"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada pepe-rangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata, 'Dari mana datangnya (kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.' Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan apa yang menimpamu pada hari berte-munya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).' Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami meng-ikuti kamu.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati mereka. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, 'Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh', maka katakanlah (kepada mereka), 'Tolak-lah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar'." (Ali Imran: 165-168).
(165) Ini merupakan hiburan dari Allah تعالى bagi hamba-hambaNya yang beriman ketika mereka menderita kekalahan yang telah mereka rasakan pada perang Uhud, dan telah terbunuh dari mereka kira-kira tujuh puluh orang, lalu Allah berfirman, ﴾ قَدۡ أَصَبۡتُم ﴿ "Kamu telah menimpakan" terhadap kaum musyrikin, ﴾ مِّثۡلَيۡهَا ﴿ "(keka-lahan) dua kali lipat" pada perang Badar. Kalian membunuh sekitar tujuh puluh orang dari pembesar-pembesar mereka dan menawan tujuh puluh lagi dari mereka. Maka hendaklah peristiwa itu men-jadi terasa enteng dan musibah tersebut menjadi ringan atas kalian. Dan bersama itu kalian tidaklah sama dengan mereka, karena orang-orang yang terbunuh dari kalian itu berada di surga, sedang mereka di neraka.
﴾ قُلۡتُمۡ أَنَّىٰ هَٰذَاۖ ﴿ "Kamu berkata, 'Darimana datangnya (kekalahan) ini?'" Maksudnya, darimana datangnya derita yang telah kita rasakan itu dan darimana kita dikalahkan?
﴾ قُلۡ هُوَ مِنۡ عِندِ أَنفُسِكُمۡۗ ﴿ "Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sen-diri'," ketika kalian berselisih dan bermaksiat setelah Allah mem-perlihatkan kepada kalian sesuatu yang kalian sukai. Maka kem-balikanlah celaan itu pada diri kalian sendiri dan waspadalah dari sebab-sebab yang menghancurkan.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." Janganlah kalian berburuk sangka kepada Allah, karena Allah Mahakuasa untuk menolong kalian. Akan tetapi Dia memiliki hikmah yang paling sempurna dalam ujian dan musibah kalian tersebut, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah dapat membalas mereka, akan tetapi hal itu agar Allah menguji sebagian kalian dengan sebagian lainnya.
(166-167) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwasanya yang menimpa mereka saat bertemunya kedua pasukan; pasukan kaum Muslimin dan pasukan kaum musyrikin di Uhud berupa kematian dan kekalahan, adalah dengan izinNya, Qadha` dan QadarNya; tidak ada tempat pelarian baginya, dan itu pasti terjadi. Perkara takdir apabila telah terlaksana, maka tidak ada lagi cara kecuali (hanya) menerimanya dan bahwa Allah menetapkan hal itu atas dasar hikmah yang agung dan faidah yang besar, dan bahwa dengan hal itu akan jelas orang Mukmin dari orang munafik, yaitu orang-orang yang bila diperintah untuk ikut berperang, ﴾ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ﴿ "dan kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah'," yaitu, demi membela agama Allah dan melindunginya serta mengharap keridhaan Allah, ﴾ أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ ﴿ "atau pertahankanlah (dirimu)," kehormatan dan negeri kalian apabila kalian tidak me-miliki niat yang shalih, maka mereka enggan ikut berperang dan membuat alasan.
﴾ قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ ﴿ "Mereka berkata, 'Sekiranya kami menge-tahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikutimu'," maksud-nya, sekiranya kami mengetahui bahwasanya akan terjadi pepe-rangan antara kalian dan mereka, niscaya kami akan mengikuti kalian berperang. Tetapi sebenarnya mereka pendusta dalam hal itu. Sungguh mereka telah yakin dan paham, dan setiap orang mengetahui bahwa kaum musyrikin telah dipenuhi oleh dengki dan kebencian terhadap kaum Muslimin karena apa yang telah mereka derita disebabkan kaum Muslimin, dan bahwa mereka telah mengerahkan harta benda mereka, dan mereka telah me-ngumpulkan pasukan sekuat tenaga untuk menghancurkan kaum Muslimin di negeri mereka dengan semangat yang menyala-nyala untuk memerangi mereka. Barangsiapa yang kondisinya seperti ini, bagaimana bisa tidak tergambar bahwa tidak akan terjadi perang antara mereka dengan kaum Muslimin?
Khususnya (alasan) bahwa kaum Muslimin telah (terlanjur) keluar dari Madinah (meninggalkan mereka), dan menghadapi mereka (kafir Quraisy). Ini merupakan suatu alasan yang mustahil, akan tetapi orang-orang munafik menyangka bahwa alasan terse-but melegakan kaum Mukminin. Allah berfirman, ﴾ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٖ ﴿ "Mereka pada hari itu kepada kekafiran" yaitu pada saat mereka tidak berjihad bersama kaum Mukminin, ﴾ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي قُلُوبِهِمۡۚ ﴿ "lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka me-ngatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati mereka."
Ini adalah ciri khas orang-orang munafik, mereka tampakkan pada lisan dan perbuatan mereka apa yang bertentangan dengan yang ada dalam hati dan dada mereka. Di antaranya adalah per-kataan mereka, ﴾ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ ﴿ "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." Sesungguhnya mereka sebenarnya telah mengetahui akan terjadinya peperangan.
Ayat ini menjadi dalil atas sebuah kaidah "melakukan kemu-daratan yang lebih kecil dari dua kemudaratan," untuk menolak kemudaratan yang lebih besar dan melakukan kemaslahatan yang lebih kecil dari dua kemaslahatan karena ketidakmampuan mela-kukan kemaslahatan yang lebih besar, karena kaum munafik itu telah diperintahkan untuk berperang demi agama, dan bila mereka tidak melakukannya maka diperintahkan untuk mempertahankan keluarga dan negeri.
﴾ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُونَ ﴿ "Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan," maka Allah tampakkan semua itu bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, lalu Allah menghukum mereka atas hal tersebut.
(168) Kemudian Allah تعالى berfirman,﴾ ٱلَّذِينَ قَالُواْ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ وَقَعَدُواْ لَوۡ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُواْۗ ﴿ "Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, 'Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh'." Maksudnya, mereka (orang-orang munafik itu) menyatukan tindakan antara tidak ikut berjihad de-ngan menentang dan mendustakan Qadha` dan Qadar Allah.
Allah berfirman membantah mereka, ﴾ قُلۡ فَٱدۡرَءُواْ ﴿ "Katakanlah, 'Tolaklah'," maksudnya, hindarkanlah, ﴾ عَنۡ أَنفُسِكُمُ ٱلۡمَوۡتَ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." (Buktikan) bahwa mereka bila menaati kalian maka tidaklah mereka akan terbunuh, kalian tidak akan mampu melakukan itu dan tidak akan bisa. Dalam ayat-ayat ini terdapat dalil bahwa seorang hamba ter-kadang memiliki ciri-ciri kekufuran dan keimanan, dan terkadang lebih dekat kepada salah satunya daripada kepada lainnya.