Al-A'raf Ayat 93
فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْۚ فَكَيْفَ اٰسٰى عَلٰى قَوْمٍ كٰفِرِيْنَ ࣖ ( الأعراف: ٩٣ )
Fatawallaá `Anhum Wa Qāla Yā Qawmi Laqad 'Ablaghtukum Risālāti Rabbī Wa Naşaĥtu Lakum Fakayfa 'Āsaá `Alaá Qawmin Kāfirīna. (al-ʾAʿrāf 7:93)
Artinya:
Maka Syuaib meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?” (QS. [7] Al-A'raf : 93)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Melihat kehancuran yang menimpa kaumnya yang ingkar, maka Nabi Syuaib dengan berat hati berpaling meninggalkan mereka seraya berkata dengan penuh sesal dan iba, "Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku berupa pesan-pesan-Nya yang dibuktikan dengan aneka mukjizat kepadamu yang dapat membawa kepada kebaikan jika kamu lakukan, dan aku telah menasihati kamu berupa sesuatu yang dapat menyelamatkan kamu dari hukuman Allah. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap penderitaan orang-orang kafir yang telah mendarah daging dalam diri mereka kekufuran?" Itu tidak akan terjadi, sebab aku sudah berusaha keras memberikan petunjuk dan berupaya menyelamatkan mereka, tetapi mereka malah memilih kehancuran.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ketika azab itu menimpa kaum Nabi Syuaib, lalu dia pergi meninggalkan mereka, dengan penuh kesedihan ia berkata: "Wahai kaumku, aku telah menyampaikan risalah Tuhanku kepadamu, dan aku telah melaksanakan tugasku terhadapmu, dan aku telah memberikan nasihat yang cukup kepadamu, namun kamu membelakangi kesemuanya itu, maka mengapa aku harus bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?".
Nabi Syuaib diutus Allah untuk menuntun kaumnya kepada agama yang benar untuk mencapai rida Allah serta kebahagiaan dunia dan akhirat, untuk itu Nabi Syuaib telah mencurahkan segenap tenaganya, tetapi mereka telah memilih jalan kesesatan. Mereka bahkan mendustakannya, serta mengancam untuk mengusir dari tanah airnya. Mereka telah melemparkan diri mereka sendiri ke jurang kebinasaan, karena kekafiran mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sungguh Allah tidak menzalimi mereka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Syu'aib berpaling meninggalkan mereka setelah mereka tertimpa azab, pembalasan, dan siksa-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman mengecam dan mengejek mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian amanat-amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kalian.
Maksudnya, aku telah menyampaikan kepada kalian apa yang diutuskan kepadaku untuk membawanya. Maka tidak ada kekecewaan atas kalian, karena kalian telah ingkar kepada Al-Kitab yang aku bawa ini.
Firman selanjutnya mengatakan:
Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka Syuaib berpaling) yakni meninggalkan (mereka seraya berkata, "Hai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanat-amanah Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu) akan tetapi kamu tidak juga mau beriman (Maka bagaimana aku akan bersedih hati) bersusah hati (terhadap orang-orang yang kafir?") Istifham di sini bermakna nafi.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ketika Syu'ayb melihat kehancuran yang menimpa mereka, ia berpaling dari mereka dan berkata sambil melepaskan tanggung jawab, "Aku telah sampaikan kepada kalian pesan-pesan Tuhan yang dapat membawa kepada kebaikan jika kalian lakukan. Dan aku telah berusaha keras memberikan nasihat yang dapat menyelamatkan kalian dari hukuman Allah. Bagaimana aku akan bersedih hati melihat penderitaan orang-orang yang kafir? Itu tidak akan terjadi. Sebab aku sudah berusaha keras memberikan petunjuk dan berupaya menyelamatkan mereka, tetapi mereka malah memilih kehancuran.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan sau-dara mereka, Syu'aib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selainNya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Rabbmu. Maka sempurna-kanlah takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Yang de-mikian itu lebih baik bagimu jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." (Al-A'raf: 85).
"Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan me-nakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesu-dahan orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika ada segolongan dari kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyam-paikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya." (Al-A'raf: 86-87).
"Pemuka-pemuka dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata, 'Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami.' Syu'aib berkata, 'Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya'." (Al-A'raf: 88).
"Sungguh kami telah mengada-adakan kebohongan yang be-sar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah menyelamatkan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Rabb kami menghendaki-(nya). Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya), 'Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi'." (Al-A'raf: 89-90).
"Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (Yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. Maka Syu'aib me-ninggalkan mereka seraya berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Rabbku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir'." (Al-A'raf: 91-93).
(85)(وَ) "Dan (Kami telah mengutus)", kepada kabilah yang terkenal di Madyan, ﴾ أَخَاهُمۡ ﴿ "saudara mereka", dari nasab ﴾ شُعَيۡبٗاۚ ﴿ "Syu'aib." Yang mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Memerintahkan mereka agar memenuhi timbangan dan takaran, agar mereka tidak mengurangi hak-hak manusia, dan agar mereka jangan berbuat kerusakan di muka bumi dengan memperbanyak kemaksiatan padanya. Oleh karena itu dia berkata, ﴾ وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَاۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." Karena meninggalkan kemaksiatan demi menjalankan perintah Allah dan mendekatkan diri kepadaNya adalah lebih baik dan lebih berguna bagi seorang hamba daripada melakukannya yang mana ia menyebabkan ke-murkaan dari Allah dan azab neraka.
(86) ﴾ وَلَا تَقۡعُدُواْ ﴿ "Dan janganlah kamu duduk" menghadang orang ﴾ بِكُلِّ صِرَٰطٖ ﴿ "di tiap-tiap jalan." Yaitu jalan yang banyak dila-lui oleh orang-orang, kamu memperingatkan orang-orang darinya, ﴾ تُوعِدُونَ ﴿ "dengan menakut-nakuti", orang-orang yang melewatinya ﴾ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ﴿ "dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah." Yakni orang yang ingin menjadikannya sebagai petun-juk. ﴾ وَتَبۡغُونَهَا عِوَجٗاۚ ﴿ "Dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok." Dan kamu membelokkannya demi mengikuti hawa nafsu-mu. Semestinya kamu dan orang-orang selainmu menghargai dan menghormati jalan-jalan yang Allah letakkan bagi hamba-hamba-Nya, agar mereka bisa menitinya kepada ridha Allah dan rumah kemuliaanNya yang dengannya Dia merahmati mereka dengan rahmat terbesar. Semestinya kamu menolongnya, menyerukan ke-padanya dan membelanya, bukan malah kamu menjadi pembegal yang menghadang orang-orang darinya, karena ini adalah meru-pakan bentuk kekufuran kepada nikmat Allah dan penentangan kepada Allah serta menjadikan jalan yang paling lurus dan paling adil sebagai jalan yang bengkok, dan kamu menyalahkan orang-orang yang menitinya. ﴾ وَٱذۡكُرُوٓاْ ﴿ "Dan ingatlah", nikmat Allah atas kalian, ﴾ إِذۡ كُنتُمۡ قَلِيلٗا فَكَثَّرَكُمۡۖ ﴿ "di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu." Yakni menumbuh-biakkanmu dengan istri, anak-anak dan kesehatan yang Dia berikan kepadamu, bahwa Dia tidak mengujimu dengan wabah atau penya-kit yang mengurangi jumlahmu. Dia juga tidak menguasakanmu kepada musuh yang menumpasmu dan mencerai-beraikanmu di muka bumi. Justru Dia memberimu nikmat dengan kesatuanmu, pelimpahan rizki dan banyaknya keturunan.﴾ وَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ﴿ "Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan." Kamu tidak melihat mereka kecuali tercerai berai, yang ada di negeri mereka hanyalah kesunyian dan porak poranda. Mereka tidak meninggalkan nama yang baik, justru di du-nia ini mereka mendapatkan laknat, sementara pada Hari Kiamat mereka lebih hina dan sengsara.
(87) ﴾ وَإِن كَانَ طَآئِفَةٞ مِّنكُمۡ ءَامَنُواْ بِٱلَّذِيٓ أُرۡسِلۡتُ بِهِۦ وَطَآئِفَةٞ لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ ﴿ "Jika ada segolongan dari kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk me-nyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman." Yaitu yang tidak beriman itu adalah mayoritas dari mereka. ﴾ فَٱصۡبِرُواْ حَتَّىٰ يَحۡكُمَ ٱللَّهُ بَيۡنَنَاۚ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلۡحَٰكِمِينَ ﴿ "maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hu-kumnya di antara kita dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya." Allah akan memenangkan (menolong) yang haq dan mengazab yang batil.
(88) ﴾ قَالَ ٱلۡمَلَأُ ٱلَّذِينَ ٱسۡتَكۡبَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦ ﴿ "Pemuka-pemuka dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata." Orang-orang besar yang dihor-mati di kalangan mereka, yang mengikuti hawa nafsu mereka dan bermain-main dengan kemewahan mereka, begitu kebenaran da-tang kepada mereka dan ternyata ia tidak sesuai dengan hawa nafsu rendah mereka, maka mereka menentangnya dan menyombong-kan diri darinya. Mereka berkata kepada Nabi mereka Syu'aib dan orang-orang lemah yang beriman bersamanya. ﴾ لَنُخۡرِجَنَّكَ يَٰشُعَيۡبُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَكَ مِن قَرۡيَتِنَآ أَوۡ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَاۚ ﴿ "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami." Mereka menggunakan kekuatan premanisme dalam menghadapi kebenaran tanpa mempedulikan agama, perjanjian dan hak, mereka hanya memperhatikan dan me-ngikuti hawa nafsu dan akal bodoh mereka, yang menunjukkan mereka kepada ucapan buruk ini, maka mereka berkata, "Kamu dan orang-orangmu kembali kepada agama kami, atau kami me-ngusirmu dari desa ini." Syu'aib berdakwah kepada mereka karena berharap mereka mau beriman, sekarang justru dia diancam oleh mereka dengan pengusiran dari negerinya jika dia tidak mengikuti mereka, padahal dia dan orang-orang yang bersamanya adalah lebih berhak daripada mereka. Syu'aib menjawab mereka dengan keheranan terhadap ucapan mereka, ﴾ أَوَلَوۡ كُنَّا كَٰرِهِينَ ﴿ "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?" Yakni apa-kah kami akan mengikuti agamamu dan ajaranmu yang batil itu meskipun kami membencinya karena kami mengetahui kebatilan-nya. Semestinya yang diajak kepadanya adalah orang yang memiliki kecenderungan kepadanya. Adapun orang yang secara terbuka melarangnya dan menyalahkan orang yang mengikutinya, bagai-mana dia diajak kepadanya.
(89) ﴾ قَدِ ٱفۡتَرَيۡنَا عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا إِنۡ عُدۡنَا فِي مِلَّتِكُم بَعۡدَ إِذۡ نَجَّىٰنَا ٱللَّهُ مِنۡهَاۚ ﴿ "Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kem-bali kepada agamamu, sesudah Allah menyelamatkan kami daripadanya." Yakni, bersaksilah atas kami jika kami kembali kepadanya setelah Allah menyelamatkan kami darinya dan mengentaskan kami dari keburukannya maka kami adalah orang-orang yang berbohong dan berdusta atas nama Allah, karena kami mengetahui bahwa tidak ada dusta yang lebih besar daripada orang yang menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia adalah Yang Maha Esa, Maha Tunggal, Tempat bergantung para makhluk yang tidak beristri dan tidak beranak dan tidak memiliki sekutu dalam kerajaanNya. ﴾ وَمَا يَكُونُ لَنَآ أَن نَّعُودَ فِيهَآ ﴿ "Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya." Yakni tidak mungkin bagi orang-orang seperti kami kembali lagi padanya, ini mustahil. Syu'aib membuat mereka tidak lagi berharap darinya untuk mengikuti mereka dari beberapa segi:
Dari segi bahwa dia dan orang-orang yang beriman bersama-nya membenci dan tidak menyukai kesyirikan yang dipegang oleh kaumnya.
Dari segi bahwa dia menjadikan apa yang mereka anut seba-gai kedustaan dan dia meminta mereka untuk bersaksi apabila dia dan orang-orang yang bersamanya mengikuti mereka, maka dia dan orang-orang yang bersamanya adalah orang-orang yang ber-dusta.
Di antaranya juga pengakuan mereka terhadap nikmat Allah kepada mereka di mana Dia telah menyelamatkan mereka darinya.
Di antaranya juga bahwa kembalinya mereka kepadanya se-telah Allah memberi petunjuk kepada mereka adalah termasuk per-kara yang mustahil jika melihat kepada keadaan mereka saat ini dan apa yang tertanam dalam hati mereka berupa pengagungan kepada Allah, pengakuan ubudiyah kepadaNya, bahwa hanya Dia-lah yang berhak atas ibadah semata tiada sekutu bagiNya, bahwa tuhan-tuhan kaum musyrikin adalah kebatilan paling batil dan ke-mustahilan paling mustahil, di mana Allah telah menganugerahkan akal kepada mereka yang dengannya mereka mengetahui kebenar-an dan kebatilan, serta petunjuk dan kesesatan.
Adapun dari segi kehendak dan keinginan Allah yang pasti berlaku pada makhlukNya, di mana tidak seorang pun yang bisa menghindar darinya walaupun segala sebab dan kekuatan terkum-pul dan tersedia, maka mereka tidak memutuskan atas diri mereka bahwa mereka akan melakukan atau meninggalkan sesuatu. Oleh karena itu mereka mengecualikan dengan mengatakan, ﴾ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّنَاۚ ﴿ "Kecuali jika Allah, Rabb kami menghendaki(nya)." Yakni, tidak mungkin bagi kami ataupun selain kami yang bisa lolos dari ke-hendakNya yang berdasarkan kepada Ilmu dan HikmahNya. Dan sungguh ﴾ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيۡءٍ عِلۡمًاۚ ﴿ "Pengetahuan Rabb kami meliputi segala se-suatu." Dia mengetahui apa yang baik bagi hamba-hambaNya dan apa yang menjadi aturanNya pada mereka.
﴾ عَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلۡنَاۚ ﴿ "Kepada Allah sajalah kami bertawakal." Yakni kami percaya bahwa Dia akan meneguhkan kami di atas jalan yang lurus dan melindungi kami dari seluruh jalan neraka, karena barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Dia akan mencukupkannya dan memudahkan untuknya urusan agama dan dunianya. ﴾ رَبَّنَا ٱفۡتَحۡ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ قَوۡمِنَا بِٱلۡحَقِّ ﴿ "Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil)." Yakni tolonglah orang yang dizhalimi dan pemilik hak atas orang yang zhalim, penentang kebenaran. ﴾ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡفَٰتِحِينَ ﴿ "Dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya." Kepu-tusanNya kepada hamba-hambaNya ada dua macam: keputusan ilmu dengan menjelaskan kebenaran dan kebatilan, serta petunjuk dan kesesatan, dan siapa yang tegak lurus di atas jalan dan siapa yang membelot darinya. Adapun yang kedua adalah keputusannya dengan pembalasan dan hukuman kepada orang-orang yang zhalim, serta keselamatan dan kemuliaan bagi orang-orang yang shalih. Maka mereka memohon kepada Allah keputusan di antara mereka dengan kaumnya dengan benar dan adil, dan supaya Dia menun-jukkan ayat-ayat dan pelajaran-pelajarannya yang menjadi kepu-tusan bagi kedua belah pihak.
(90) ﴾ وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦ ﴿ "Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya)", memperingatkan agar tidak meng-ikuti Syu'aib ﴾ لَئِنِ ٱتَّبَعۡتُمۡ شُعَيۡبًا إِنَّكُمۡ إِذٗا لَّخَٰسِرُونَ ﴿ "Sesungguhnya jika kamu meng-ikuti Syu'aib tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi." Ini termasuk tipuan dari diri mereka, bahwa kerugian dan kesengsaraan ada pada mengikuti kebenaran dan petunjuk. Mereka tidak menyadari bahwa seluruh kerugian berporos pada sikap mereka, berpegang kepada kesesatan dan usaha penyesatan kepada orang lain. Dan mereka mengetahui itu manakala azab te-lah turun menimpa mereka.
(91) ﴾ فَأَخَذَتۡهُمُ ٱلرَّجۡفَةُ ﴿ "Kemudian mereka ditimpa gempa", yang dahsyat. ﴾ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جَٰثِمِينَ ﴿ "Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka", yakni tersungkur mati dan tidak bergerak.
(92) Allah تعالى berfirman mencela keadaan mereka, ﴾ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ شُعَيۡبٗا كَأَن لَّمۡ يَغۡنَوۡاْ فِيهَاۚ ﴿ "(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu." Yakni seolah-olah me-reka tidak pernah tinggal di negeri mereka, seolah-olah mereka tidak pernah bersuka ria di halamannya, tidak pernah berteduh padanya, tidak pernah bermain-main di aliran sungainya, dan tidak pernah makan dari buah-buahannya. Mereka ditimpa oleh azab yang mem-bawa mereka dari segala permainan, kesenangan dan kenikmatan, kepada rumah kesedihan, kesengsaraan, azab dan kehinaan. Oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ شُعَيۡبٗا كَانُواْ هُمُ ٱلۡخَٰسِرِينَ ﴿ "Orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi." Yakni bahwa kerugian hanya untuk mereka saja, karena diri mereka dan keluarga mereka merugi di Hari Kiamat. Bukankah itu meru-pakan kerugian yang nyata, bukan orang-orang yang dikatakan kepada mereka,
﴾ لَئِنِ ٱتَّبَعۡتُمۡ شُعَيۡبًا إِنَّكُمۡ إِذٗا لَّخَٰسِرُونَ 90 ﴿
"Jika kamu mengikuti Syu'aib tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi." (Al-A'raf: 90)
(93) Manakala mereka binasa, Nabi mereka meninggalkan mereka, ﴾ وَقَالَ ﴿ "seraya berkata", kepada mereka setelah mereka mati dalam rangka menyalahkan dan mencela mereka, ﴾ يَٰقَوۡمِ لَقَدۡ أَبۡلَغۡتُكُمۡ رِسَٰلَٰتِ رَبِّي ﴿ "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Rabbku." Yakni aku telah menyampaikannya dan menjelaskannya kepadamu sehingga ia mencapai sejauh apa yang bisa dicapai pada dirimu dan ia pun telah mencapai hatimu, ﴾ وَنَصَحۡتُ لَكُمۡۖ ﴿ "dan aku telah memberi nasihat kepadamu." Tetapi kamu tidak menerima nasihatku dan tidak mendengarkan petunjukku, justru kamu bersikap fasik dan melampaui batas. ﴾ فَكَيۡفَ ءَاسَىٰ عَلَىٰ قَوۡمٖ كَٰفِرِينَ ﴿ "Bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" Yakni, bagaimana aku bersedih kepada kaum yang tidak ada ke-baikan bagi mereka, di mana kebaikan mendatangi mereka tetapi mereka malah menolaknya dan tidak menerimanya, maka tidak ada yang layak bagi mereka kecuali keburukan. Mereka itu tidak layak dikasihani, justru kebinasaan mereka disyukuri. Kami ber-lindung kepadaMu ya Allah dari kehinaan dan kenistaan. Adakah kesengsaraan dan hukuman yang lebih berat daripada mereka yang telah mencapai tingkat bahwa orang yang paling tulus kepada me-reka berlepas diri dari mereka.