Al-Furqan Ayat 2
ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا ( الفرقان: ٢ )
Al-Ladhī Lahu Mulku As-Samāwāti Wa Al-'Arđi Wa Lam Yattakhidh Waladāan Wa Lam Yakun Lahu Sharīkun Fī Al-Mulki Wa Khalaqa Kulla Shay'in Faqaddarahu Taqdīrāan. (al-Furq̈ān 25:2)
Artinya:
Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat. (QS. [25] Al-Furqan : 2)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Allah yang menurunkan “Furqàn” itu adalah Dia yang memiliki ke-rajaan langit dan bumi. Kekuasaan-Nya begitu sempurna dan kemampuan-Nya tidak berbatas dalam mengurus keduanya. Dia tidak mempunyai anak karena Dia tidak membutuhkannya, dan tidak pula ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya karena Dia Mahakuasa sehingga tidak memerlukan bantuan, dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat, teliti, dan penuh hikmah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah memuji diri-Nya dengan menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw yang disebutnya "hamba-Nya" untuk menjadi peringatan bagi alam semesta (manusia dan jin). Dengan pujian terhadap diri-Nya karena Dia menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad dapatlah dipahami bahwa Al-Qur'an itu adalah suatu kitab yang amat penting dan amat tinggi nilainya di sisi Allah, karena Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi makhluk-Nya yang dimuliakan-Nya yaitu manusia, sedangkan ciptaan-ciptaan lainnya baik di langit maupun di bumi adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pada ayat ini Allah tidak menyebut Al-Qur'an tetapi al-Furqan karena Al-Qur'an itu adalah pembeda yang hak dan yang batil antara petunjuk dan kesesatan. Al-Qur'an diturunkan untuk seluruh umat manusia di masa Nabi Muhammad dan masa sesudahnya sampai hari Kiamat, karena nabi-nabi sebelum Muhammad saw hanya diutus untuk kaumnya sedang Nabi Muhammad diutus untuk manusia di segala masa dan di semua tempat.
Demikian pula Allah tidak menyebut nama Muhammad atau Rasul-Nya tetapi menyebut "hamba-Nya" karena hendak memuliakan-Nya dengan gelar itu. Manusia yang benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah mengaku keesaan dan kekuasaan-Nya, taat dan patuh menjalankan perintah-Nya selalu menjadikan petunjuk-Nya sebagai pedoman hidupnya, mencintai Allah secara hakiki lebih daripada apa pun di dunia ini, itulah hamba Allah yang hakiki, hamba Allah terkandung di dalam Surah al-Furqan ini. Di dalam ayat-ayat lain Allah menyebut Nabi Muhammad saw dengan predikat "hamba-Nya" seperti firman-Nya:
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya. (al-Isra`/17: 1)
Dan firman-Nya:
Dan sesungguhnya ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya. (al-Jin/72: 19)
Dan firman-Nya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok. (al-Kahf/18: 1)
Setelah Allah menyebutkan diri-Nya Yang menurunkan al-Furqan kepada hamba-Nya, barulah Dia mensifati diri-Nya bahwa Dialah pemilik langit dan bumi dan yang berkuasa atas keduanya, mengutus dan mengurusnya menurut hikmah kebijaksanaan-Nya sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan masing-masing ciptaan-Nya itu. Allah menyatakan pula bahwa Dia tidak mempunyai anak sebagaimana dituduhkan oleh kaum Nasrani, orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (at-Taubah/9: 30)
Dan firman-Nya:
Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), "Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki?" atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)? Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan, "Allah mempunyai anak." Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta. Apakah Dia (Allah) memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? (as-shaffat/37: 149-153)
Selanjutnya Allah menyatakan lagi bahwa Dia tidak bersekutu dengan lainnya dalam kekuasaan-Nya, hanya Dialah yang patut disembah dan kepada-Nya sajalah manusia harus memohonkan sesuatu, bukan seperti yang dilakukan oleh manusia-manusia yang telah sesat yang menyembah makhluk-Nya seperti menyembah manusia, berhala dan benda-benda lainnya. Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan mengaturnya menurut kehendak dan Ilmu-Nya.
Ringkasnya segala sesuatu dalam alam ini baik di langit maupun di bumi adalah makhluk-Nya. Dialah Penciptanya tidak ada Pencipta selain Dia tidak ada sekutu bagi-Nya yang patut disembah, semua berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk patuh kepada sunnah dan peraturan yang telah ditetapkan-Nya. Janganlah sekali-kali terbayang atau terlintas dalam pikiran manusia bahwa Dia mempunyai anak atau mempunyai sekutu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. membersihkan diri-Nya dari beranak dan sekutu. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Al Furqaan:2)
Yakni segala sesuatu selain Dia adalah makhluk lagi dimiliki, sedangkan Dialah Yang Menciptakan segala sesuatu, Yang Menguasai, Yang Memiliki dan Tuhannya, segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, diatur oleh-Nya, tunduk kepada-Nya dan kepada takdir-Nya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu) karena hanya Dialah yang mampu menciptakan kesemuanya itu (dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya) secara tepat dan sempurna.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Hanya Dialah pemilik kerajaan langit dan bumi. Dia tidak mempunyai anak dan tidak pula ada sekutu bagi-Nya dalam kepemilikan. Dia telah menciptakan segala sesuatu dan memberikan ukuran dan aturan yang sangat cermat kepada masing-masing berupa rahasia-rahasia yang dapat menjamin keberlangsungan tugasnya secara teratur (sistematis)(1). (1) Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa semua makhluk, dari sisi kejadian dan perkembangan yang berbeda-beda, berjalan sesuai dengan sistem yang sangat teliti dan bersifat konstan. Tidak ada yang mampu melakukan itu kecuali Allah, Zat Yang Maha Pencipta dan Mahakuasa. Dari sisi kejadiannya, sudah jelas bahwa semua makhluk--terlepas dari perbedaan jenis dan bentuknya--terdiri atas kesatuan unsur-unsur yang sangat terbatas jumlahnya, hampir seratus unsur. Dari jumlah itu, baru sembilan puluh unsur di antaranya sudah dikenal saat ini. Sifat-sifat alami, kimiawi dan berat atomnya tumbuh secara berangsur-angsur. Dimulai dengan unsur nomor satu, yaitu hidrogen yang memiliki berat atom 1. Sementara ini yang terakhir ditemukan adalah unsur kesembilanpuluh enam, yaitu unsur urium yang berat atomnya sampai saat ini belum diketahui. Unsur terakhir yang ditemukan berat atomnya adalah uranium yang memiliki berat atom 238,57. Kesatuan unsur-unsur tadi kemudian membentuk sebuah komposisi sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan dan tidak akan pernah melenceng. Demikian pula yang terjadi pada tumbuh-tumbuhanan dan hewan. Masing-msing terbagi pada kelompok dan jenis yang berbeda. Sedangkan dalam tahapan perkembangannya, sifat-sifatnya berkembang dari makhluk hidup bersel satu, seperti mikrobat, sampai kepada makhluk hidup yang bersel banyak, seperti manusia yang dapat dikatakan paling sempurna. Setiap jenis memiliki sifat-sifat tertentu yang diwarisi dari generasi ke generasi. Semua itu berjalan menurut hukum dan aturan yang bersifat konstan dan teliti yang menggambarkan secara jelas kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
6 Tafsir as-Saadi
"Mahaberkah Allah yang telah menurunkan al-Furqan (yaitu al-Qur`an) kepada hambaNya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. Yang kepunyaanNya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (Al-Furqan: 1-2).
Menurut Mayoritas Ulama
Makkiyah
(1) Ini adalah penjelasan tentang keagunganNya yang sem-purna dan kemanunggalanNya di dalam keesaan dari segala sisi, banyaknya kebaikan dan karuniaNya, seraya berfirman, ﴾ تَبَارَكَ ﴿ "Mahaberkah." Maksudnya Mahaagung, Mahasempurna sifat-sifat-Nya dan Mahabanyak kebaikanNya, yang di antara karunia dan nikmatNya yang terbesar adalah bahwa Dia telah menurunkan al-Qur`an ini, yang membedakan antara yang halal dengan yang haram, antara petunjuk dengan kesesatan, antara orang-orang yang berbahagia dengan orang-orang yang sengsara, ﴾ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ ﴿ "kepada hambaNya," yaitu Muhammad a yang telah menyempurnakan urutan ubudiyah dan mengungguli seluruh rasul; ﴾ لِيَكُونَ ﴿ "agar ia menjadi," maksudnya penurunan al-Furqan kepada hambaNya itu agar menjadi ﴾ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا ﴿ "pemberi peringatan kepada seluruh alam," yang memberikan mereka peringatan akan siksa Allah dan azab-Nya, menjelaskan kepada mereka letak-letak keridhaanNya dari kemurkaanNya, sehingga siapa saja yang menerima peringatannya dan mengamalkannya, niscaya (menjadi) termasuk orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat, yaitu orang-orang yang meraih kebahagiaan abadi dan kerajaan nan kekal. Apakah ada sesuatu lagi di atas nikmat, karunia dan ihsan ini? Maka Mahaluhur Allah yang mana ini merupakan sebagian dari karunia dan berkahNya.
(2) ﴾ ٱلَّذِي لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Yang kepunyaanNya-lah kerajaan langit dan bumi" maksudnya kepunyaanNya semata hak pengen-dalian pada keduanya, apa saja yang ada pada keduanya adalah hamba dan budak bagiNya, tunduk kepada keagunganNya lagi patuh kepada rububiyahNya, dan mereka sangat butuh kepada belas kasihNya; Yang mana ﴾ لَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدٗا وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٞ فِي ٱلۡمُلۡكِ ﴿ "Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya)." Bagaimana mungkin Dia akan mempunyai anak atau sekutu, se-dangkan Dia adalah Yang Maha Raja (Kuasa) sedangkan selain Dia adalah budak-budakNya; dan Dia-lah Yang Mahaperkasa, sedang-kan selain Dia adalah di bawah keperkasaanNya; dan Dia-lah Yang Mahakaya dengan DzatNya dari segala sisi, sedangkan semua makhluk sangat tergantung [butuh] kepadaNya secara otomatis dari segala sisi? Dan bagaimana mungkin Dia akan mempunyai sekutu dalam kerajaan (kekuasaanNya), sedangkan ubun-ubun semua (makhluk) ada di TanganNya. Mereka tidak bergerak atau diam dan tidak pula berbuat kecuali dengan izinNya. Maka Maha-suci Allah dari semua itu dengan sesuci-suciNya. Sungguh orang yang mengatakan demikian (yaitu bahwa Allah mempunyai anak atau sekutu. Pent.) sama sekali tidak menaruh hormat kepada Allah dengan penghormatan yang sebenar-benarnya.
Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡءٖ ﴿ "Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu," meliputi alam atas dan alam bawah, yang berupa hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati, ﴾ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِيرٗا ﴿ "lalu Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapi-nya." Maksudnya, Dia telah memberikan kepada setiap makhluk (ciptaan) itu segala sesuatu yang pantas dan sesuai dengannya sebagai ciptaan, dan sesuai dengan tuntutan kebijaksanaanNya dalam semua itu; sehingga setiap makhluk (ciptaanNya) menjadi sangat tidak masuk akal sehat kalau terbentuk berbeda dengan bentuk dan rupanya yang tampak, bahkan setiap bagian dan ang-gota dari satu makhluk (ciptaan) tidak akan cocok baginya selain tempat yang telah ditetapkan untuknya. Allah سبحانه وتعالى berfirman,
﴾ سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى 1 ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ 2 وَٱلَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ 3 ﴿
"Sucikanlah nama Rabbmu Yang Paling Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaanNya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) lalu memberi petunjuk." (Al-A'la: 1-3).
Dan Dia berfirman,
﴾ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ 50 ﴿
"Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." (Thaha: 50).
Setelah Allah menjelaskan kesempurnaanNya, keagungan dan berlimpahnya karuniaNya, dan hal itu mengharuskan agar (hanya) Dia semata yang pantas dicintai, diibadahi (disembah), diagung-kan, diesakan dengan tulus, tidak ada sekutu bagiNya, maka sangat tepat untuk dijelaskan kebatilan beribadah (menyembah) kepada selainNya, seraya berfirman,