Al-Furqan Ayat 23
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا ( الفرقان: ٢٣ )
Wa Qadimnā 'Ilaá Mā `Amilū Min `Amalin Faja`alnāhu Habā'an Manthūrāan. (al-Furq̈ān 25:23)
Artinya:
Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (QS. [25] Al-Furqan : 23)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kemudian Allah menjelaskan tentang nasib dari amal kebajikan yang telah diperbuat oleh orang kafir di akhirat nanti. Dan Kami akan perlihatkan segala amal kebajikan yang mereka kerjakan, seperti membantu orang miskin dan amal sosial lainnya. lalu Kami akan jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan. Sebab, perbuatan baik tidak akan diterima Allah jika pelakunya kafir. Hasil dari kebajikan itu hanya bermanfaat di dunia saja seperti mendapat pujian dan penghargaan dari masyarakat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan sebab-sebab kemalangan dan kerugian orang kafir. Allah akan memperlihatkan segala perbuatan yang mereka anggap baik yang pernah dikerjakan selama hidup di dunia, seperti silaturrahim, menolong orang yang menderita, memberikan derma untuk meringankan bencana alam, memberi bantuan kepada rumah sakit dan yatim piatu, membebaskan atau menebus tawanan, dan sebagainya. Sebanyak apa pun kebaikan mereka, tidak akan memperoleh imbalan apa pun di sisi Allah. Mereka hanya dapat memandang kebaikan itu tanpa dapat mengambil manfaatnya sedikit pun. Kebaikan-kebaikan mereka itu lalu dijadikan Allah bagaikan debu yang beterbangan di angkasa karena tidak dilandasi iman yang benar kepada Allah. Mereka hanya bisa duduk termenung penuh dengan penyesalan. Itulah yang mereka rasakan sebagai akibat kekafiran dan kesombongan mereka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (Al Furqaan:23).
Ini terjadi pada hari kiamat di saat Allah menghisab amal perbuatan yang telah dilakukan oleh semua hamba, amal yang baik dan amal yang buruk. Maka Allah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu imbalan pun dari amal-amal perbuatan yang telah mereka lakukan, padahal mereka menduga bahwa amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan diri mereka. Demikian itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat yang diakui oleh syariat, yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah. Setiap amal perbuatan yang dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan tuntunan syariat yang diridai adalah batil. Amal perbuatan orang-orang kafir itu tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat tersebut, dan adakalanya kedua syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima. Untuk itu.Allah Swt. berfirman: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kamijadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23)
Mujahid dan As'-Sauri mengatakan bahwa makna qadimna ialah Kami hadapi. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, sedangkan sebagian lain ada yang mengatakannya 'Kami datangi'.
Firman Allah Swt.:
lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23)
Sufyan As-Sauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23) Yaitu sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding.
Hal yang sama diriwayatkan dari perawi lainnya yang bukan hanya seorang, dari Ali r.a. Hal yang semisal diriwayatkan-pula dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jubair, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, yaitu sinar matahari yang memasuki lubang dinding rumah seseorang di antara kalian, seandainya dia meraupkan tangannya pada sinar itu, ia tidak dapat menangkapnya.
Ali ibnu AbuTalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23) Yang dimaksud ialah air yang ditumpahkan.
Abul Ahwas meriwayatkan dari Abu Ishaq. dari Al-Haris, dari Ali, “haba 'amansuran" bahwa makna al-haba ialah laratnya hewan. Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, juga dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23) Tidakkah engkau melihat pohon yang kering bila tertiup angin? Makna yang dimaksud adalah seperti dedaunannya yang berguguran itu.
Abdullah Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Hakim, dari Abu Sari' At-Ta-i,dari Ubaid ibnu Ya'la yang mengatakan bahwa sesungguhnya al-haba itu adalah debu yang diterbangkan oleh angin.
Kesimpulan dari semua pendapat di atas mengisyaratkan kepada makna yang dikandung oleh ayat. Demikian itu karena mereka telah melakukan banyak amal perbuatan yang menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan di hadapan Raja, Hakim Yang Mahaadil, yang tidak pernah kelewat batas dan tidak pernah menganiaya seseorang (Dialah Allah), ternyata kosong belaka, tiada artinya sama sekali. Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu yang tiada artinya lagi berserakan, yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali. Hal yang sama telah diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras. (Ibrahim:18), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. (Al Baqarah: 264)
Juga firman Allah Swt.:
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An Nuur:39)
Tafsir mengenainya telah disebutkan di dalam tafsir surat An-Nur.
4 Tafsir Al-Jalalain
("Dan Kami hadapi) kami hadapkan (segala amal yang mereka kerjakan) amal kebaikan seperti sedekah, menghubungkan silaturahmi, menjamu tamu dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di dunia (lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.") amal perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu, tidak ada pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi, yaitu iman, akan tetapi mereka telah mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Pada hari kiamat akan Kami beberkan perbuatan mereka yang berbentuk kebaikan dan kebaktian di dunia. Kemudian Kami hapuskan semua itu dan mereka tidak Kami beri pahala. Sebabnya adalah karena mereka tidak beriman. Padahal keimanan itulah yang membuat suatu amal perbuatan dapat diterima.
6 Tafsir as-Saadi
"Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemu-an dengan Kami, 'Mengapakah tidak diturunkan kepada kita ma-laikat, atau kita melihat Rabb kita.' Sungguh mereka menganggap besar diri mereka, dan mereka benar-benar sangat melampaui batas. Pada hari mereka melihat malaikat, di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa, dan mereka berkata, 'Hijran mahjura.'[28] Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beter-bangan." (Al-Furqan: 21-23).
(21) Orang-orang yang mendustakan para rasul, yaitu yang mendustakan janji Allah dan ancamanNya, yang di dalam hati me-reka tidak ada rasa takut terhadap ancaman dan tidak mengharap pertemuan dengan sang Pencipta berkata, ﴾ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡنَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَوۡ نَرَىٰ رَبَّنَاۗ ﴿ "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat, atau kita melihat Rabb kita," maksudnya mengapa para malaikat tidak turun untuk memberikan kesaksian bagimu atas kerasulanmu dan memberikan dukungan kepadamu atasnya, atau mereka turun sebagai rasul-rasul khusus, atau kita langsung melihat Tuhan, agar Dia berbicara kepada kita dan mengatakan, 'Ini adalah utusanKu, maka ikutilah dia!" Ini adalah tindakan menentang Rasul dengan sesuatu yang bukan penentang, akan tetapi ia merupakan kesombongan, keang-kuhan, dan kecongkakan.
﴾ لَقَدِ ٱسۡتَكۡبَرُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "Sungguh mereka menganggap besar diri mereka," di mana mereka mengajukan usulan ini dan telah lancang melakukan tindakan yang sangat tidak sopan ini. Siapa kalian wahai si kaum fakir, wahai si kaum hina, hingga kalian (berani-beraninya) meminta melihat Allah dan kalian beranggapan bahwa kebenaran dan kepastian kerasulan itu sangat tergantung kepada hal yang demikian? Sungguh, kesombongan apalagi yang lebih besar dari ini?
﴾ وَعَتَوۡ عُتُوّٗا كَبِيرٗا ﴿ "Dan mereka benar-benar sangat melampaui batas." Maksudnya, mereka bersikap keras hati dan beku terhadap kebe-naran dengan sekeras-kerasnya. Hati mereka lebih keras daripada batu, atau lebih liat daripada besi, sama sekali tidak mau lunak ter-hadap kebenaran dan tidak mau mendengar (nasihat) orang-orang yang memberi nasihat. Maka dari itu nasihat dan peringatan sama sekali tidak membekas pada mereka, dan mereka tidak mau meng-ikuti kebenaran ketika seorang pemberi peringatan datang kepada mereka, bahkan mereka menghadapi manusia yang paling jujur dan paling tulus, dan ayat-ayat Allah yang sangat jelas dengan sikap berpaling dan mendustakan [serta menentang]. Keangkuhan apalagi yang lebih besar daripada keangkuhan semacam ini? Maka dari itu, amal perbuatan mereka batal (hangus) dan sirna, dan mereka merugi dengan kerugian yang paling besar [dan terhalang sepenuhnya dari kebaikan].
(22) ﴾ يَوۡمَ يَرَوۡنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ ﴿ "Pada hari mereka melihat malaikat" [yang mereka usulkan kedatangannya], ﴾ لَا بُشۡرَىٰ يَوۡمَئِذٖ لِّلۡمُجۡرِمِينَ ﴿ "di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa." Sebab, tidaklah me-reka melihatnya (beserta bergelimangnya dosa dan keras kepala) melainkan (pasti) untuk menyiksa mereka dan menimpakan azab terhadap mereka. Yang paling awal adalah pada saat kematian, di mana saat itu para malaikat turun kepada mereka. Allah سبحانه وتعالى telah berfirman,
﴾ وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ أَخۡرِجُوٓاْ أَنفُسَكُمُۖ ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ وَكُنتُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهِۦ تَسۡتَكۡبِرُونَ 93 ﴿
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), 'Keluarkan-lah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghina-kan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya'." (Al-An'am: 93).
Kemudian di dalam kubur, di saat Munkar dan Nakir men-datangi mereka, lalu menanyakan kepada mereka tentang tuhan, nabi, dan agama mereka. Maka pada saat itu mereka tidak bisa memberikan jawaban yang dapat menyelamatkan mereka, sehing-ga azab pun menimpa mereka dan rahmat Allah sirna dari mereka.
Kemudian pada Hari Kiamat kelak, saat mereka digiring oleh para malaikat ke neraka, kemudian menyerahkannya kepada para malaikat petugas Jahanam yang bertugas menyiksa mereka dan langsung menghukum mereka.
Inilah yang dahulu mereka usulkan, dan inilah yang dahulu mereka minta, jika mereka tetap dalam kejahatan (dosa), mereka pasti melihatnya dan menjumpainya, maka barulah saat itu mereka mencari perlindungan dari azab malaikat dan lari, namun mereka sama sekali tidak menemukan tempat pelarian. ﴾ وَيَقُولُونَ حِجۡرٗا مَّحۡجُورٗا ﴿ "Dan mereka berkata, 'Hijran Mahjura'."
﴾ يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ إِنِ ٱسۡتَطَعۡتُمۡ أَن تَنفُذُواْ مِنۡ أَقۡطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ فَٱنفُذُواْۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلۡطَٰنٖ 33 ﴿
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan." (Ar-Rahman: 33).
(23) ﴾ وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ ﴿ "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan." Maksudnya, (kami bersengaja kepada) amal per-buatan mereka yang mereka harapkan menjadi kebaikan dan me-reka telah bersusah payah mengerjakannya, ﴾ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءٗ مَّنثُورًا ﴿ "lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan" maksudnya, batal lagi sirna. Mereka telah merugi dan tidak mendapatkan pahalanya (bahkan) mereka disiksa karenanya. Hal yang demikian itu karena amal tersebut tidak ada nilai imannya dan karena ber-sumber dari seorang yang mendustakan Allah dan para rasulNya. Sebab, amal kebaikan yang diterima Allah adalah yang bersumber dari seorang Mukmin nan tulus lagi membenarkan para rasul dan mengikuti mereka.