Al-Mu'minun Ayat 114
قٰلَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا لَّوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ( المؤمنون: ١١٤ )
Qāla 'In Labithtum 'Illā Qalīlāan Law 'Annakum Kuntum Ta`lamūna. (al-Muʾminūn 23:114)
Artinya:
Dia (Allah) berfirman, “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.” (QS. [23] Al-Mu'minun : 114)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Melanjutkan pertanyaan bernada kecaman yang Allah tujukan kepada para pendurhaka, Dia berfirman, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal di bumi hanya sehari atau setengah hari, Kami tidak tahu persis." Allah melanjutkan, “Maka tanyakanlah kepada mereka, yaitu para malaikat, yang menghitung dan mencatat umur manusia, atau tanyakan kepada manusia yang memahami perhitungan untuk membuktikan kebenaran Kami.” Dia berfirman, “Kamu tidak tinggal di bumi melainkan hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa mereka memang tinggal di dunia hanya sebentar. Andaikata mereka menyadari hal itu ketika mereka tinggal di dunia, sedang kehidupan yang dihadapinya di akhirat adalah kehidupan yang tiada batasnya, tentu mereka akan berbuat hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Akan tetapi, mereka lalai menyadarinya, sehingga mereka layak mendapat azab dari Allah. Rasulullah bersabda:
Ketika Ibnu Abi hatim meriwayatkan dari Aiqa' bin Abd al-Kalai, Rasulullah bersabda bahwa apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga dan penghuni neraka ke dalam neraka; Allah berfirman, "Wahai penghuni surga! Berapa lama engkau hidup di dunia?" Mereka menjawab, "Kami tinggal di dunia hanya sehari atau tidak sampai satu hari." Allah berfirman, "Alangkah baiknya engkau sekalian menginvestasikan waktu yang sehari itu, atau tidak sampai satu hari itu. Engkau sekalian memperoleh rahmat-Ku, rida-Ku dan surga-Ku. Tinggallah kamu sekalian di dalam surga untuk selama-lamanya." Sesudah itu Allah berfirman, "Wahai penghuni neraka! Berapa lamakah kamu tinggal hidup di dunia?" Mereka menjawab, "Kami tinggal di dunia hanya sehari atau tidak sampai satu hari." Allah berfirman, "Alangkah buruknya kamu sekalian menginvestasikan waktu yang sehari atau tidak sampai satu hari itu. Kamu sekalian menerima murka-Ku dan memasuki neraka-Ku. Tinggallah di dalam neraka untuk selama-lamanya."
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja.”
Yaitu dalam waktu yang relatif pendek.
"Kalau kalian sesungguhnya mengetahui.”
Yakni kalau kalian mengetahui, tentulah kalian tidak akan memilih dunia yang fana dengan meninggalkan akhirat yang kekal, tentulah kalian tidak akan memperlakukan diri kalian dengan perlakuan seburuk ini, dan tentulah kalian tidak berhak mendapat murka Allah dalam waktu yang relatif pendek itu. Dan seandainya kalian bersabar dalam menjalani ketaatan kepada Allah dan menyembah-Nya seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman, tentulah kalian akan beruntung memperoleh keberhasilan yang sama seperti mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Safwan, dari Aifa' ibnu Abdul Kala'i, bahwa ia pernah mendengar Aifa' berkhotbah di hadapan orang banyak, yang antara lain ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah setelah memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka, berfirmanlah Dia, 'Hai ahli surga, berapa tahunkah kalian tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal selama sehari atau setengah hari.' (Allah berfirman), 'Alangkah baiknya apa yang kalian pertukarkan dalam waktu sehari atau setengah hari itu dengan rahmat, rida dan surga-Ku. Sekarang tinggallah di dalam surga untuk selama-lamanya. ' Kemudian Allah berfirman, 'Hai ahli neraka, berapa tahunkah kalian tinggal di bumi? ' Mereka menjawab 'Kami tinggal hanya satu atau setengah hari.' Allah berfirman, 'Alangkah buruknya apa yang kalian pertukarkan dalam waktu sehari atau setengah hari itu dengan neraka dan murka-Ku. Sekarang tinggallah kalian di dalam neraka untuk selama-lamanya'.”
4 Tafsir Al-Jalalain
(Berfirmanlah) Allah swt. melalui lisan malaikat Malik. Menurut qiraat yang lain lafal Qaala dibaca Qul, artinya katakanlah. ("Tiada lain) (kalian tinggal hanya sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui") lama masa tinggal kalian itu, sedikit sekali jika dibandingkan keabadian kalian di dalam neraka.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah berkata lagi kepada mereka, "Kalian hidup di dunia hanya sebentar saja. Kalau saja kalian mengetahui akibat kekufuran dan sikap durhaka dan bahwa kenikmatan dunia itu sangat sedikit, kalian tentu sudah beriman dan taat.
6 Tafsir as-Saadi
"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam Neraka Jahanam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayatKu telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendusta-kannya? Mereka berkata, 'Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan dahulu kami orang-orang yang tersesat. Ya Rabb kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim.' Allah ber-firman, 'Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.' Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdoa (di dunia), 'Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, dan Engkau ada-lah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.' Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan dahulu kamu selalu menertawakan mereka, sesungguhnya Aku memberi balasan ke-pada mereka di hari ini karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang. Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi.' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakan-lah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu me-ngetahui'." (Al-Mu`minun: 101-114).
(101) Allah تعالى mengabarkan mengenai kengerian Hari Kiamat, dan kejadian-kejadian yang memekakkan telinga dan men-debarkan hati [di hari itu], dan bahwa bila sudah ditiup sangkakala untuk tiupan kebangkitan, lalu orang-orang dihimpun secara kese-luruhan untuk pertemuan pada hari yang sudah ditentukan, maka Allah akan menimpakan kepada mereka rasa takut yang menye-babkan mereka melupakan pertalian nasab (yang merupakan faktor perekat hubungan yang paling kokoh), apalagi bentuk hubungan lainnya. Sungguh, tidak ada orang yang menanyakan kondisi orang lain lantaran kesibukan pribadinya, karena tidak tahu apakah ia akan selamat tanpa ada kesengsaraan setelahnya, atau akan men-jadi orang yang celaka tanpa ada unsur kebahagiaan sesudahnya. Allah berfirman,
﴾ فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ 33 يَوۡمَ يَفِرُّ ٱلۡمَرۡءُ مِنۡ أَخِيهِ 34 وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ 35 وَصَٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ 36 لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُمۡ يَوۡمَئِذٖ شَأۡنٞ يُغۡنِيهِ 37 ﴿
"Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya; dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya." (Abasa: 33-37).
(102) Pada Hari Kiamat, terdapat momen-momen yang ke-sengsaraannya begitu dahsyat dan pengaruhnya sangat berat dira-sakan. Misalnya, mizan (alat timbangan) yang diperuntukkan untuk membedakan amalan-amalan seorang hamba, dan berdasarkan asas keadilan, dimonitorlah amalannya yang akan membantunya dan merugikannya, serta akan menjadi jelas timbangan kebaikan dan keburukan seberat biji sawi sekalipun. ﴾ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ﴿ "Barang-siapa yang berat timbangan (kebaikannya)," maksudnya kebaikan-kebaikannya lebih dominan daripada amalan-amalan buruknya, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan," lantaran mereka selamat dari api neraka, dan ber-hak mendapatkan surga, serta menggenggam kemenangan dengan mendapat pujian yang baik.
(103) ﴾ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ﴿ "Dan barangsiapa yang ringan timbang-annya," maksudnya timbangan amalan-amalan buruknya lebih berat dari kebaikan-kebaikannya dan kesalahan-kesalahannya meling-kupinya, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri," segala kerugian selain kerugian ini adalah sepele, bila dibandingkan dengan kerugian itu. Akan tetapi kerugian itu benar-benar berat. Akibat buruknya tidak bisa ditang-gulangi dan kebaikan yang lenyap tidak bisa dikejar lagi, sebuah kerugian yang abadi, dan kesengsaraan selama-lamanya. Sungguh dia telah merugikan jiwanya yang mulia yang seharusnya dia bisa meraih kebahagiaan yang abadi dengannya. Namun dia melewat-kan kenikmatan yang abadi ini bagi dirinya di sisi Rabb Yang Mahamulia. ﴾ فِي جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ ﴿ "Mereka kekal di dalam Neraka Jahanam." Mereka tidak bisa beranjak keluar darinya selamanya. Ancaman ini, –seperti yang sudah kami terangkan– hanyalah tertuju kepada orang-orang yang dosa-dosanya telah meliputi segala kebaikannya, dan hal itu tidak terjadi kecuali pada orang kafir. Atas dasar ini, mereka tidak menjalani perhitungan amalan sebagaimana orang-orang (pada umumnya) yang kebaikan dan kejelekannya ditim-bang. Sebab, sungguh tidak ada kebaikan pun bagi mereka. Akan tetapi, amalan mereka diperhitungkan dan dibilang, lalu mereka ditempatkan di hadapannya, tujuannya untuk dimintai pengakuan dan dihinakan dengannya.
Adapun orang-orang yang masih mempunyai dasar keimanan, namun amalan-amalan buruknya begitu banyak, hingga menga-lahkan timbangan amalan kebaikannya, maka dia meskipun masuk ke dalam neraka, tidak akan kekal di dalamnya, sebagaimana di-tunjukkan oleh dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah.
(104) Berikutnya, Allah تعالى memberitahukan tentang buruk-nya tempat kesudahan orang-orang kafir. Allah berfirman,﴾ تَلۡفَحُ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ ﴿ "Muka mereka dibakar api neraka," maksudnya, api neraka menutupi mereka dari segala penjuru, sehingga mendera anggota-anggota tubuh mereka yang mulia, dan kobarannya mengoyak-oyak wajah-wajah mereka ﴾ وَهُمۡ فِيهَا كَٰلِحُونَ ﴿ "dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat," rona-rona muka mereka masam dan bibir-bibir mereka menyusut kering, karena dahsyatnya keadaan yang mengitari mereka dan beratnya kejadian yang mereka hadapi.
(105) Maka dilontarkan kepada mereka pertanyaan untuk memburukkan dan mencela mereka, ﴾ أَلَمۡ تَكُنۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Bukankah ayat-ayatKu telah dibacakan kepadamu sekalian." Kalian diseru dengan-nya, supaya beriman dan ditawarkan kepada kalian agar kalian mau mencermatinya, ﴾ فَكُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ ﴿ "tetapi kamu selalu mendusta-kannya," karena sikap aniaya dan penentanganmu. Padahal itu merupakan ayat-ayat yang nyata, yang menunjukkan kepada ke-benaran dan kebatilan, menerangkan perkara-perkara yang lurus dan yang batil?
(106) Saat itulah mereka menyampaikan pengakuan atas tindakan aniaya, yang mana pengakuan itu sudah tidak lagi ber-guna ﴾ قَالُواْ رَبَّنَا غَلَبَتۡ عَلَيۡنَا شِقۡوَتُنَا ﴿ "Mereka berkata, 'Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami'." Maksudnya, kejahatan yang muncul dari ulah aniaya dan berpaling dari kebenaran dan menyambut yang berbahaya dan meninggalkan perkara yang bermanfaat, (sikap ini) telah mendominasi kami ﴾ وَكُنَّا قَوۡمٗا ضَآلِّينَ ﴿ "dan dahulu kami orang-orang yang tersesat," dalam amalan mereka. Walaupun me-reka telah mengetahui bahwa diri mereka berbuat zhalim. Artinya, kami mengerjakan perbuatan-perbuatan di dunia sebagaimana tindakan orang yang salah jalan, sesat lagi bodoh, sebagaimana yang mereka nyatakan dalam ayat lain,
﴾ وَقَالُواْ لَوۡ كُنَّا نَسۡمَعُ أَوۡ نَعۡقِلُ مَا كُنَّا فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ 10 ﴿
"Dan mereka berkata, 'Sekiranya kami mendengarkan atau memi-kirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-peng-huni neraka yang menyala-nyala'." (Al-Mulk: 10).
(107) ﴾ رَبَّنَآ أَخۡرِجۡنَا مِنۡهَا فَإِنۡ عُدۡنَا فَإِنَّا ظَٰلِمُونَ ﴿ "Ya Rabb kami, keluar-kanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim," mereka pun berbohong pada janji ini. Mereka itu, (tabiatnya) sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾ وَلَوۡ رُدُّواْ لَعَادُواْ لِمَا نُهُواْ عَنۡهُ ﴿
"Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya." (Al-An'am: 28),"
maka Allah tidak menyisakan dalih apa pun bagi mereka dan lang-sung memangkas alasan-alasan mereka. Dia telah memberikan umur panjang kepada mereka di dunia, (waktu) yang bisa membuat orang sadar dan orang jahat menjadi jera.
(108) Allah berfirman untuk menjawab permintaan me-reka, ﴾ ٱخۡسَـُٔواْ فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ ﴿ "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku." Ucapan ini –semoga Allah memberikan kita sekalian keselamatan dari neraka– merupakan perkataan yang paling berat secara mutlak yang didengar oleh orang-orang yang telah berbuat jahat untuk meluluhlantakkan harapan dan memburuk-burukkan mereka, menghinakan dan membuat rugi dan memutuskan asa mereka dari setiap kebaikan, dan merupakan kabar gembira datangnya setiap kejelekan. Per-kataan dan kemarahan dari Rabb Yang Maha Penyayang menjadi perkataan paling berat bagi mereka dan paling membekas untuk menyiksa mereka di azab Neraka Jahim.
(109) Selanjutnya, Allah menceritakan kondisi yang menye-ret mereka kepada siksa dan menghentikan curahan rahmat Allah dari mereka. Allah berfirman, ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ فَرِيقٞ مِّنۡ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٰحِمِينَ ﴿ "Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdoa (di dunia), 'Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik'." Orang-orang itu telah menggabungkan antara ke-imanan yang menuntut amalan-amalan baik dan pemanjatan doa kepada Rabb mereka untuk mendapatkan ampunan, rahmat dan perantaraan (tawasul) kepadaNya melalui keyakinan terhadap rububiyah Allah dan anugerahNya bagi mereka berupa iman serta pemberitahuan betapa luasnya rahmat dan meratanya curahan ke-baikanNya. Dalam ucapan mereka ini terkandung penjelasan yang menunjukkan ketundukan, kekhusyuan, ketidakberdayaan mereka dan rasa takut serta harapan mereka kepada Rabb mereka. Mereka itu adalah para pembesar dan tokoh-tokoh dari kalangan umat manusia.
(110) ﴾ فَٱتَّخَذۡتُمُوهُمۡ ﴿ "Lalu kamu menjadikan mereka," wahai orang-orang kafir yang nista lagi kerdil akal-akal dan pikiran-pikirannya ﴾ سِخۡرِيًّا ﴿ "buah ejekan." Kalian mengejek dan mengolok-olok mereka hingga kalian sibuk dengan ucapan-ucapan yang tolol. ﴾ حَتَّىٰٓ أَنسَوۡكُمۡ ذِكۡرِي وَكُنتُم مِّنۡهُمۡ تَضۡحَكُونَ ﴿ "Sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku." Inilah faktor penyebab me-reka lupa mengingat Allah; yaitu kesibukan mereka melancarkan olokan kepada orang-orang yang baik itu, sebagaimana halnya kelalaian mereka dari mengingat Allah memicu mereka untuk me-lontarkan ejekan. Masing-masing kejadian ini saling mendukung. Apakah ada sikap kesembronoan yang lebih fatal dari ini?
(111) ﴾ إِنِّي جَزَيۡتُهُمُ ٱلۡيَوۡمَ بِمَا صَبَرُوٓاْ ﴿ "Sesungguhnya Aku memberi ba-lasan kepada mereka di hari ini karena kesabaran mereka," atas ketaatan kepadaku dan gangguan yang kalian lancarkan (kepada mereka) hingga mereka berhasil sampai kepadaKu. ﴾ أَنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ﴿ "Sesung-guhnya mereka itulah orang-orang yang menang," berhasil meraih ke-nikmatan yang lestari dan keselamatan dari Neraka Jahim. Seba-gaimana Allah berfirman dalam ayat lain,
﴾ فَٱلۡيَوۡمَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنَ ٱلۡكُفَّارِ يَضۡحَكُونَ 34 ﴿
"Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir." (Al-Muthaffifin: 34)
(112-114) ﴾ قَٰلَ ﴿ "Allah bertanya" dalam rangka untuk men-cela dan menetapkan bahwasanya mereka itu orang-orang yang dungu, dalam waktu yang sejenak saja mereka sudah membuku-kan setiap kejelekan yang mendorong mereka menuju kemurkaan dan hukumanNya. Mereka tidak menghasilkan kebaikan yang di-peroleh oleh kaum Mukminin yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan abadi dan keridhaan Rabb mereka, ﴾ كَمۡ لَبِثۡتُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ عَدَدَ سِنِينَ 112 قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٖ ﴿ "berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari." Jawaban mereka ini berlandaskan pada anggapan mereka begitu pendeknya masa tinggal mereka di dunia. Pernyataan ini sudah memperlihatkan sebuah manfaat. Akan tetapi, tidak menun-jukkan kadar sebenarnya dan tidak menentukannya. Karena itu, mereka berkata, ﴾ فَسۡـَٔلِ ٱلۡعَآدِّينَ ﴿ "Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung," yaitu orang-orang yang benar-benar menguasai hitungannya. Adapun mereka, berada dalam kesibukan yang sangat merepotkan dan siksa yang melupakan tentang hitungannya. Maka Allah berkata kepada mereka, ﴾ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗاۖ ﴿ "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja," baik kalian telah menetapkan jang-kanya atau tidak ﴾ لَّوۡ أَنَّكُمۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ﴿ "kalau kamu mengetahui."