Al-Mu'minun Ayat 20
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُوْرِ سَيْنَاۤءَ تَنْۢبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِّلْاٰكِلِيْنَ ( المؤمنون: ٢٠ )
Wa Shajaratan Takhruju Min Ţūri Saynā'a Tanbutu Bid-Duhni Wa Şibghin Lil'ākilīna. (al-Muʾminūn 23:20)
Artinya:
dan (Kami tumbuhkan) pohon (zaitun) yang tumbuh dari gunung Sinai, yang menghasilkan minyak, dan bahan pembangkit selera bagi orang-orang yang makan. (QS. [23] Al-Mu'minun : 20)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan atas rahmat Kami pula Kami tumbuhkan pohon zaitun yang tumbuh pertama kali dari gunung Sinai dengan berbagai manfaatnya; buah yang menghasilkan minyak dan menjadi bahan pembangkit selera bagi orang-orang yang makan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Lalu dengan sebab air hujan itu Allah menumbuhkan untuk manusia kebun-kebun kurma dan anggur dan buah-buahan lain yang beraneka warna yang dapat di makan. Ada pula dari tanam-tanaman itu yang menjadi sumber penghidupan, seperti dari hasil pohon lada, pala, cengkeh dan sebagainya.
Dijadikan pula untuk manusia sejenis pohon kayu yang keluar dari gunung Sinai yaitu pohon zaitun yang banyak tumbuh di sekitar gunung itu, yang banyak menghasilkan minyak dan sering digunakan untuk melezatkan hidangan dan pada akhir-akhir ini dapat pula dijadikan bahan kosmetik dan obat-obatan karena minyak zaitun tidak mengandung kolesterol yang berbahaya bagi tubuh.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
dan pohon kayu yang keluar dari Tursina (pohon zaitun).
Yang dimaksud adalah pohon zaitun, sedangkan tur artinya bukit. Sebagian ulama mengatakan, sesungguhnya bukit dinamakan tur bila padanya terdapat pohon-pohonan, tetapi jika tidak ada pohon-pohonan, maka disebut bukit atau gunung, bukan tur. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Tursina alias Tur Sinin adalah nama bukit yang padanya Musa diajak bicara langsung oleh Allah Swt. begitu pula semua bukit yang ada di sekitarnya yang padanya terdapat pohon zaitun.
Firman Allah Swt.:
yang menghasilkan minyak.
Sebagian ulama mengatakan bahwa huruf ba yang ada dalan lafaz ayat ini adalah zaidah, bentuk aslinya ialah tanbutudduhna (tanpa memakai ba). Seperti halnya yang terdapat di dalam ucapan orang-orang Arab, "Alqa Fulanun Biyadihi," artinya si Fulan memukulkan tangannya, yakni yadahu (tanpa memakai ba).
Sedangkan menurut pendapat ulama yang mengatakan bahwa ia mengandung fi'il yang tidak disebutkan, maka bentuk lengkapnya ialah yang menghasilkan minyak atau yang dapat menghasilkan minyak. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
dan pelezat makanan bagi orang-orang yang makan.
Yakni dapat dijadikan lauk pauk, menurut Qatadah.
Dengan kata lain, buah zaitun itu mengandung manfaat, darinya dapat dihasilkan minyak dan juga dapat dijadikan pelezat makanan. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad, bahwa:
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isa, dari Ata Asy-Syami dari Abu Usaid yang nama aslinya Malik ibnu Rabi'ah As-Sa'idi Al-Ansari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Makanlah minyak zaitun dan jadikanlah sebagai minyak, karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari pohon yang diberkati.
Abdur Rahman ibnu Humaid mengatakan di dalam kitab musnad dan kitab tafsirnya:
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jadikanlah zaitun sebagai lauk pauk dan berminyaklah dengannya, karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari pohon yang diberkati.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abdur Razzaq. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini tidak dikenal melainkan hanya melaluinya, sedangkan dia (Mudtarib) dalam periwayatannya adakalanya menyebut Umar dalam sanadnya, adakalanya tidak menyebutkannya.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepadaku As-Sa'b ibnu Hakim ibnu Syarik ibnu Namilah, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa ia bertamu kepada Umar ibnul Khattab r.a. di malam 'Asyura. Maka Umar menjamunya dengan masakan kepala unta yang sudah dingin dan juga minyak zaitun. Lalu Umar berkata, "Inilah minyak yang diberkati yang telah disebutkan di dalam firman Allah kepada Nabi-Nya."
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan) Kami tumbuhkan pula (pohon kayu yang asal tumbuhnya dari Thursina) dapat dibaca Sina dan Saina dengan tidak menerima Tanwin karena menjadi 'Alamiyah, artinya nama sebuah bukit. Jika tidak menerima tanwin karena Illat Ta'nits, maka berarti nama suatu lembah (yang menghasilkan) dapat dibaca Tunbitu dan Tanbutu (minyak) bila menurut bacaan Tunbitu maka huruf Ba dianggap huruf Zaidah, bila menurut bacaan yang kedua yaitu Tanbutu maka huruf Ba dianggap sebagai huruf Ta'diyah yang menggandengkan Fi'il dengan Maf'ul; pohon yang dimaksud adalah pohon Zaitun (dan sebagai penyedap bagi orang-orang yang makan) lafal ini di'athafkan kepada lafal Bid Duhni, sehingga dibaca Wa Shibghin Lil Aakiliina. Artinya, sebagai penyedap suapan yang dicelupkan kepadanya kemudian dimakan, yang dimaksud adalah minyak Zaitun tersebut.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami menciptakan pula pohon zaitun yang tumbuh di bukit Sinai. Buahnya mengandung minyak yang dapat kalian manfaatkan. Di samping itu, zaitun merupakan lauk pauk bagi orang-orang yang memakannya(1). (1) Ayat ini menunjukkan bahwa pohon zaitun termasuk salah satu karunia Allah yang sangat besar yang disebut dalam beberapa ayat sebelum dan sesudah ayat ini. Hal itu adalah karena zaitun merupakan jenis pohon kayu yang berumur ratusan tahun. Manusia tidak perlu bersusah payah menanamnya, tetapi dapat memetik buahnya untuk masa yang sangat panjang. Kelebihan pohon zaitun lainnya adalah warnanya yang selalu hijau dan indah. Selain itu, penelitian mutakhir membuktikan bahwa zaitun merupakan bahan makanan yang sangat baik yang mengandung kadar protein cukup tinggi. Zaitun juga mengandung zat garam, zat besi dan fosforus yang merupakan bahan makanan terpenting bagi manusia. Lebih dari itu, zaitun mengandung vitamin A dan B. Dari buah zaitun dapat dihasilkan minyak yang pada umumnya juga digunakan sebagai bahan makanan. Sementara, dari segi kesehatan, penelitian terkini membuktikan bahwa zaitun bermanfaat untuk alat pencernaan pada umumnya, terutama hati. Mutu minyak zaitun juga melebihi minyak-minyak lainnya, baik minyak nabati maupun minyak hewani, karena tidak mempunyai efek yang dapat menimbulkan penyakit pada peredaran dan pembuluh darah arteri seperti yang terdapat pada jenis minyak lainnya. Zaitun juga dapat digunakan sebagai bahan penghalus kulit, di samping kegunaan-kegunaan industri lain seperti industri pembuatan sabun di mana zaitun merupakan salah satu bahan campuran terbaik.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atasmu tujuh buah jalan (tujuh buah langit), dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguh-nya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu memperoleh buah-buahan yang banyak, dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan, dan pohon kayu yang keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang meng-hasilkan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan." (Al-Mu`minun: 17-20).
(17) Ketika Allah تعالى menyebutkan penciptaan anak Adam, maka Dia menyebutkan tempat tinggalnya, serta melimpahnya kenikmatan yang tercurahkan padanya dari segala sisi, Allah ber-firman, ﴾ وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا فَوۡقَكُمۡ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atasmu," atap bagi bumi dan kebaikan bagi umat manusia, ﴾ سَبۡعَ طَرَآئِقَ ﴿ "tujuh buah jalan (tujuh buah langit)," maksudnya, maksudnya tujuh langit yang bertingkat-tingkat. Setiap tingkatan berada di atas tingkatan lainnya. Langit itu telah dihiasi dengan bintang-bintang, matahari dan bulan dan Allah meletakkan kemaslahatan-kemaslahatan di dalamnya. ﴾ وَمَا كُنَّا عَنِ ٱلۡخَلۡقِ غَٰفِلِينَ ﴿ "Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami)," sebagaimana penciptaan Kami men-cakup seluruh makhluk, begitu pula ilmu Kami meliputi segala yang Kami ciptakan. Kami tidak melalaikan seorang makhluk pun, dan tidak pula melupakannya. Kami tidaklah menciptakan suatu ciptaan, lantas Kami menjadikannya terbengkalai. Kami tidak me-lupakan langit, hingga berakibat ia roboh ke bumi. Kami tidak me-lupakan partikel kecil yang berada di gulungan ombak lautan dan permukaan padang yang tandus, dan tidak (pula) binatang melata, melainkan (pasti) Kami menganugerahkan rizki baginya,
﴾ وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ ﴿
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya bina-tang itu dan tempat penyimpanannya." (Hud: 6).
Kerap kali Allah تعالى memadukan antara sifat penciptaan de-ngan ilmuNya. Misalnya Firman Allah,
﴾ أَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ 14 ﴿
"Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu tampakkan dan rahasiakan). Dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui." (Al-Mulk: 14).
﴾ بَلَىٰ وَهُوَ ٱلۡخَلَّٰقُ ٱلۡعَلِيمُ 81 ﴿
"Benar, Dia Berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Me-ngetahui." (Yasin: 81).
Karena, penciptaan seluruh makhluk merupakan bukti logis terkuat yang menunjukkan keluasan ilmu dan hikmah Penciptanya.
(18) ﴾ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ ﴿ "Dan Kami turunkan air dari langit," yang menjadi sumber rizki bagi kalian dan binatang-binatang piaraan kalian sesuai dengan ukuran yang memadai bagi kalian. Dia tidak menguranginya [di mana tidak mencukupi bagi tanah dan pepo-honan. Akibatnya, tujuannya tidak terwujud, dan tidak pula me-nambahi dengan kadar yang tidak bisa tertampung], sampai melu-luhlantakkan pemukiman, lalu tumbuh-tumbuhan dan pepohonan pun tidak bisa hidup. Bahkan Allah menurunkannya pada waktu yang diperlukan dan kemudian mengalihkannya manakala timbul gangguan akibat kontinyuitasnya. ﴾ فَأَسۡكَنَّٰهُ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "Lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi," maksudnya, Kami menurunkannya di per-mukaan bumi, lalu air itu diam dan menetap, mengeluarkan ber-bagai pasangan tanaman dengan kekuasaan Dzat Yang menurun-kannya. Allah juga mendiamkannya untuk dipersiapkan menjadi simpanan air tanah, tidak menggelontor ke bawah hingga tidak bisa dicapai dan tidak bisa dijangkau dasarnya. ﴾ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابِۭ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya," baik dengan cara Kami tidak menurunkannya atau menurunkannya kemudian langsung lenyap ke tempat yang tidak bisa dicapai, mau-pun tidak terwujud tujuan penurunannya.
Ini merupakan peringatan dariNya kepada para hambaNya, supaya mereka bersyukur atas nikmat-nikmatNya dan membayang-kan musibah apa yang terjadi bila tidak ada, seperti Firman Allah,
﴾ قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِنۡ أَصۡبَحَ مَآؤُكُمۡ غَوۡرٗا فَمَن يَأۡتِيكُم بِمَآءٖ مَّعِينِۭ 30 ﴿
"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?'" (Al-Mulk: 30).
(19) ﴾ فَأَنشَأۡنَا لَكُم بِهِۦ ﴿ "Lalu dengannya, Kami tumbuhkan untuk kamu ," yakni dengan air itu ﴾ جَنَّٰتٖ ﴿ "kebun-kebun," maksudnya per-kebunan ﴾ مِّن نَّخِيلٖ وَأَعۡنَٰبٖ ﴿ "kurma dan anggur," Allah menyebut dua jenis tanaman ini secara khusus, padahal air itu menumbuhkan pohon-pohon selain dua pohon itu lantaran keunggulan dan man-faat-manfaat keduanya (yang banyak) yang mengalahkan tanaman-tanaman lainnya. Karena itu, Allah menyebutkan lafazh umum dalam FirmanNya, ﴾ لَّكُمۡ ﴿ "untuk kamu," maksudnya di dalam kebun-kebun itu terdapat berbagai macam buah. Sebagiannya kalian makan, seperti buah tin, utruj, delima, apel dan lainnya.
(20) ﴾ وَشَجَرَةٗ تَخۡرُجُ مِن طُورِ ﴿ "Dan pohon kayu yang keluar dari Thur-sina," yaitu pohon zaitun. Maksudnya yaitu jenis tumbuhan ini. Pohon ini disinggung secara khusus karena hanya tumbuh di wila-yah Syam, dan lantaran kegunaan-kegunaannya yang sebagiannya tertuang pada Firman Allah, ﴾ تَنۢبُتُ بِٱلدُّهۡنِ وَصِبۡغٖ لِّلۡأٓكِلِينَ ﴿ "Yang menghasil-kan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan," maksud-nya di dalamnya terdapat az-zait yang artinya minyak, dipakai untuk penerangan dan campuran bagi orang-orang yang makan. Maksudnya menjadi lauk bagi orang-orang yang makan dan ke-gunaan-kegunaan lainnya.