak seperti yang mereka sangka. Orang yang mengucapkan hal itu tidak memiliki ilmu tentang perkara-perkara yang ghaib. Karena dia orang kafir yang tidak memiliki ilmu risalah-risalah (para rasul). Dan dia (pun) tidak membuat janji dengan Allah karena kekufurannya dan ketiadaan imannya. Bahkan dia pasti menerima keadaan yang sebaliknya dari apa yang diucapkannya itu. Dan ucapannya itu ditulis dan dijaga agar mendapatkan balasan dan dihukum atas dasar itu. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ سَنَكۡتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُۥ مِنَ ٱلۡعَذَابِ مَدّٗا 79 ﴿ "Kami akan menulis apa yang dia katakan, dan benar-benar Kami akan memper-panjang azab untuknya," maksudnya Kami akan menambahkan ber-bagai jenis azab, sebagaimana kian bertambahnya kekeliruan dan kesesatannya.
(80) ﴾ وَنَرِثُهُۥ مَا يَقُولُ ﴿ "Dan Kami akan mewarisi sesuatu yang dia katakan itu," maksudnya Kami mewarisi harta dan anak, sehingga dia keluar dari dunia seorang diri, tanpa harta, keluarga, tanpa pembela dan tanpa penolong ﴾ وَيَأۡتِينَا فَرۡدٗا 80 ﴿ "dan dia akan datang kepada Kami seorang diri," maka dia menyaksikan keburukan azab, yang merupakan balasan bagi orang-orang semacamnya dari ka-langan orang-orang zhalim.