Al-Anbiya' Ayat 105
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ ( الأنبياء: ١٠٥ )
Wa Laqad Katabnā Fī Az-Zabūri Min Ba`di Adh-Dhikri 'Anna Al-'Arđa Yarithuhā `Ibādiya Aş-Şāliĥūna. (al-ʾAnbiyāʾ 21:105)
Artinya:
Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. (QS. [21] Al-Anbiya' : 105)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Pada ayat yang lalu Allah menerangkan keadaan orang kafir dan orang beriman di akhirat. Pada ayat ini Allah menerangkan ketetapan-Nya tentang orang-orang yang mewarisi bumi. Dan sungguh, telah Kami tulis sebagai suatu ketetapan di dalam Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Dawud dan Sulaiman, setelah tertulis di dalam Az-Zikr, yaitu di Lauh Mahfuz, bahwa bumi ini milik-Ku dan akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu sanggup mengelola bumi dan memakmurkannya, mengambil manfaat dari kekayaan alamnya, serta sanggup memimpin masyarakat dan membangunnya dengan mengikuti petunjuk-Ku.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kitab kepada para Rasul, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an. Dalam kitab-kitab itu diterangkan bahwa bumi ini adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah telah menetapkan juga dalam ayat ini, bahwa hamba-hamba yang mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan memakmurkannya, selama dia mengikuti petunjuk Allah.
Jika diperhatikan sejarah dunia dan sejarah umat manusia, maka orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini, ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat, mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup mempertahankan diri dari serangan luar dan dapat mengokohkan persatuan rakyat yang ada di negaranya. Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada orang-orang tersebut bukanlah berarti Allah telah meridai tindakan-tindakan mereka; karena kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang yang bahagia hidup di akhirat saja, dan ada pula yang bahagia hidup di dunia saja. Sedangkan yang dicita-citakan seorang muslim ialah bahagia hidup di dunia dan di akhirat.
Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat, mereka harus mengikuti Sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, menggalang persatuan dan kesatuan yang kuat di antara meraka sehingga tidak mudah dipecah belah oleh musuh.
Para mufasir berbeda pendapat dalam menafsirkan kata "bumi" dalam ayat ini, di antaranya:
a. Sebagian ahli tafsir mengartikan "bumi" dalam ayat ini dengan "surga". Karena "surga" itu diwariskan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Firman Allah:
Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah memberikan tempat ini kepada kami sedang kami (diperkenankan) menempati surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka (surga itulah) sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (az-Zumar/39: 74)
b. Sebagian yang lain mengartikan kata "bumi" dengan bumi yang sekarang ditempati umat manusia. Firman Allah:
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi. (an-Nur/24: 55)
"Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (al-A'raf/7: 128)
c. Sebagian mufasir lain mengartikan "bumi" dengan tanah suci yang diwarisi oleh orang yang saleh, firman Allah:
Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. (al-A'raf/7: 137)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. berfirman, memberitahukan tentang apa yang telah dipastikanNya dan apa yang telah ditetapkan-Nya buat hamba-hamba-Nya yang saleh, yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, di dunia dipusakakan-Nya bumi ini kepada mereka, selain kebahagiaan di akhirat nanti yang menjadi milik mereka. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 128)
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)
Dan firman Allah Swt.:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya. (An-Nur: 55)
Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa hal ini telah tertulis di dalam kitab-kitab syariat, juga takdir; hal ini pasti akan terjadi. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 105)
Al-A'masy pernah bertanya kepada Sa'id ibnu Jubair tentang makna firman Allah Swt.: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 105) Bahwa yang dimaksud dengan az-zikr ialah kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Mujahid mengatakan bahwa Zabur adalah nama kitab.
Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud, sedangkan az-zikr artinya kitab Taurat.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa az-zikr artinya Al-Qur'an.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa az-zikr ialah kitab yang ada di langit.
Mujahid mengatakan bahwa Zabur artinya semua kitab sesudah az-zikr. az-zikr ialah kitab yang ada di sisi Allah (Lauhul Mahfuz). Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam, bahwa az-zikr adalah kitab pertama.
As-Sauri mengatakan bahwa az-zikr artinya Lauhul Mahfuz.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, sedangkan az-zikr ialah Ummul Kitab yang telah tercatat di dalamnya segala sesuatu sebelum itu.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah Swt. telah menyebutkan di dalam kitab Taurat dan kitab Zabur serta pengetahuan-Nya yang terdahulu sebelum ada langit dan bumi, bahwa Dia akan mempusakakan bumi ini kepada umat Muhammad Saw. dan Dia akan memasukkan mereka yang saleh ke dalam surga-Nya.
Mujahid telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya: bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 105 ) Bahwa yang dimaksud dengan bumi ialah bumi surga.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, Qatadah, As-Saddi, Abu Saleh, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Sauri. Abu Darda mengatakan, "Kitalah yang dimaksud dengan orang-orang saleh itu." Sedangkan menurut As-Saddi, mereka adalah orang-orang mukmin.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur) yakni kitab Zabur yang telah diturunkan oleh Allah (sesudah adanya peringatan) yang dimaksud adalah Ummul Kitab atau Alquran yang telah ada di sisi Allah, yakni di Lohmahfuz (bahwasanya bumi ini) yakni bumi surga (diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang saleh) yakni siapa saja di antara hamba-hamba-Ku yang saleh.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami sungguh telah menuliskan dalam kitab Zabûr, kitab suci Dâwûd, bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang pantas untuk membangun dan menyediakan keperluan hidup yang layak di dalamnya.
6 Tafsir as-Saadi
"(Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulangi-nya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya. Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bah-wasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shalih." (Al-Anbiya`: 104-105).
(104) Allah mengabarkan bahwa pada Hari Kiamat, Dia akan melipat langit-langit kendatipun bentuknya besar dan begitu luas, sebagaimana seorang penulis menutup lembaran-lembaran catatan. Yakni, kertas yang dipakai untuk menulis. Maka, bintang-bintangnya akan jatuh berserakan, matahari dan bulan akan terlipat, tergelincir keluar dari tempat porosnya.
﴾ كَمَا بَدَأۡنَآ أَوَّلَ خَلۡقٖ نُّعِيدُهُۥۚ ﴿ "Sebagaimana Kami telah memulai pen-ciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya." Maksudnya, pengembalian Kami dalam mencipta seperti permulaan Kami dalam mencipta mereka. Sebagaimana Kami (mampu) memulai penciptaan mereka yang sebelumnya mereka belum menjadi apa pun, demikian pula Kami (mampu) mengembalikan mereka (hidup) setelah mati.
﴾ وَعۡدًا عَلَيۡنَآۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ 104 ﴿ "Itulah janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya." Kami akan menjalankan janji Kami, karena kesempurnaan kekuatanNya, dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang mampu mencegahNya.
(105) ﴾ وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِي ٱلزَّبُورِ ﴿ "Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur," yaitu kitab yang tertulis, maksudnya kitab-kitab yang diturunkan, misalnya Taurat dan lainnya, ﴾ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ ﴿ "sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh," maksudnya, Kami telah menulis-kannya dalam kitab-kitab yang diturunkan pasca Kami menulis-kannya di kitab terdahulu, yaitu Lauh Mahfuzh dan buku induk yang sesuai dengan seluruh catatan takdir yang berlaku di akhir masa dan yang tertulis di dalamnya, ﴾ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ ﴿ "bahwasanya bumi ini," yaitu hunian surga ﴾ يَرِثُهَا عِبَادِيَ ٱلصَّٰلِحُونَ 105 ﴿ "dipusakai hamba-hambaKu yang shalih," yang melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Mereka itulah orang-orang yang mana Allah akan mewariskan surga-surga kepada mereka. Seperti perkataan para penghuni surga,
﴾ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا ﴿
"Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini." (Al-A'raf: 43).
﴾ وَأَوۡرَثَنَا ٱلۡأَرۡضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلۡجَنَّةِ حَيۡثُ نَشَآءُۖ ﴿
"Dan Dia telah (memberi) kepada kami tempat ini, sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." (Az-Zumar: 74).
Dan mengandung kemungkinan bahwa maksudnya adalah menjadikan mereka sebagai para khalifah di bumi ini, dan bahwa Allah mendudukkan orang-orang shalih sebagai penguasa di bumi dan menetapkan mereka sebagai pemiliknya. Seperti Firman Allah,
﴾ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ …﴿
"Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan men-jadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka…." (An-Nur: 55).