Muhammad Ayat 23
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فَاَصَمَّهُمْ وَاَعْمٰٓى اَبْصَارَهُمْ ( محمد: ٢٣ )
'Ūlā'ika Al-Ladhīna La`anahumu Allāhu Fa'aşammahum Wa 'A`maá 'Abşārahum. (Muḥammad 47:23)
Artinya:
Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya. (QS. [47] Muhammad : 23)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Orang-orang munafik yang bersikap seperti yang disebutkan di atas, mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah. Mereka telah dijauhkan dari rahmat dan kasih sayang Allah, lalu dibuat tuli pendengarannya sehingga tidak dapat mengambil pelajaran dari apa yang mereka dengar, dan dibutakan penglihatannya sehingga tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang mereka saksikan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Orang-orang munafik yang bersikap seperti yang disebutkan di atas telah dijauhkan Allah dari rahmat-Nya. Oleh karena itu, Allah menghilangkan pendengaran mereka sehingga tidak dapat mengambil pelajaran dari apa yang dapat mereka dengar, dan Allah membutakan mereka sehingga mereka tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang mereka lihat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Mereka itulah orang-orang yang dilaknati oleh Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (Muhammad: 23)
Larangan membuat kerusakan di muka bumi ini bersifat umum dan larangan memutuskan hubungan kekeluargaan bersifat khusus, bahkan Allah memerintahkan untuk berbuat kebaikan di muka bumi dan menghubungkan tali persaudaraan, yaitu dengan berbuat baik kepada kaum kerabat melalui ucapan dan perbuatan serta bersedekah kepada mereka. Telah disebutkan dalam hadis-hadis sahih adanya perintah mengenai hal tersebut dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan melalui berbagai jalur periwayatan yang cukup banyak.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Abu Mizrad, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Allah Swt. menciptakan makhluk; dan setelah selesai dari menciptakannya, bangkitlah rahim, lalu berpegangan kepada kedua telapak kaki Tuhan Yang Maha Pemurah, maka Dia berfirman, 'Apakah keinginanmu?' Rahim menjawab, "Ini adalah tempat memohon perlindungan kepada-Mu dari orang-orang yang memutuskan (aku).” Maka Allah Swt. berfirman, "Tidakkah kamu puas bila Aku berhubungan dengan orang yang menghubungkanmu dan memutuskan hubungan dengan orang yang memutuskanmu?” Rahim menjawab, "Benar, kami puas.” Allah berfirman, "Itu adalah untukmu.” Lalu Abu Hurairah r.a. berkata, "Bacalah oleh kalian bila kalian menghendaki firman Allah Swt. berikut," yaitu: Maka apakah kiranya jika kamu berpaling (dari jihad) kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (Muhammad: 22)
Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui dua jalur lainnya dari Mu'awiyah ibnu Abu Mizrad dengan sanad yang sama. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Bacalah oleh kalian jika kalian suka: 'Maka apakah kiranya jika kamu berpaling (dari jihad) kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? ' (Muhammad: 22).”
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Mu'awiyah ibnu Abu Mizrad dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Uyaynah ibnu Abdur Rahman ibnu Jusyan, dari ayahnya, dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu perbuatan dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah hukumannya di dunia selain dari azab yang disediakan untuk pelakunya kelak di akhirat selain dari zina dan memutuskan hubungan kekeluargaan.
Abu Daud, Turmuzi, dan Ibnu Majali meriwayatkan hadis ini melalui Ismail alias Ibnu Aliyyah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Maimun Abu Muhammad Al-Mirani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abbad, dari Sauban r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang ingin usianya dipanjangkan dan rezekinya ditambah, hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid, dan mempunyai syahid yang menguatkannya di dalam hadis sahih.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Artah, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai banyak kerabat; aku menghubungkan persaudaraan dengan mereka, tetapi mereka memutuskannya; dan aku memaafkan mereka, tetapi mereka terus berbuat aniaya terhadapku; dan aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka terus-menerus berbuat buruk terhadapku. Bolehkah aku membalas perlakuan mereka?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, kalau begitu berarti kamu semua sama tidak benarnya, tetapi bermurahlah dengan memberikan kelebihan dan tetaplah menghubungkan kekeluargaan, karena sesungguhnya kamu akan terus mendapat pertolongan dari Allah Swt. selama kamu mau melakukan hal tersebut.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal) melalui jalur ini dan mempunyai syahid yang menguatkannya melalui jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la, telah menceritakan kepada kami Matar, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya rahim itu bergantung di Arasy, dan bukanlah orang yang menghubungkan kekeluargaan itu orang yang membalas perlakuan dengan yang setimpal, melainkan orang yang menghubungkan kekeluargaan itu ialah orang yang apabila rahim (kekeluargaan) diputuskan dia menghubungkannya.
Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Abu Sumamah As'-Saqafi, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Kelak di hari kiamat rahim dihadapkan dalam bentuk hajbah (alat tenun) yang dapat berbicara dengan lisan yang lancar, lalu ia memutuskan orang yang memutuskannya dan menghubungkan orang yang menghubungkannya."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, dari Abu Qabus, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang menerimanya dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang-orang yang penyayang disayangi oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Sayangilah penduduk bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh penduduk langit. Rahim itu adalah bagian dari kata Rahman, (Allah Swt. berfirman).”Barang siapa yang menghubungkannya, maka Aku berhubungan dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, Aku putuskan dia.
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama. Dan hadis inilah yang diriwayatkan dengan cara tasalsul awwaliyyah, Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad-Dustuwa'i, dari Yahya ibnu Kasir, dari Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Farid, ayahnya telah menceritakan kepadanya bahwa ia masuk menemui Abdur Rahman ibnu Auf yang sedang sakit (yakni menjenguknya), lalu Abdur Rahman r.a. mengatakan bahwa semoga engkau menghubungkan silaturahmi, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah Swt. telah berfirman, "Aku adalah Tuhan Yang Maha Pemurah, Aku ciptakan rahim dan Kuberikan padanya sebagian dari asma-Ku. Maka barang siapa yang menghubungkannya, niscaya Aku berhubungan dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Aku memutuskan hubungan dengannya.”
Laiazfa-abittuhu berasal dari bittuha, abittuhu. Maknanya sama, yaitu memutuskannya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini melalui jalur ini secara munfarid.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula melalui hadis Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Al-Mirdad atau Abul Mirdad, dari Abdur Rahman ibnu Auf dengan sanad yang sama. Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abu Salamah, dari ayahnya. Hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan silaturahmi banyak sekali.
At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Al-Hajjaj ibnu Yunus, dari Al-Hajjaj ibnul Qarafisah, dari Abu Umar Al-Basri, dari Salman yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Arwah itu adalah bagaikan pasukan yang terlatih. Maka mana saja darinya yang saling mengenal, dapat rukun; dan mana saja darinya yang bertentangan, maka pasti akan bertentangan.
Hal yang senada dikatakan oleh Rasulullah Saw. dalam hadis lain melalui sabdanya,
"Apabila pendapat simpang siur, dan karya nyata tiada lagi, dan lisan bertentangan serta hati saling membenci, maka saat itulah Allah melaknat mereka, menulikan telinga mereka, dan membutakan pandangan mereka."
Hadis-hadis yang menerangkan ancaman terhadap perbuatan memutuskan hubungan silaturahmi cukup banyak.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka itulah) yakni orang-orang yang merusak itu (orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka) dari mendengarkan perkara yang hak (dan dibutakan-Nya mata mereka) dari jalan petunjuk.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka adalah orang-orang yang dijauhkan Allah dari rahmat-Nya, ditulikan telinganya sehingga tidak dapat mendengarkan kebenaran dan dibutakan penglihatannya sehingga tidak melihat jalan petunjuk.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan orang-orang yang beriman berkata, 'Mengapa tiada di-turunkan suatu surat.' Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya me-mandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan lebih utama bagi mereka, taat dan mengucapkan perkataan yang baik. Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) ter-hadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluarga-an? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan dituli-kanNya telinga mereka dan dibutakanNya penglihatan mereka." (Muhammad: 20-23).
(20) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang beriman berkata," karena ingin disegerakannya berbagai perin-tah berat, ﴾ لَوۡلَا نُزِّلَتۡ سُورَةٞۖ ﴿ "Mengapa tiada diturunkan suatu surat," yakni, ayat yang terdapat perintah perang, ﴾ فَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ مُّحۡكَمَةٞ ﴿ "maka apa-bila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya," yakni, yang harus dikerjakan, ﴾ وَذُكِرَ فِيهَا ٱلۡقِتَالُ ﴿ "dan disebutkan di dalamnya (perintah) pe-rang," yang merupakan hal terberat bagi jiwa yang tidak akan bisa dilaksanakan oleh mereka yang memiliki lemah iman, dan karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman,﴾ رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ نَظَرَ ٱلۡمَغۡشِيِّ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ ﴿ "kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati," karena mereka tidak menyukai perang karena terasa berat bagi mereka. Ayat ini sama seperti yang disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمۡ كُفُّوٓاْ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقِتَالُ إِذَا فَرِيقٞ مِّنۡهُمۡ يَخۡشَوۡنَ ٱلنَّاسَ كَخَشۡيَةِ ٱللَّهِ أَوۡ أَشَدَّ خَشۡيَةٗۚ ﴿
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, 'Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah Shalat dan tu-naikanlah Zakat!' Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya." (An-Nisa`: 77).
(20-21) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى mengajak mereka kepada apa yang lebih sesuai dengan kondisi mereka seraya berfirman, ﴾ فَأَوۡلَىٰ لَهُمۡ 20 طَاعَةٞ وَقَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞۚ ﴿ "Dan lebih utama bagi mereka, taat dan mengucapkan perkataan yang baik." Artinya, lebih baik mereka mengerjakan perin-tah yang ada, yang harus dikerjakan oleh mereka serta memusat-kan perhatian mereka untuk melaksanakannya dan jangan terburu-buru mengharapkan sesuatu yang berat, supaya mereka merasa senang dengan keselamatan dan ampunan yang diberikan Allah سبحانه وتعالى.
﴾ فَإِذَا عَزَمَ ٱلۡأَمۡرُ ﴿ "Apabila telah tetap perintah," yakni, perintah serius dan mengharuskan, maka dalam kondisi seperti ini, ﴾ صَدَقُواْ ٱللَّهَ ﴿ "mereka benar (imannya) terhadap Allah," dengan meminta pertolongan kepadaNya serta mencurahkan segenap tenaga untuk menunaikan-nya, ﴾ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۡ ﴿ "niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka," daripada kondisi sebelumnya karena beberapa hal, di antaranya adalah: Pertama, seorang hamba yang kurang di berbagai halnya tidak memiliki kemampuan apa pun kecuali jika Allah سبحانه وتعالى memberi-nya pertolongan, karena itulah jangan meminta lebih dari perintah yang ada. Kedua, seorang hamba jika jiwanya bergantung pada sesuatu yang akan datang, maka amalnya akan lemah dan tidak mampu menunaikan tugasnya yang ada karena memikirkan tugas yang akan datang, sebab –dalam kaitannya dengan tugas yang ada– idealismenya telah berpindah pada yang lain di mana aktivitas seseorang itu mengikuti idealismenya.
Sedangkan berkaitan dengan yang akan datang, tidaklah pe-rintah datang melainkan idealismenya telah menurun dan lemah untuk mengerjakannya sehingga tidak bisa ditolong. Ketiga, orang yang banyak memiliki berbagai angan untuk masa mendatang, padahal malas untuk mengerjakan tugas yang ada sama seperti pemimpi yang bertekad untuk mengerjakan semua tugas yang akan dihadapi pada waktu yang akan datang, sehingga orang seperti ini patut dicela karena tidak mau menunaikan tugas yang dikiranya bisa ditunaikan. Sepatutnya seorang hamba mengonsentrasikan idealisme, pikiran dan kegiatannya untuk menghadapi tugas yang ada dan menunaikan tugasnya berdasarkan kemampuan, setiap kali waktu tiba selalu dihadapi dengan semangat, idealisme tinggi yang terkonsentrasi dan tidak tercerai berai, disertai dengan me-minta pertolongan para Rabbnya dalam menghadapi semua itu. Dan orang seperti ini layak mendapatkan pertolongan di berbagai halnya.
(22) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menyebutkan orang yang berpa-ling dari ketaatan terhadap Rabbnya, ia tidak berpaling menuju kebaikan melainkan menuju keburukan. Allah سبحانه وتعالى berfirman,﴾ فَهَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن تَوَلَّيۡتُمۡ أَن تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرۡحَامَكُمۡ ﴿ "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan." Artinya, terdapat dua hal; konsisten dalam menaati Allah سبحانه وتعالى serta menjalankan semua perintahNya dan di sanalah terdapat kebaikan, petunjuk, dan keberuntungan, atau berpaling dari hal itu serta berpaling untuk tidak menaati Allah سبحانه وتعالى, maka tidak terdapat apa pun dalam hal ini melainkan kerusakan di muka bumi, karena mengerjakan berbagai kemaksiatan dan memutuskan tali kekeluargaan.
(23) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ﴿ "Mereka itulah orang-orang," yakni, yang ber-buat kerusakan di muka bumi dan memutuskan tali kekeluargaan, ﴾ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ ﴿ "dilaknati Allah," dengan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya dan mendekatkan mereka pada murkaNya, ﴾ فَأَصَمَّهُمۡ وَأَعۡمَىٰٓ أَبۡصَٰرَهُمۡ ﴿ "dan ditulikanNya telinga mereka dan dibutakanNya penglihatan mereka." Artinya, Allah سبحانه وتعالى menjadikan mereka tidak bisa mendengar nasihat dan petuah yang membawa manfaat bagi mereka serta tidak dapat melihatnya. Mereka memiliki telinga tetapi tidak bisa mendengar secara taat dan menerima, mereka hanya mendengar namun hanya sebagai tegaknya hujjah Allah سبحانه وتعالى. Mereka memiliki mata tetapi tidak bisa melihat berbagai pelajaran dan tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى, tidak digunakan untuk menengok berbagai bukti dan penjelasan nyata.