Ar-Rahman Ayat 78
تَبٰرَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ ࣖ ( الرحمن: ٧٨ )
Tabāraka Asmu Rabbika Dhī Al-Jalāli Wa Al-'Ikrāmi. (ar-Raḥmān 55:78)
Artinya:
Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan. (QS. [55] Ar-Rahman : 78)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Demikianlah nikmat-nikmat Tuhanmu, wahai manusia dan jin. Akhirnya, wahai Nabi Muhammad, Mahasuci nama Tuhanmu, pemilik keagungan dan kemuliaan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini mengungkapkan bahwa, hanya Allah-lah yang mempunyai kebesaran dan karunia atas segala nikmat yang diberikan-Nya, nikmat yang sangat banyak dan ganjaran yang sangat berharga. Ini adalah pelajaran bagi hamba-Nya bahwa semuanya itu adalah rahmat-Nya. Dia yang menjadikan langit dan bumi, surga dan neraka, menyiksa orang-orang berdosa, memberi pahala kepada orang-orang yang menaati-Nya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian Allah Swt. berfirman:
Mahaagung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia. (Ar-Rahman: 78)
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Dia berhak untuk diagungkan dan karenanya tidak boleh durhaka terhadap-Nya. Dia Mahamulia dan karena itu Dia berhak untuk disembah. Dia berhak untuk disyukuri semua nikmat-Nya, maka tidak boleh diingkari, dan Dia berhak untuk selalu diingat dan tidak boleh dilupakan.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Yang Mempunyai kebesaran dan karunia. (Ar-Rahman: 78) Yakni Yang mempunyai keagungan dan kebesaran.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sabit ibnu Sauban, dari Umair ibnu Hani', dari Abul Azra, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Agungkanlah Allah, niscaya kalian akan diberi ampunan.
Dalam hadis lain disebutkan:
Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah ialah memuliakan orang muslim yang beruban (berusia lanjut), penguasa, dan orang yang hafal Al-Qur’an, tetapi tidak mempunyai (pemahaman) yang berlebihan padanya dan tidak pula (berpemahaman) yang menjauh darinya.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf Al-Harbi, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kobarkanlah (dirimu dengan banyak membaca) Ya Zal Jalali Wal Ikram (Ya Tuhan Yang mempunyai keagungan dan karunia).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Mahmud ibnu Gailan, dari Mu-ammal ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Kemudian Abu Ya'la mengatakan bahwa dalam sanad ini Mu-ammal melakukan kekeliruan, sanad ini garib dan tidak dikenal. Sesungguhnya hadis ini hanya diriwayatkan dari Hammad ibnu Salamah, dari Humaid, dari Al-Hasan dan Nabi Saw.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Hassan Al-Maqdisi, dari Rabi'ah ibnu Amir yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kobarkanlah (dirimu) dengan (membaca) YaZal Jalali Wal Ikram (Ya Tuhan Yang mempunyai kebesaran dan karunia).
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama.
Al-Jauhari mengatakan bahwa makna Aliza Fulanun bi Fulanin artinya si Fulan selalu menetapi si Fulan. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa makna hadis ini ialah bacalah selalu kalimati ini. Al-ilzaz artinya mendesak.
Menurut hemat kami, kedua pengertian tersebut berdekatan dengan yang lainnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kesimpulannya ialah anjuran untuk terus-menerus membaca kalimah ini dan menetapinya serta memohon dengan mendesak dengan menyebutkan asma Allah ini.
Di dalam kitab Sahih Muslim dan kitab keempat sunan telah disebutkan melalui hadis Abdullah ibnul Haris, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila telah bersalam dari salatnya tidak segera duduk melainkan sesudah membaca doa berikut:
Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera dan dari Engkaulah semua kesejahteraan, Mahasuci Engkau, wahai Tuhan Yang mempunyai kebesaran dan karunia.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maha Agung nama Rabbmu Yang mempunyai kebesaran dan Karunia) penafsirannya sebagaimana sebelumnya, dan lafal Ismi pada ayat ini merupakan Isim Zaaid atau Isim yang ditambahkan.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mahatinggi dan Mahasuci nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan karunia.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan di atas perma-dani yang sebelah dalamnya dari sutra, dan buah-buahan surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari-bidadari itu permata yakut dan marjan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Tidak ada ba-lasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dan selain dari surga itu ada dua surga lagi. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dus-takan? Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manu-sia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mahaagung nama Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia." (Ar-Rahman: 46-78).
(46-47) Maksudnya, orang yang takut kepada Rabbnya dan takut saat akan menghadap kepadaNya, sehingga dengan itu dia meninggalkan apa yang dilarang Allah dan menunaikan apa yang diperintahkanNya, maka baginya ﴾ جَنَّتَانِ ﴿ "ada dua surga" yang ter-buat dari emas, berupa bejana-bejana, perhiasan dan bangunan maupun segala sesuatu yang ada di dalam keduanya. Salah satu surga adalah sebagai balasan meninggalkan larangan-larangan, sedangkan surga yang lain adalah sebagai balasan melakukan ketaatan-ketaatan.
(48-49) Dan di antara sifat-sifat kedua surga itu adalah bahwa ﴾ ذَوَاتَآ أَفۡنَانٖ ﴿ "kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan" maksudnya, di dalam dua surga tersebut terdapat beraneka ragam kenikmatan yang bermacam-macam, baik nikmat lahir maupun nikmat batin, yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia, yaitu di dalam keduanya terdapat pepohonan yang sangat banyak nan indah, yang memiliki ranting-ranting halus (enak dipandang), dan terdapat padanya buah-buahan yang matang dan sangat banyak lagi enak rasanya.
(50-51) Di dalam dua surga tersebut ﴾ عَيۡنَانِ تَجۡرِيَانِ ﴿ "ada dua buah mata air yang mengalir" di mana mereka (para penghuni surga) dapat mengalirkannya sesuai dengan kemauan dan keinginan mereka.
(52-53) ﴾ فِيهِمَا مِن كُلِّ فَٰكِهَةٖ ﴿ "Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan" dari semua macam buah-buahan ﴾ زَوۡجَانِ ﴿ "yang berpasang-pasangan" yaitu memiliki dua macam, setiap macam buah-buahan tersebut memiliki kelezatan dan warna yang tidak ada pada macam buah-buahan yang lain.
(54-55) ﴾ مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ فُرُشِۭ بَطَآئِنُهَا مِنۡ إِسۡتَبۡرَقٖۚ ﴿ "Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra." Ini adalah ciri-ciri per-madani penghuni surga dan bagaimana mereka duduk di atasnya, yaitu mereka bertelekan di atas permadani tersebut, duduk nya-man, tenang dan menyenangkan, sebagaimana duduknya raja di atas singgasana. Permadani-permadani itu tidak ada yang me-ngetahui gambaran ciri khas dan keindahannya kecuali Allah تعالى, sampai sebelah dalamnya yang langsung bersentuhan dengan tanah terbuat dari kain sutra yang paling bagus dan paling mewah, maka bagaimana halnya dengan bagian atasnya yang langsung bersentuhan dengan mereka? ﴾ وَجَنَى ٱلۡجَنَّتَيۡنِ دَانٖ ﴿ "Dan buah-buahan surga itu dapat (dipetik) dari dekat." اَلْجَنَى adalah buah-buahan yang datar, yakni, buah-buahan yang ada di dua surga ini dekat (mudah) untuk dipetik, di mana dapat diambil oleh orang yang (dalam keadaan) berdiri, duduk maupun berbaring.
(56-59) ﴾ فِيهِنَّ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ ﴿ "Di dalam surga itu ada bidadari-bi-dadari yang sopan menundukkan pandangannya," maksudnya, mereka hanya memandang suami-suami mereka karena ketampanan dan keindahan wajah (para suami) serta kesempurnaan cinta mereka terhadap para suami mereka. Dan mereka juga menjadikan para suami menundukkan pandangan, sehingga hanya memandang mereka karena kecantikan dan keindahan wajah mereka dan kese-nangan untuk selalu berhubungan dengan mereka serta kecintaan yang begitu mendalam kepada mereka. ﴾ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ إِنسٞ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنّٞ ﴿ "Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin" maksudnya, mereka tidak pernah dijamah oleh seorang pun sebelum para penghuni surga yang menjadi suami mereka, baik dari manusia maupun jin, bahkan mereka adalah para perawan yang ramah dan penuh kasih kepada suami-suami mereka, dengan bersikap baik dalam bergaul, riang, manis dan manja, oleh karena itu Allah ber-firman, ﴾ كَأَنَّهُنَّ ٱلۡيَاقُوتُ وَٱلۡمَرۡجَانُ ﴿ "Seakan-akan bidadari-bidadari itu permata yakut dan marjan." Yang demikian itu karena kejernihan mereka dan keindahan serta kecantikan wajah dan penampilan mereka.
(60-61) ﴾ هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ ﴿ "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)," maksudnya, tidak ada balasan bagi sese-orang yang telah beribadah kepada sang Pencipta dengan baik dan memberikan manfaat bagi hambaNya yang lain, melainkan dia akan dibalas dengan kebaikan (pula) dengan pahala yang melimpah, kemenangan besar, kenikmatan abadi, dan kehidupan sejahtera. Maka dua surga yang tinggi ini adalah bagi orang-orang didekat-kan (kepada Allah سبحانه وتعالى).
(62-69) ﴾ وَمِن دُونِهِمَا جَنَّتَانِ ﴿ "Dan selain dari surga itu ada dua surga lagi" yang terbuat dari perak, yakni bentuk bangunan, per-hiasan, bejana-bejana dan apa yang ada pada keduanya yang di-peruntukkan bagi golongan kanan. Kedua surga tersebut ﴾ مُدۡهَآمَّتَانِ ﴿ "(kelihatan) hijau tua warnanya," yakni keduanya berwarna hijau pekat karena sangat hijau dan subur. ﴾ فِيهِمَا عَيۡنَانِ نَضَّاخَتَانِ ﴿ "Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar," yakni memancur. ﴾ فِيهِمَا فَٰكِهَةٞ وَنَخۡلٞ وَرُمَّانٞ ﴿ "Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan" dari berbagai macam jenis buah-buahan, khususnya kurma dan delima yang memiliki sangat banyak manfaat dan kegunaannya.
(70-75) ﴾ فِيهِنَّ ﴿ "Di dalamnya" maksudnya di dalam semua surga tersebut ﴾ خَيۡرَٰتٌ حِسَانٞ ﴿ "ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik," yakni memiliki akhlak yang mulia dan wajah yang rupawan, di mana mereka telah mengumpulkan antara keindahan lahir dan batin serta keelokan bentuk penciptaan dan akhlak. ﴾ حُورٞ مَّقۡصُورَٰتٞ فِي ٱلۡخِيَامِ ﴿ "(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah," maksudnya dipingit di kemah-kemah yang terbuat dari mutiara, yang telah menyiapkan diri mereka untuk (menyam-but kedatangan) suami-suami mereka, akan tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk keluar ke kebun-kebun dan taman-taman sebagaimana yang biasa dilakukan oleh anak-anak raja yang dipingit. ﴾ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ إِنسٞ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنّٞ 74 فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 75 ﴿ "Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
(76-77) ﴾ مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ رَفۡرَفٍ خُضۡرٖ ﴿ "Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau," maksudnya, mereka para penghuni dua surga itu duduk bertelekan di atas bantal-bantal yang berwarna hijau, yaitu bantal (alas) yang berada di bawah[110] tempat duduk yang tinggi, yang menambah (ketinggian) tempat duduk mereka, sehingga terlihat bertumpuk rapi dari arah belakang tempat duduk mereka, karena bertambahnya keelokan dan keindahan pemandangan. ﴾ وَعَبۡقَرِيٍّ حِسَانٖ ﴿ "Dan permadani yang indah." اَلْعَبْقَرِيُّ adalah penisbatan segala sesuatu yang ditenun dengan tenunan indah dan mewah, oleh karena itulah Allah سبحانه وتعالى menyifatinya dengan keindahan yang menyeluruh disebabkan karena ia memiliki sifat yang indah, elok dipandang dan halus disentuh.
Dua surga tersebut berbeda dengan dua surga yang disebut-kan di awal tadi, sebagaimana hal itu disebutkan oleh Allah تعالى dalam FirmanNya, ﴾ وَمِن دُونِهِمَا جَنَّتَانِ ﴿ "Dan selain dari surga itu ada dua surga lagi." Dan sebagaimana juga Allah telah menyifati (meng-gambarkan) dua surga yang pertama dengan berbagai sifat yang berbeda dengan sifat dua surga lainnya, Dia berfirman tentang dua surga pertama, ﴾ فِيهِمَا عَيۡنَانِ تَجۡرِيَانِ ﴿ "Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir" sedangkan tentang dua surga lainnya dia berfirman, ﴾ فِيهِمَا عَيۡنَانِ نَضَّاخَتَانِ ﴿ "Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar," dan tentunya telah diketahui adanya per-bedaan antara mengalir dan memancar. Kemudian Allah berfirman tentang dua surga yang pertama, ﴾ ذَوَاتَآ أَفۡنَانٖ ﴿ "Kedua surga itu mem-punyai pohon-pohonan dan buah-buahan" dan Dia tidak menyebutkan hal itu dalam dua surga lainnya, sebagaimana Dia juga berfirman tentang dua surga yang pertama, ﴾ فِيهِمَا مِن كُلِّ فَٰكِهَةٖ زَوۡجَانِ ﴿ "Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan" sedangkan tentang dua surga lainnya Dia berfirman,﴾ فِيهِمَا فَٰكِهَةٞ وَنَخۡلٞ وَرُمَّانٞ ﴿ "Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima," dan telah diketahui pula adanya perbedaan yang jauh antara dua penyifatan di atas. Allah berfirman tentang dua surga yang pertama, ﴾ مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ فُرُشِۭ بَطَآئِنُهَا مِنۡ إِسۡتَبۡرَقٖۚ وَجَنَى ٱلۡجَنَّتَيۡنِ دَانٖ ﴿ "Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra, dan buah-buahan surga itu dapat (dipetik) dari dekat" dan tidak menyatakan hal itu dalam menyifati dua surga lainnya, akan tetapi Dia berfirman, ﴾ مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ رَفۡرَفٍ خُضۡرٖ وَعَبۡقَرِيٍّ حِسَانٖ ﴿ "Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah." Dia berfirman tentang dua surga pertama, ﴾ فِيهِنَّ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ إِنسٞ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنّٞ ﴿ "Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin" sedangkan tentang dua surga lainnya Dia berfirman, ﴾ حُورٞ مَّقۡصُورَٰتٞ فِي ٱلۡخِيَامِ ﴿ "(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah," dan pada kedua penyifatan tersebut terdapat perbedaan sebagaimana telah diketahui.
Tentang dua surga yang pertama Dia juga berfirman, ﴾ هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ ﴿ "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." Ayat ini menunjukkan bahwa dua surga yang pertama tersebut adalah sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (al-Muhsinin), dan Allah سبحانه وتعالى tidak menyatakan akan hal itu dalam menyifati dua surga terakhir. Dengan menyebutkan dua surga pertama itu terlebih dahulu menunjukkan akan keutamaan kedua surga tersebut.
Dengan beberapa aspek yang telah disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa dua surga pertama adalah lebih utama daripada dua surga yang disebutkan selanjutnya. Kedua surga tersebut telah dipersiapkan bagi orang-orang yang didekatkan kepada Allah (al-Muqarrabin) dari kalangan para nabi, para shiddiqin, dan orang-orang pilihan dari hamba-hamba Allah yang shalih. Sedangkan kedua surga lainnya dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman secara umum. Dan di setiap dari surga-surga tersebut (terdapat berbagai macam kenikmatan) yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbesit dalam benak manusia, di dalamnya terdapat segala sesuatu yang diinginkan oleh jiwa-jiwa dan nikmat dipandang, para penghuni-nya berada pada puncak kenikmatan, keridhaan, ketenangan dan tempat tinggal yang membahagiakan, hingga setiap dari mereka tidak melihat ada orang lain yang keadaannya lebih baik darinya dan tidak melihat ada orang lain yang mendapatkan kenikmatan lebih melimpah daripada yang sedang ia rasakan.
(78) Tatkala Allah سبحانه وتعالى menyebutkan keluasan anugerah dan karuniaNya, Dia berfirman, ﴾ تَبَٰرَكَ ٱسۡمُ رَبِّكَ ذِي ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ﴿ "Mahaagung nama Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia." Yakni, betapa agung dan melimpah karunia kebaikan Allah سبحانه وتعالى Yang memiliki keagungan yang gemilang, kemuliaan yang sempurna, dan karunia bagi hamba-hamba kesayanganNya.
Telah selesai tafsir Surat ar-Rahman.
Segala pujian, syukur, dan sanjungan kebaikan hanya bagi Allah سبحانه وتعالى.