"(Dan Allah berfirman), 'Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua ter-masuk orang-orang yang zhalim.' Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya, dan setan berkata, 'Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malai-kat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).' Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu ber-dua.' Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah po-hon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, 'Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu, 'Se-sungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu ber-dua.' Keduanya berkata, 'Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi'." (Al-A'raf: 19-23).
(19) Yakni, Allah memerintahkan Adam dan istrinya, Haw-wa` yang Allah berikan kepada Adam sebagai nikmat agar dia merasa tenteram karenanya. Allah memerintahkan mereka berdua untuk makan dari surga apa saja yang mereka inginkan, dan me-nikmati di dalamnya apa saja yang mereka sukai. Hanya saja Dia menentukan sebuah pohon dan melarang mereka untuk memakan-nya. Allah lebih mengetahui pohon apa itu. Pohon apa tepatnya tidaklah penting bagi kita untuk mengetahuinya. Pohon ini diha-ramkan atas mereka berdua dengan dalil FirmanNya, ﴾ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim."
(20) Keduanya senantiasa menaati perintah Allah sampai iblis datang kepada mereka dengan makarnya. Dia menggoda me-reka berdua dengan godaan yang menipu dan memperdaya kedua-nya. Dia berkata, ﴾ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنۡ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيۡنِ ﴿ "Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat", yakni dari jenis malaikat. ﴾ أَوۡ تَكُونَا مِنَ ٱلۡخَٰلِدِينَ ﴿ "Atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." Seperti disebutkan di ayat yang lain,
﴾ هَلۡ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلۡخُلۡدِ وَمُلۡكٖ لَّا يَبۡلَىٰ 120 ﴿
"Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Thaha: 120).
(21) Tetapi bersama ucapannya (yang menyesatkan) itu dia bersumpah dengan Nama Allah di depan keduanya, ﴾ إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ ﴿ "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua." Yakni termasuk dalam golongan para pemberi nasi-hat di mana aku telah berkata kepada kalian berdua apa yang aku katakan ini.
(22) Keduanya tertipu dengan godaan iblis, nafsu dalam kondisi itu mengalahkan akal. ﴾ فَدَلَّىٰهُمَا ﴿ "Maka setan membujuk kedua-nya (untuk memakan buah itu)." Yakni setan menurunkan keduanya dari derajat yang tinggi, yaitu bersihnya mereka dari dosa-dosa dan kemaksiatan kepada pengotoran diri dengan kotoran-kotorannya, maka keduanya pun makan buah pohon itu. ﴾ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٰتُهُمَا ﴿ "Tatkala keduanya telah merasai buah pohon itu, nampaklah bagi kedua-nya aurat-auratnya." Yakni tampaklah aurat mereka setelah sebelum-nya tertutup. Dalam kondisi ini ketelanjangan batin dari takwa mempengaruhi pakaian lahir, sehingga ia pun terlepas, maka ter-bukalah aurat keduanya. Tatkala aurat keduanya terlihat, keduanya malu dan mulai menutupinya dengan daun-daun surga. ﴾ وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ ﴿ "Kemudian Rabb mereka menyeru mereka." Mencela dan menyalahkan mereka -sementara mereka dalam kondisi seperti itu-. ﴾ أَلَمۡ أَنۡهَكُمَا عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمَا عَدُوّٞ مُّبِينٞ ﴿ "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu ada-lah musuh yang nyata bagi kamu berdua." Mengapa kamu berdua me-lakukan yang dilarang dan menaati musuhmu?
(23) Pada saat itu Allah memberi keduanya nikmat untuk bertaubat dan sekaligus menerimanya, keduanya mengakui dosa yang mereka lakukan kemudian memohon ampunan kepada Allah, keduanya berkata ﴾ رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ﴿ "Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak me-ngampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." Yakni kami melakukan dosa yang telah Engkau peringatkan kepada kami. Kami telah merugikan diri kami sendiri dengan melakukan dosa. Kami telah melakukan penye-bab kerugian, jika Engkau tidak mengampuni kami dengan meng-hapus akibat dosa dan hukumannya, menyayangi kami dengan menerima taubat, dan memaafkan kami dari dosa-dosa seperti ini. Maka Allah pun mengampuni keduanya. Adam telah bersalah ke-pada Rabbnya maka dia tersesat. Kemudian Rabbnya memilihnya dan menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Adapun iblis, maka ia tidak mau berhenti dari kesewenang-wenangannya dan tidak mau meninggalkan kemaksiatannya. Barangsiapa yang meniru Adam dengan mengakui dosa dan memohon ampunan, menyesal dan meninggalkan dosa jika dia melakukannya, maka Rabbnya akan memilihnya dan memberinya petunjuk. Barangsiapa yang meniru iblis jika dia melakukan dosa di mana dia semakin menam-bah kemaksiatan, maka dia hanya menjauhkan dirinya dari Allah.