Al-Hajj Ayat 59
لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُّدْخَلًا يَّرْضَوْنَهٗۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَلِيْمٌ حَلِيْمٌ ( الحج: ٥٩ )
Layudkhilannahum Mudkhalāan Yarđawnahu Wa 'Inna Allāha La`alīmun Ĥalīmun. (al-Ḥajj 22:59)
Artinya:
Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk (surga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun. (QS. [22] Al-Hajj : 59)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Rezeki baik yang disebut ayat di atas adalah surga. Sungguh, Allah pasti akan memasukkan mereka, orang beriman yang berhijrah pada jalan-Nya, ke tempat masuk, yakni surga dengan segala kenikmatannya yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah akan memasukkan semua orang yang terbunuh di jalan-Nya dan orang-orang yang meninggal dalam keadaan hijrah itu ke dalam surga yang penuh kenikmatan di akhirat kelak, sebagai balasan bagi apa yang telah mereka lakukan.
Inilah yang dimaksud dengan rezeki pada ayat 58, dan kapan rezeki itu diberikan-Nya. Allah menerangkan bahwa Dia mengetahui semua perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang yang hijrah, mengetahui segala amal yang telah mereka perbuat, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Sebagaimana Allah mengetahui pula perbuatan-perbuatan orang yang zalim. Sekalipun demikian Allah tidak segera menimpakan siksa kepada orang-orang yang zalim, karena Dia juga Maha Penyantun, Allah selalu memberi kesempatan kepada manusia yang berdosa untuk bertobat dan kembali mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan diridai Allah.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Yakni Maha Mengetahui orang-orang yang berhijrah dan berj ihad di jalanNya serta siapa saja yang berhak mendapat pahala tersebut. Maha Penyantun, Maha Pemaaf lagi Maha Mengampuni dosa-dosa mereka, Allah menghapus semua dosa mereka berkat hijrah kepada-Nya dan tawakal mereka kepada-Nya. Adapun mengenai orang-orang yang gugur di jalan Allah dari kalangan kaum muhajir dan bukan muhajir, sesungguhnya dia hidup di sisi Tuhannya dalam keadaan diberi rezeki, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imran:169)
hadis-hadis yang membicarakan hal ini cukup banyak, seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu.
Adapun orang-orang yang wafat di jalan Allah dari kalangan kaum muhajir dan bukan muhajir, termasuk pula ke dalam pengertian ayat ini di samping hadis-hadis sahih yang menguatkannya, yang menyebutkan bahwa mereka diberi rezeki dan mendapat kebaikan yang besar dari Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Abdur Rahman ibnu Syuraih, dari Ibnul Haris (yakni Abdul Karim), dari Ibnu Uqbah (yakni Abu Ubaidah ibnu Uqbah) yang mengatakan bahwa Syurahbil ibnus Simt pernah mengatakan, "Kami bertugas dalam dinas kemiliteran dalam waktu yang cukup lama di sebuah benteng yang ada di negeri Romawi. Kemudian mampirlah kepada kami Salman Al-Farisi r.a., lalu ia berkata bahwa sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan sedang bertugas di medan jihad, maka Allah mengalirkan kepadanya pahala tersebut dan memberinya rezeki serta menyelamatkannya dari dua fitnah.' Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya: 'Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.' (Al Hajj:58-59)
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Bisyr, telah menceritakan kepadaku Hammam, bahwa dia pernah mendengar Abu Qubail dan Rabi'ah ibnu Yusuf Al-Mu'afiri berkata, "Ketika kami berada di Rodes bersama Fudalah ibnu Ubaid Al-Ansari (seorang sahabat Rasulullah Saw.), tiba-tiba lewatlah di hadapan kami dua iringan jenazah, salah satunya gugur di medan perang, sedangkan yang lainnya meninggal dunia. Kemudian orang-orang berkumpul, ikut mengantarkan jenazah yang gugur di medan perang itu. Maka Fudalah berkata, "Mengapa kulihat orang-orang berdatangan kepada jenazah yang satu itu dan meninggalkan jenazah lainnya?" Mereka menjawab, 'Jenazah ini matinya karena gugur di jalan Allah.' Maka Fudalah berkata, 'Demi Allah, saya tidak mempedulikan dari liang lahad manakah keduanya kelak akan dibangkitkan (di hari kiamat). Tetapi dengarkanlah oleh kalian firman Allah Swt. berikut' (yaitu): 'Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati.' (Al Hajj:58), hingga akhir ayat."
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami Salaman ibnu Amir Asy-Syaibani, Abdur Rahman ibnu Jahdam Al-Khaulani pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bersama Fudalah ibnu Ubaid di laut (armada laut) yang saat itu ada dua jenazah, salah satunya mati karena terkena manjaniq, sedangkan yang lainnya mati biasa. Sesudah keduanya dikubur, maka Fudalah ibnu Ubaid duduk di dekat kuburan orang yang mati biasa, lalu dikatakan kepadanya, "Mengapa engkau tinggalkan orang yang mati syahid dan tidak duduk di dekat kuburnya?" Fudalah menjawab, "Saya tidak peduli dari liang manakah keduanya dibangkitkan oleh Allah nanti, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: 'Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga)' (Al Hajj:58), hingga akhir ayat berikutnya. Lalu apalagi yang engkau harapkan, hai hamba Allah, jika engkau dimasukkan ke dalam tempat yang kamu sukai dan kamu mendapat rezeki yang baik di dalamnya. Demi Allah, aku tidak mempedulikan dari liang manakah engkau dibangkitkan."
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Syuraih, dari Salaman ibnu Amir yang mengatakan bahwa Fudalah saat menjadi amir di Rodes yang menguasai kawasan lautan tersebut, pada suatu hari diiringkan jenazah dua orang lelaki ke tempat pengebumiannya, salah satunya gugur di medan perang, sedangkan yang lainnya mati karena ajalnya. Kemudian disebutkan kisah yang semisal.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat) dapat dibaca Mudkhalan dan Madkhalan, artinya tempat masuk atau suatu tempat (yang mereka menyukainya) yaitu surga. (Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang niat mereka (lagi Maha Penyantun) dari menghukum mereka.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka itu benar-benar akan dimasukkan oleh Allah ke dalam surga yang bertingkat-tingkat yang membuat mereka puas dan bahagia. Sesungguhya Allah Maha Mengetahui keadaan mereka. Karenanya, Dia lalu memberi mereka ganjaran yang baik. Dia juga Mahalembut dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rizki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah Sebaik-baiknya Pemberi rizki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun." (Al-Hajj: 58-59).
(58) Ini merupakan berita gembira besar bagi yang me-nempuh perjalanan hijrah di jalan Allah. Dia keluar meninggalkan kampung halaman dan wilayahnya, anak-anak serta harta kekaya-annya dalam rangka menggapai ridha Allah, dan membela agama Allah. Orang ini mesti mendapat pahala dari Allah, baik dia me-ninggal di atas kasurnya atau terbunuh sebagai mujahid di jalan Allah. ﴾ لَيَرۡزُقَنَّهُمُ ٱللَّهُ رِزۡقًا حَسَنٗاۚ ﴿ "Benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rizki yang baik (surga)," di alam Barzakh dan di Hari Kiamat dengan masuk surga yang berisikan rahmat, keindahan, kebaikan, dan kenikmatan hati dan jasmani. Ayat ini juga bisa mengandung pengertian bahwasanya orang yang berhijrah di jalan Allah, sungguh Allah telah menjamin rizkinya di dunia dengan rizki yang melimpah lagi baik. Sama saja, baik Allah mengetahui-nya akan meninggal di atas ranjangnya atau terbunuh di medan laga (mati syahid). Masing-masing akan terjamin rizkinya. Maka, jangan dikira bahwa orang yang pergi meninggalkan kampung halamannya, harta-bendanya (hijrah karena Allah) akan mengalami kemiskinan dan membutuhkan uluran tangan orang. Karena Pem-beri rizkinya adalah sebaik-baik Dzat yang melimpahkan rizki. Sungguh, telah terjadi sebagaimana yang diberitakan. Sesungguh-nya kaum Muhajirin terdahulu, telah meninggalkan kampung halaman, anak keturunan mereka, dan harta-benda mereka demi membela agama Allah. Tidak berapa lama, Allah menaklukkan negeri-negeri bagi mereka dan menjadikan mereka penguasa atas umat manusia. Mereka berhasil menggenggam harta kekayaan negeri-negeri itu. Dengan itu, mereka tergolong orang-orang yang terkaya.
(59) Berdasarkan pernyataan ini, Firman Allah, ﴾ لَيُدۡخِلَنَّهُم مُّدۡخَلٗا يَرۡضَوۡنَهُۥۚ ﴿ "Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya," baik bermakna Allah menaklukkan negeri-negeri bagi mereka, terutama penaklukan kota Makkah yang dimuliakan. Mereka memasukinya dengan diliputi rasa ridha dan suka cita. Atau yang dimaksudkan adalah rizki di akhirat yang berbentuk masuk ke dalam surga. Sehingga ayat ini memadukan antara dua jenis limpahan rizki; rizki di dunia dan rizki di akhirat. Lafazh (yang dipakai) sejalan dengan seluruh makna ini. Dan maknanya tetap benar. Maka, tidak ada salahnya ditujukan pada semua makna itu. ﴾ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَعَلِيمٌ ﴿ "Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui," segala urusan, yang zahir maupun batin, yang terdahulu dan yang terjadi belakangan ﴾ حَلِيمٞ 59 ﴿ "lagi Maha Penyantun," para makhluk mendurhakaiNya dan menentangNya dengan berbagai macam dosa besar, akan tetapi Dia tidak menye-gerakan siksaan atas mereka, kendatipun sangat mampu melaku-kannya. Justru tetap mencurahkan rizki bagi mereka dan mengu-curkan kebaikan untuk mereka.