Al-Baqarah Ayat 152
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ ( البقرة: ١٥٢ )
Fādhkurūnī 'Adhkurkum Wa Ashkurū Lī Wa Lā Takfurūnī. (al-Baq̈arah 2:152)
Artinya:
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (QS. [2] Al-Baqarah : 152)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Atas semua kenikmatan itu, Allah menyuruh kaum muslim untuk selalu mengingat-Nya. Maka ingatlah kepada-Ku, baik melalui lisan dengan melafalkan pujian, melalui hati dengan mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maupun melalui fisik dengan menaati Allah. Jika kamu mengingatku, Aku pun pasti akan ingat kepadamu dengan melimpahkan pahala, pertolongan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bersyukurlah pula kepada-Ku atas nikmat-Ku dengan menggunakannya di jalan-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku, kepada nikmatnikmatku, dan mempergunakannya untuk berbuat maksiat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-hamdulillah), tasbih (membaca Subhanallah), dan membaca Al-Qur'an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya.
Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Mujahid mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya:
Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian.
Yakni sebagaimana Aku telah melimpahkan nikmat kepada kalian, maka ingatlah kalian kepada-Ku.
Abdullah ibnu Wahb meriwayatkan dari Hisyam ibnu Sa'id, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Nabi Musa pernah berkata, "Wahai Tuhan-ku, bagaimana aku bersyukur kepada-Mu?" Tuhan berfirman kepadanya, "Ingatlah Aku dan jangan kamu lupakan Aku. Maka apabila kamu ingat kepada-Ku, berarti kamu telah bersyukur kepada-Ku. Apabila kamu lupa kepada-Ku, berarti kamu ingkar kepada-Ku."
Al-Hasan Al-Basri, Abul Aliyah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Allah Swt. selalu mengingat orang yang ingat kepada-Nya, memberikan tambahan nikmat kepada orang yang bersyukur kepada-Nya, dan mengazab orang yang ingkar terhadap-Nya.
Salah seorang ulama Salaf mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya:
Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran:102)
Bahwa makna yang dimaksud ialah hendaknya kita taat kepada-Nya dan tidak durhaka terhadap-Nya, selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Imarah As-Saidalani, telah menceritakan kepada kami Makhul Al-Azdi yang mengatakan asar berikut, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Umar, "Bagaimanakah menurutmu tentang orang yang membunuh jiwa, peminum khamr, pencuri, dan pezina yang selalu ingat kepada Allah, sedangkan Allah Swt. telah berfirman: 'Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian ' (Al Baqarah:152)?" Ibnu Umar menjawab, "Apabila Allah mengingat orang ini, maka Dia mengingatnya melalui laknat-Nya hingga dia diam."
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian.
Makna yang dimaksud ialah: "Ingatlah kalian kepada-Ku dalam semua apa yang telah Kufardukan atas kalian, maka niscaya Aku akan mengingat kalian dalam semua apa yang Aku wajibkan bagi kalian atas diri-Ku".
Menurut Sa'id ibnu Jubair artinya: "Ingatlah kalian kepada-Ku dengan taat kepada-Ku, niscaya Aku selalu ingat kepada kalian dengan magfirah (ampunan)-Ku". Menurut riwayat yang lain disebutkan "dengan rahmat-Ku".
Dari Ibnu Abbas sehubungan dengan takwil firman-Nya:
Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian.
Disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah 'ingat Allah kepada kalian jauh lebih banyak daripada ingat kalian kepada-Nya'.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam diri-Ku, dan barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam golongan yang lebih baik daripada golongannya."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, jika kamu ingat kepada-Ku di dalam dirimu, niscaya Aku ingat pula kepadamu di dalam diri-Ku. Dan jika kamu mengingat-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat pula kepadamu di dalam golongan dari kalangan para malaikat -atau beliau Saw. bersabda, 'Di dalam golongan yang lebih baik dari golonganmu'-. Dan jika kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, niscaya Aku mendekat kepadamu satu hasta. Dan jika kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekat kepadamu satu depa. Dan jika kamu datang kepada-Ku jalan kaki, niscaya Aku datang kepadamu dengan berlari kecil.
Sanad hadis ini sahih, diketengahkan oleh Imam Bukhari melalui hadis Qatadah yang di dalamnya disebutkan bahwa Qatadah mengatakan, "Makna yang dimaksud dari keseluruhannya ialah rahmat Allah lebih dekat kepadanya."
Firman Allah Swt.:
Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.
Allah Swt. memerintahkan bersyukur dan menjanjikan pahala bersyukur berupa tambahan kebaikan dari-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat)-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim:7)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Fudail ibnu Fudalah (seorang lelaki dari kalangan Bani Qais), telah menceritakan kepada kami Abu Raja Al-Ataridi yang mengatakan bahwa Imran Ibnu Husain keluar menemui kami memakai jubah kain sutra campuran yang belum pernah kami lihat dia memakainya, baik sebelum itu ataupun sesudahnya. Lalu ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa dianugerahi suatu nikmat oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menyukai bila melihat penampilan dari nikmat yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya. Dan adakalanya Rauh mengatakan 'kepada hamba-Nya".
4 Tafsir Al-Jalalain
(Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku) yakni dengan salat, tasbih dan lain-lain (niscaya Aku ingat pula kepadamu). Ada yang mengatakan maksudnya niscaya Aku balas amalmu itu. Dalam sebuah hadis qudsi diketengahkan firman Allah, "Barang siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya niscaya Aku akan ingat dia dalam diri-Ku dan barang siapa mengingat-Ku di hadapan khalayak ramai, maka Aku akan mengingatnya di hadapan khalayak yang lebih baik!" (Dan bersyukurlah kepada-Ku) atas nikmat-Ku dengan jalan taat kepada-Ku (dan janganlah kamu mengingkari-Ku) dengan jalan berbuat maksiat dan durhaka kepada-Ku.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Kami dengan melakukan ketaatan, niscaya Kami akan mengingat kamu dengan pemberian pahala. Syukurilah segala nikmat yang telah Kami curahkan dan jangan mengingkarinya dengan menyalahi perintah Kami.
6 Tafsir as-Saadi
"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan menyucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)Ku." (Al-Baqarah: 151-152).
(151) Allah تعالى menyatakan, "Sesungguhnya pemberian nikmat Kami atas
kalian dengan menghadap ke Ka'bah dan pe-nyempurnaannya dengan dasar-dasar syariat serta
nikmat-nikmat penyempurna, bukanlah suatu yang aneh dalam kebaikan Kami dan bukan pula yang
pertama, bahkan Kami telah memberikan nikmat atas kalian dengan nikmat-nikmat dasar dan
penyempurna-nya, dan yang paling besar adalah Kami mengutus kepada kalian seorang Rasul yang
mulia dari kalangan kalian, di mana kalian mengetahui garis keturunannya, kejujuran, amanah,
kesempurnaan, dan ketulusannya, ﴾ يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِنَا ﴿ "yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu." Ini mencakup segala ayat-ayatNya, baik ayat al-Qur`an maupun ayat-ayat lainnya, beliau membacakan kepada kalian ayat-ayat yang menjelaskan kebenaran dari kebatilan dan hidayah dari kesesatan, yang menunjukkan kepada kalian, pertama, tentang keesaan Allah dan kesempurnaanNya, kedua, tentang kebenaran RasulNya, dan wajibnya beriman kepadanya, kemudian kepada segala hal yang dikabarkan olehnya berupa Hari Pembalasan mau-pun hal-hal yang ghaib, hingga kalian memperoleh hidayah yang sempurna dan ilmu yang meyakinkan.
﴾ وَيُزَكِّيكُمۡ ﴿ "Dan menyucikan kamu," maksudnya, menyucikan akhlak dan jiwa kalian dengan mendidiknya. Dengan akhlak yang mulia, dan membersihkannya dari akhlak yang tercela, yang de-mikian itu seperti menyucikan mereka dari kesyirikan kepada ke-tauhidan, dari riya` kepada keikhlasan, dari kebohongan kepada kejujuran, dari pengkhianatan kepada amanah, dari kesombongan kepada kerendahan hati, dari akhlak yang buruk kepada akhlak yang luhur, dan dari saling benci, saling bermusuhan, serta saling memutuskan hubungan kepada saling mencintai, saling bersilatu-rahim, dan saling kasih mengasihi, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk penyucian.
﴾ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَٰبَ ﴿ "Dan mengajarkan kepadamu al-Kitab," yaitu al-Qur`an, baik lafazhnya maupun maknanya, ﴾
وَٱلۡحِكۡمَةَ ﴿ "dan al-Hikmah." Suatu pendapat berkata, al-Hikmah adalah as-Sunnah. Yang lain berpendapat, al-Hikmah adalah mengetahui rahasia-rahasia syariat dan fikih serta menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Maka dalam hal ini pengajaran as-Sunnah termasuk ke dalam pengajaran al-Kitab, karena as-Sunnah itu menjelaskan al-Qur`an, menafsirkannya, dan mengutarakan maksudnya, ﴾
وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ ﴿ "dan mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui," karena mereka itu benar-benar ada dalam kesesatan yang nyata sebelum diutusnya
beliau ﷺ, yang tidak berilmu dan tidak pula beramal. Setiap ilmu maupun amal yang diperoleh umat
ini adalah dari Rasulullah ﷺ dan karena sebab beliaulah semua itu ada.
Nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat-nikmat dasar secara mutlak, dan dia adalah kenikmatan
terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya. Oleh karena itu tugas mereka selanjut-nya
adalah bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat tersebut dan menegakkannya. Karena itu Allah
berfirman,
(152) ﴾ فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ ﴿ "Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, nis-caya Aku ingat (pula) kepadamu." Allah تعالى memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingatNya, dan menjanjikan baginya sebaik-baik balasan yaitu bahwa Allah akan mengingatnya pula, yaitu bagi orang yang ingat kepadaNya, sebagaimana yang disabdakan dari lisan RasulNya,
مَنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَمَنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ.
"Barangsiapa yang menyebut (mengingat)Ku pada dirinya, niscaya Aku akan mengingatnya pada DiriKu, dan barangsiapa yang menyebut (mengingat)Ku pada khalayak ramai, niscaya Aku akan mengingatnya pula pada khalayak ramai yang lebih baik dari mereka."[1]
Dzikir kepada Allah تعالى yang paling istimewa adalah dzikir yang dilakukan dengan hati dan lisan yaitu dzikir yang menum-buhkan ma'rifat kepada Allah, kecintaan padaNya, dan menghasil-kan ganjaran yang banyak dariNya. Dzikir adalah puncak rasa syukur. Oleh Karena itu Allah memerintahkan hal itu secara khusus, kemudian memerintahkan untuk bersyukur secara umum seraya berfirman, ﴾
وَٱشۡكُرُواْ لِي ﴿ "Dan bersyukurlah kepadaKu," maksudnya, terhadap apa yang telah Aku nikmatkan kepada kalian dengan nikmat-nikmat tersebut dan Aku jauhkan dari kalian berbagai ma-cam kesulitan. Syukur itu dilakukan dengan hati berupa pengakuan atas kenikmatan yang didapatkan, dengan lisan berupa dzikir dan pujian, dan dengan anggota tubuh berupa ketaatan kepada Allah serta kepatuhan terhadap perintahNya dan menjauhi laranganNya. Syukur itu menyebabkan kelanggengan nikmat yang telah dida-patkan dan menambah kenikmatan yang belum didapatkan.
Allah تعالى berfirman,
﴾ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ ﴿
"Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah, (nikmat) kepa-damu." (Ibrahim: 7).
Dengan adanya perintah untuk bersyukur setelah kenikmatan agama, seperti ilmu dan penyucian akhlak, serta taufik kepada pengamalan, merupakan penjelasan bahwa hal itu adalah sebesar-besarnya kenikmatan, bahkan dia adalah kenikmatan yang sebe-narnya yang akan selalu eksis bila yang lainnya lenyap. Dan seyog-yanya bagi orang yang diberikan taufik kepada ilmu dan amal agar bersyukur kepada Allah atas semua itu, agar Allah menambahkan nikmatNya dan menghindarkan dirinya dari rasa bangga diri hingga akhirnya dia hanya sibuk dengan bersyukur.
Dan ketika kebalikan dari rasa syukur adalah pengingkaran, maka Allah تعالى melarang pengingkaran tersebut seraya berfirman, ﴾
وَلَا تَكۡفُرُونِ ﴿ "Dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu," maksud dari pengingkaran di sini
adalah suatu hal yang bertolak belakang dengan bersyukur, yaitu ingkar terhadap kenikmatan yang
diberi-kan dan menampiknya, serta tidak bersyukur kepadaNya.
Kemungkinan juga maknanya adalah bersifat umum, maka pengingkaran itu ada bermacam-macam, dan
yang paling besar adalah pengingkaran terhadap Allah, kemudian macam-macam kemaksiatan dengan
segala bentuk dan jenisnya dari kesyirikan dan selainnya.