Al-Anbiya' Ayat 17
لَوْ اَرَدْنَآ اَنْ نَّتَّخِذَ لَهْوًا لَّاتَّخَذْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّآ ۖاِنْ كُنَّا فٰعِلِيْنَ ( الأنبياء: ١٧ )
Law 'Aradnā 'An Nattakhidha Lahwan Lāttakhadhnāhu Min Ladunnā 'In Kunnā Fā`ilīna. (al-ʾAnbiyāʾ 21:17)
Artinya:
Seandainya Kami hendak membuat suatu permainan (istri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat demikian. (QS. [21] Al-Anbiya' : 17)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Seandainya Kami, hendak membuat suatu permainan dalam kehidupan ini dengan mengambil istri dan anak, sebagaimana tuduhan orang-orang kafir, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami, dari segi cara, pilihan dan jumlah yang Kami kehendaki, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat demikian, namun tindakan ini mustahil bagi Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Untuk memahami dengan tuntas anggapan orang-orang kafir yang keliru itu, maka dalam ayat ini Allah menambah keterangan bahwa jika seandainya Allah menciptakan alam ini dengan maksud main-main, niscaya Allah dapat saja menciptakan permainan-permainan yang sesuai dengan keinginan-Nya, seperti perbuatan raja-raja yang mendirikan istana yang megah-megah dengan singgasana dan tempat-tempat tidur yang empuk. Akan tetapi Allah tidak bermaksud demikian, dan tidak akan berbuat semacam itu. Allah menciptakan langit dan bumi itu adalah untuk kebahagiaan hidup manusia, dan untuk dijadikan sarana berpikir bagi manusia agar mereka meyakini keagungan khalik-Nya dan taat kepada-Nya. Maka Allah menciptakan langit dan bumi adalah dengan hikmat dan tujuan yang tinggi, sesuai dengan ketinggian martabatnya. Sifat main-main dan bersantai-santai adalah sifat makhluk, bukan sifat Allah.
Manusia juga termasuk ciptaan Allah yang telah diciptakan-Nya berdasarkan hikmah dan tujuan yang mulia, dan diberinya kelebihan dari makhluk-makhluk-Nya yang lain. Oleh karena itu manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya, dan Allah akan memberinya balasan pahala atau siksa, sesuai dengan baik dan buruknya perbuatan manusia itu.
Sebagian mufasirin menafsirkan dalam ayat ini dengan arti "anak". Jadi menurut mereka, Jika Allah hendak mengambil anak tentu diambil-Nya dari golongan makhluk-Nya yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya, yaitu dari golongan malaikat, umpamanya sebagaimana firman Allah dalam ayat-ayat lain:
Sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang Dia kehendaki dari apa yang telah diciptakan-Nya. (az-Zumar/39: 4)
Sementara mufasir yang lain menafsirkan lahwan dengan arti "istri".
Akan tetapi mempunyai anak istri dan keturunan bukanlah sifat Allah, melainkan sifat-sifat makhluk-Nya; sedang Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Dengan adanya istri dan anak berarti Allah membutuhkan orang lain sementara Allah sama sekali tidak membutuhkan kepada selain-Nya, sehingga adanya istri dan anak menjadi sesuatu yang mustahil bagi-Nya. Maka anggapan sebagian manusia bahwa Allah mempunyai anak, adalah anggapan yang sesat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian (tentulah Kami telah melakukannya).
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami.
Makna lafaz ladunna sama dengan 'indina yang artinya dari sisi Kami. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa 'jika demikian keadaannya, maka Kami tidak perlu menciptakan surga, neraka, kematian, kebangkitan, dan hisab amal perbuatan'.
Al-Hasan dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan.
Bahwa al-lahwu artinya wanita menurut bahasa orang-orang Yaman,
Ibrahim An-Nakha'i mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
...tentulah Kami membuatnya. (Al Anbiyaa:17) Yakni dari kalangan bidadari yang bermata jelita.
Ikrimah dan As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-lahwu dalam ayat ini ialah anak. Pendapat yang sebelumnya berkaitan erat dengan pendapat ini.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya, Mahasuci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az Zumar:4)
Allah Swt. menyucikan diri-Nya dari memungut anak secara mutlak, terlebih lagi dari tuduhan dusta lagi batil yang dilancarkan oleh mereka, bahwa Dia mengambil Isa, atau Uzair, atau malaikat sebagai anak-Nya.
Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al Israa':43)
Firman Allah Swt.:
Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya).
Qatadah, As-Saddi, Ibrahim An-Nakha'i, dan Mugirah ibnu Miqsam mengatakan bahwa makna ayat ini ialah 'Kami tidak akan melakukan hal itu'.
Mujahid mengatakan bahwa semua lafaz in yang ada di dalam Al-Qur'an mengandung makna ingkar atau bantahan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan) hal-hal yang dapat dijadikan hiburan seperti istri dan anak (tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami) para bidadari dan para Malaikat. (Jika Kami menghendaki berbuat) demikian, tetapi Kami tidak akan memperbuatnya dan tidak menghendakinya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Jika memang Kami hendak bermain-main, tentu Kami dapat melakukannya pada kerajaan milik Kami, di mana tak ada yang memilikinya kecuali Kami. Tetapi Kami tidak melakukannya, karena hal itu mustahil dan tidak pantas terjadi pada Kami.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi, dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan (istri dan anak), tentu-lah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki ber-buat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya)." (Al-Anbiya`: 16-17).
(16) Allah تعالى memberitahukan bahwa Dia tidaklah men-ciptakan langit dan bumi dengan sia-sia dan main-main, tanpa ada manfaat tertentu. Justru, Allah menciptakannya dengan dasar kebenaran dan untuk tujuan yang benar, agar para hamba dapat membuktikan dengannya bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Pencipta lagi Mahaagung, Maha Mengatur, Mahabijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang, yang memegang keseluruhan aspek kesempurnaan, sanjungan, kehormatan, Dzat yang benar Firman-firmanNya, dan yang jujur para utusanNya tentang pemberitaan yang mereka sampaikan. Dan bahwa Dia-lah Dzat Yang Maha-kuasa atas penciptaan keduanya (langit dan bumi) meski luas dan besar, Mahakuasa untuk mengembalikan jasad-jasad (hidup lagi) setelah kematiannya untuk membalasi orang yang berbuat kebaikan atas kebaikannya, dan orang yang berbuat jelek atas kejelekannya.
(17) ﴾ لَوۡ أَرَدۡنَآ أَن نَّتَّخِذَ لَهۡوٗا ﴿ "Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan (istri dan anak)," sebagai anggapan dan perkiraan yang mustahil saja ﴾ لَّٱتَّخَذۡنَٰهُ مِن لَّدُنَّآ ﴿ "tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami," maksudnya berasal dari sisi Kami. ﴾ إِن كُنَّا فَٰعِلِينَ 17 ﴿ "Jika Kami menghendaki berbuat demikian (tentulah Kami telah melakukan-nya)." Dan Kami pun tidak pernah memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang mengandung kesia-siaan dan permainan. Sebab, hal itu merupakan bentuk kekurangan dan perumpamaan yang buruk, Kami tidak ingin mempertontonkannya kepada kalian. Langit-langit dan bumi yang sudah terbiasa dalam jangkauan pandangan kalian, tidak mungkin tujuan penciptaan keduanya hanyalah sia-sia dan main-main (tanpa ada hikmah yang luhur). Semua (kete-rangan) ini semata-mata ingin mengakomodasi akal-akal yang dangkal dan ingin memenuhi kepuasannya dari segala aspek yang dapat memuaskan. Mahasuci Dzat Yang Mahalembut, Penyayang lagi Bijaksana dalam menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.