فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ ( الفجر: ١٢ )
Fa'aktharū Fīhā Al-Fasāda. (al-Fajr 89:12)
Artinya:
lalu mereka banyak berbuat kerusakan dalam negeri itu, (QS. [89] Al-Fajr : 12)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
lalu mereka dengan kezalimannya banyak berbuat kerusakan, dosa, dan maksiat dalam negeri itu.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Di samping itu, mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi, seperti menindas kaum yang lemah bahkan membunuh siapa saja yang mereka kehendaki.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak. (Al-Fajr: 10)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-autad ialah bala tentaranya yang mendukung dan menguatkan kedudukannya. Menurut suatu pendapat, Firaun —bila menghukum— mengikat kedua tangan dan kedua kaki si terhukum pada pasak-pasak besi, lalu digantungkan dengannya. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, bahwa dia mematok tangan dan kaki terhukum pada pasak-pasak, yakni dipasung. Hal yang sama di katakan oleh Sa’id ibnu Jubair dan Al-Hasan dan As-Saddi. As-Saddi menyebutkan bahwa Fir’aun mengikat seorang lelaki pada tiap-tiap tangan dan kakinya ke pasak-pasak, kemudian menggelindingkan sebuah batu besar ke atas tubuhnya hingga si lelaki terhukum itu hancur karenanya.
Qatadah mengatakan, telah sampai suatu kisah kepada kami, bahwa Fir'aun mempunyai mainan berupa pasak-pasak dan tambang-tambang yang di letakkan di dalam suatu tempat yang mempunyai naungan. Sabit Al-Bannani telah meriwayatkan dari Abu Rafi'. bahwa Fir'aun dijuluki Zul Autad karena dia memasang cmpat pasak untuk istrinya yang kedua tangan dan kedua kakinya diikat pada pasak-pasak itu. Lalu diatas punggung istrinya diletakkan sebuah batu penggilingan yang besar, hingga istrinya mati (karena ia beriman kepada Musa a.s).
Firman Allah Swt:
Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lain mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. (Al-Fajr: 11-12).
Yakni angkara murka, angkuh, lagi senang menebarkan kerusakan di muka bumi dan menyakiti orang lain.
karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab. (Al-Fajr: 13).
Yaitu Allah menurunkan kepada mereka azab dari langit dan hukuman yang tiada seorang pun dapat menolaknya dari kaum yang durhaka itu.
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 14).
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mendengar dan melihat, yakni mengawasi semua amal perbuatan makhluk-Nya dan kelak Dia akan menimpakan balasan-Nya terhadap masing-masing, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Dan kelak Dia akan memberdirikan semua makhluk di hadapan-Nya, lau dia memutuskan hukum-Nya terhadap mereka dengan adil, dan memberikan pembalasan kepada masing-masing sesuai dengan apa yang berhak diterimanya. Dia Mahasuci dari perbuatan aniaya dan melampaui batas.
Imam Ibnu Abu Hatim dalam hal ini telah mengetengahkan sebuah hadis yang garib sekali dan sanadnya masih perlu di teliti kesahihannya. Untuk itu ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad Ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Yunus Al Hazza, dari Abu Hamzah Al-Bisani, dari Mu'az ibnu Jabal yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Mu'az., sesungguhnya orang mukmin itu menjadi tawanan Tuhan yang Hak. hai Mu'az., sesungguhnya orang mukmin itu tidak dapat terbebas dari ketakutannya dan tidak merasa aman dari kekhawatirannya sebelum ia meninggalkan jembatan Jahanam berada di belakang punggungnya (telah melaluinya dengan selamat). Hai Mu’az., sesungguhnya orang mukmin itu diikat oleh Al-Qur'an terhadap kebanyakan nafsu syahwatnya dan terhadap hal-hal yang membinasakan dirinya karena terjerumus ke dalamnya dengan seizin Allah Swt. maka Al-Qur’an adalah penunjuk jalannya, takut kepada Allah adalah alasannya, dan rindu kepada-Nya merupakan kendaraannya, salat adalah gua perlindimgannya, puasa adalah bentengnya, sedekah adalah kebebasannya, dan kejujuran (kebenaran) adalahpemimpinnya, malu adalahpembantunya, dan Allah Swt. dibelakang itu semuanya selalu mengawasinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Yunus Al-Hazza dan Abu Hamzah merupakan perawi yang tidak dikenal; Abu Hamzah meriwayatkan dari Mu’az berpredikat mursal, seandainya hanya dikatakan dari Abu Hamzah saja tentulah baik. Yakni seandainya hadis ini hanyalah semata-mata perkataan Abu Hamzah saja, tentulah baik (karena berarti seadanya, mengingat Abu Hamzah tidak mengalami masa Mu'az ibnu Jabal).
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Aifa', dari Ibnu Abdul Kala'i, bahwa Aifa' pernah mendengarnya sedang memberi pelajaran kepada orang banyak, yang antara lain ibnu Abdul Kala'i mengatakan bahwa sesungguhnya neraka Jahanam itu mempunyai tujuh buah tanggul, sedangkan sirat berada di atas semiianya itu. ia mengatakan bahwa lalu semua makhluk ditahan di tanggul yang pertama. dan dikatakan kepada mereka:
Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. (Ash-Shaffat: 24)
Lalu mereka dihisab tentang salat mereka dan mereka dimintai pertanggung jawaban mengenainya. Maka binasalah karenanya orang-orang yang binasa dan selamatlah karenanya orang-orang yang selamat. Apabila mereka telah sampai di tanggul yang kedua, maka dihisablah mereka terhadap amanatnya, apakah mereka menunaikannya dan apakah mereka mengkhianatinya. Maka binasalah orang-orang yang binasa dan selamatlah orang-orang yang ditakdirkan selamat. Dan apabila mereka telah sampai di tanggul yang ketiga, maka mereka dimintai pertanggung jawaban tentang hubungan persaudaraan, apakah mereka menjalinnya ataukah memutuskannya. Maka binasalah orang-orang yang binasa dan selamatlah orang-orang yang selamat.
Ibnu Abdul Kala'i melanjutkan kisahnya, bahwa rahim (persaudaraan) pada hari itu menjulur ke udara diatas neraka Jahanam seraya berdoa "Ya Allah, barangsiapa yang menghubungkan diriku, maka hubungilah dia. Dan barangsiapa yang memutuskan aku, maka putuskanlah dia." Ibnu Abdul Kala'i mengatakan bahwa itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 14)
Demikianlah menurut apa yang diketengahkan dari asar ini secara apa adanya, tetapi Ibnu Abu Hatim tidak menyebutkannya secara lengkap.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu) dengan melakukan pembunuhan dan kelaliman lainnya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sehingga mereka banyak membuat kerusakan dengan bersikap ingkar dan zalim.