At-Taubah Ayat 110
لَا يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِيْ بَنَوْا رِيْبَةً فِيْ قُلُوْبِهِمْ اِلَّآ اَنْ تَقَطَّعَ قُلُوْبُهُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ࣖ ( التوبة: ١١٠ )
Lā Yazālu Bunyānuhumu Al-Ladhī Banaw Rībatan Fī Qulūbihim 'Illā 'An Taqaţţa`a Qulūbuhum Wa Allāhu `Alīmun Ĥakīmun. (at-Tawbah 9:110)
Artinya:
Bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi penyebab keraguan dalam hati mereka, sampai hati mereka hancur. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (QS. [9] At-Taubah : 110)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Sepanjang masa bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi penyebab keraguan dalam hati mereka, yakni kemunafikan, karena niat dan motivasi mereka buruk, sampai hati mereka hancur, yaitu sampai mereka mati, sehingga tidak dapat bertobat lagi. Dan Allah Maha Mengetahui, segala sesuatu, Mahabijaksana dalam ketetapan-Nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mesjid yang didirikan oleh kaum munafik itu senantiasa menimbulkan keragu-raguan dalam hati mereka terhadap agama, karena setelah bangunan itu berdiri mereka menggunakannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat, antara lain membuat rencana dan komplotan jahat yang ditujukan kepada Rasulullah saw dan kaum Muslimin. Hal ini menunjukkan kemunafikan dan kekafiran mereka. Setelah Rasulullah mengirim beberapa orang sahabat untuk merobohkan bangunan itu, kaum munafik itu semakin ragu-ragu tentang nasib mereka, serta merasakan ketakutan dan kegelisahan. Keadaan semacam ini baru berakhir setelah hati mereka seakan-akan hancur terpotong-potong, sehingga tidak dapat lagi mengetahui kebenaran, ini berarti bahwa selama mereka hidup senantiasa hati mereka dalam kebimbangan dan keraguan. Runtuhnya bangunan mesjid mereka menyebabkan runtuhnya pula pegangan hidup mereka, sehingga kegelisahan, ketakutan, dan keragu-raguan senantiasa menyelubungi hati mereka sampai mereka mati dan jasad mereka hancur berkeping-keping. Atau setelah mereka bertobat dan menyesali semua dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.
Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui perbuatan hamba-Nya dan Mahabijaksana dalam segala perbuatan-Nya. Salah satu kebijaksanaan-Nya ialah pemberitahuan-Nya kepada Rasulullah dan kaum Muslimin tentang kejahatan orang-orang munafik, sehingga dari sifat-sifat dan perbuatan jahat mereka dapat diketahui siapa mereka dan akibat dari kejahatan merekapun dapat dihindari.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka.
Yakni menjadi keraguan dan kemunafikan dalam hati mereka disebabkan kekurangajaran mereka yang berani melakukan perbuatan jahat itu. Hal tersebut meninggalkan kemunafikan dalam hati mereka. Sebagaimana para penyembah anak lembu di masa Nabi Musa, hati mereka dijadikan senang dengan penyembahan mereka terhadap anak lembu itu.
Firman Allah Swt.:
...kecuali bila hati mereka itu telah hancur.
Yaitu dengan kematian mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Zaid ibnu Aslam, As-Saddi, Habib ibnu Abu Sabit, Ad-Dahhak, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang bukan hanya seorang.
Dan Allah Maha Mengetahui.
Allah Maha Mengetahui semua amal perbuatan makhluk-Nya.
...lagi Mahabijaksana.
dalam memberikan balasan terhadap perbuatan mereka, yang baik ataupun yang buruk.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan) yakni keragu-raguan (dalam hati mereka kecuali bila telah hancur) tercabik-cabik (hati mereka itu) lantaran mereka mati. (Dan Allah Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perlakuan-Nya terhadap makhluk-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Bangunan yang didirikan oleh orang-orang munafik ini akan selalu menjadi sumber kegoncangan dan ketakutan dalam hati mereka. Hal ini tidak akan selesai sampai hati mereka tercabik-cabik dengan penyesalan dan tobat atau dengan kematian. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam melakukan sesuatu dan dalam memberikan ganjaran.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang Mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, 'Kami tidak menghendaki selain kebaikan.' Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang di-dirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam? Dan Allah tidak mem-berikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (At-Taubah: 107-110).
(107) Ada beberapa orang munafik dari penduduk Quba membangun masjid dekat masjid Quba dengan maksud memecah belah dan menanamkan benih fitnah di antara orang-orang yang beriman, dan mereka menyiapkannya untuk orang-orang yang me-reka harapkan memerangi Allah dan RasulNya, sekaligus sebagai benteng mereka jika ia diperlukan. Maka Allah تعالى membuka kebu-sukannya dan menampakkan rahasia mereka. ﴾ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مَسۡجِدٗا ضِرَارٗا ﴿ "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendiri-kan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang Mukmin)." Yakni, kemudaratan kepada orang-orang Mukmin dan masjid yang mereka gunakan untuk berkumpul kepadanya, ﴾ وَكُفۡرٗا ﴿ "untuk kekafiran." Yakni maksud mereka adalah kekufuran, jika maksud selain mereka adalah untuk keimanan, ﴾ وَتَفۡرِيقَۢا بَيۡنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin." Yakni agar orang-orang Mukmin berpecah belah, berselisih, dan bersengketa, ﴾ وَإِرۡصَادٗا ﴿ "dan menunggu kedatangan", ﴾ لِّمَنۡ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبۡلُۚ ﴿ "orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu." Yakni untuk membantu orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya yang telah lama memusuhi dengan keras, seperti Abu Amir ar-Rahib, salah seorang penduduk Madinah. Ketika Nabi ﷺ hijrah ke Madinah, Abu Amir ini menolak beriman kepadanya, dia adalah orang ahli ibadah pada masa jahiliyah, maka dia pergi kepada orang-orang musyrik untuk meminta tolong kepada mereka memerangi Rasulullah ﷺ, ketika keinginannya pada orang-orang musyrik tidak terpenuhi, maka dia berangkat ke Kaisar Romawi dengan anggapan dia mau me-nolongnya, tetapi orang yang terlaknat ini mati di jalan, padahal sebelumnya dia dengan orang-orang munafik telah berjanji dan bersekutu (untuk menghancurkan kaum Muslimin). Di antara yang mereka siapkan untuknya adalah masjid dhirar, maka wahyu turun menyampaikan hal itu, lalu Nabi ﷺ mengutus orang-orang untuk merobohkannya dan membakarnya.[99] Masjid itu pun kemudian di-robohkan dan dibakar, dan setelah itu menjadi tempat pembuangan sampah.
Allah تعالى berfirman setelah menjelaskan tujuan buruk mereka pada masjid itu. ﴾ وَلَيَحۡلِفُنَّ إِنۡ أَرَدۡنَآ ﴿ "Mereka sesungguhnya bersumpah, 'Kami tidak menghendaki", dalam membangunnya ﴾ إِلَّا ٱلۡحُسۡنَىٰۖ ﴿ "selain kebaik-an." Yakni, membantu orang yang lemah dan buta. ﴾ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ﴿ "Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)." Kesaksian Allah lebih benar daripada sumpah mereka.
(108) ﴾ لَا تَقُمۡ فِيهِ أَبَدٗاۚ ﴿ "Janganlah kamu shalat di dalam masjid itu selama-lamanya." Janganlah kamu shalat di masjid yang dibangun untuk dhirar tersebut selama-lamanya, karena Allah telah mencu-kupimu darinya dan kamu tidaklah memerlukannya. ﴾ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ ﴿ "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama", munculnya Islam di Quba, ia adalah masjid Quba yang didirikan di atas dasar keikhlasan menja-lankan ketaatan kepada Allah, menegakkan dzikir kepadaNya, dan menegakkan syiar-syiar agamaNya, ia adalah masjid tua yang ter-kenal dengan itu.
Masjid yang utama ini ﴾ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ ﴿ "adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya," juga beribadah dan berdzikir kepada Allah تعالى. Ia adalah masjid mulia, dan orang-orangnya juga mulia. Oleh ka-rena itu Allah memuji mereka dengan FirmanNya,﴾ فِيهِ رِجَالٞ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْۚ ﴿ "Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri", dari dosa, menyucikan diri dari kotoran, najis, dan hadats. Dan se-perti yang telah diketahui bahwa siapa yang menginginkan sesuatu, maka dia akan berusaha dan bersungguh-sungguh dalam apa yang dicintai, mereka pasti berusaha dengan sungguh-sungguh bersuci dari dosa-dosa, kotoran, dan hadats. Oleh karena itu mereka terma-suk golongan pendahulu dalam Islam, mereka adalah orang-orang yang mendirikan shalat, memelihara jihad bersama Rasulullah ﷺ, menegakkan syariat agama dan mereka termasuk orang-orang yang tidak menyelisihi Allah dan RasulNya.
Setelah ayat ini turun yang berisi pujian atas bersucinya mereka, maka Nabi bertanya kepada mereka tentang cara mereka bersuci,[100] mereka menjawab bahwa mereka memakai air (dalam bersuci) setelah sebelumnya mereka memakai batu, maka Allah memuji perbuatan mereka.
﴾ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ ﴿ "Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih", bersih secara maknawi seperti menjauhi kesyirikan dan akhlak-akhlak yang buruk, bersih secara materi seperti menghilangkan najis dan mengangkat hadats.
(109) Kemudian Allah membandingkan antara masjid-mas-jid sesuai dengan maksud para penghuninya dan kesesuaiannya dengan keridhaan Allah. Dia berfirman, ﴾ أَفَمَنۡ أَسَّسَ بُنۡيَٰنَهُۥ عَلَىٰ تَقۡوَىٰ مِنَ ٱللَّهِ ﴿ "Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah," yakni di atas niat baik dan ikhlas, ﴾ وَرِضۡوَٰنٍ ﴿ "dan keridhaan(Nya)," yakni ia sesuai dengan perintahNya, dia mengga-bungkan antara ikhlas dan mutaba'ah dalam amalnya,﴾ خَيۡرٌ أَم مَّنۡ أَسَّسَ بُنۡيَٰنَهُۥ عَلَىٰ شَفَا ﴿ "itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan ba-ngunannya di tepi", yakni di ujung, ﴾ جُرُفٍ هَارٖ ﴿ "jurang yang runtuh", yakni yang rapuh, hampir-hampir roboh,﴾ فَٱنۡهَارَ بِهِۦ فِي نَارِ جَهَنَّمَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim", yakni, Allah tidak memberi petunjuk ke-pada apa yang menjadi kemaslahatan agama dan dunia.
(110) ﴾ لَا يَزَالُ بُنۡيَٰنُهُمُ ٱلَّذِي بَنَوۡاْ رِيبَةٗ فِي قُلُوبِهِمۡ ﴿ "Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati me-reka", yakni kebimbangan yang bersemayam di dalam hati mereka. ﴾ إِلَّآ أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمۡۗ ﴿ "Kecuali bila hati mereka itu telah hancur", dengan penyesalan yang paripurna, bertaubat kepada Allah, dan takut kepa-daNya dengan sangat. Dengan itu Allah akan memaafkan mereka, namun jika tidak, maka bangunan mereka tidak menambah kecuali keraguan di atas keraguan mereka, dan kemunafikan di atas kemu-nafikan mereka. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui", segala hal, yang lahir dan yang batin, yang samar dan yang terang, serta apa yang dirahasiakan dan ditampakkan oleh hamba-hambaNya. ﴾ حَكِيمٌ ﴿ "Lagi Mahabijaksana." Dia tidak melakukan, tidak menciptakan, ti-dak memerintahkan, dan tidak melarang kecuali apa yang menjadi tuntutan hikmahNya dan Dia memerintahkannya. Oleh karena itu segala puji hanya milik Allah.
Di dalam ayat-ayat ini terkandung beberapa faidah:
Di antaranya: Haram membangun masjid dengan tujuan me-mudaratkan masjid lain yang di dekatnya, dan wajib merobohkan masjid dhirar tersebut jika maksud orang-orang yang membangun-nya telah diketahui.
Di antaranya: Walaupun suatu amal itu adalah baik, ia bisa dirubah oleh niat sehingga berubah menjadi dilarang, sebagaimana niat orang-orang yang membangun masjid dhirar telah merubah amal mereka seperti yang Anda lihat.
Di antaranya: Bahwa segala hal yang menyebabkan perpe-cahan di antara orang-orang yang beriman adalah termasuk ke-maksiatan yang harus ditinggalkan dan dilenyapkan, sebagaimana segala hal yang menyebabkan persatuan dan kekompakan kaum Muslimin haruslah diikuti, diperintahkan, dan didorong, karena Allah menjelaskan alasan pembangunan masjid dhirar dengan tujuan yang harus dilarang ini, sebagaimana hal itu mewajibkan kekufuran dan peperangan melawan Allah dan RasulNya.
Di antaranya: Larangan shalat di tempat kemaksiatan dan kewajiban menjauhinya.
Di antaranya: Bahwa kemaksiatan dapat mempengaruhi tem-pat, sebagaimana kemaksiatan orang-orang munafik mempengaruhi masjid dhirar, sehingga turun larangan shalat di dalamnya. Begitu pula ketaatan berpengaruh pada tempat, sebagaimana ia berpenga-ruh pada masjid Quba, sehingga Allah berfirman tentangnya,
﴾ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ ﴿
"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya."
Oleh karenanya masjid Quba memiliki keutamaan yang tidak dimiliki selainnya, bahkan Nabi ﷺ selalu mengunjungi masjid Quba setiap Hari Sabtu untuk shalat di dalamnya[101] dan Nabi ﷺ mengan-jurkan shalat di dalamnya.[102]
Di antaranya: Disimpulkan dari pernyataan illat-illat yang disebutkan di dalam ayat ini, empat kaidah penting yakni; semua perbuatan yang memudaratkan orang Muslim, atau padanya terda-pat kemaksiatan kepada Allah, karena kemaksiatan adalah cabang dari kekufuran, atau menimbulkan perpecahan di kalangan orang-orang yang beriman, atau mengandung dukungan kepada kelom-pok yang memusuhi Allah dan RasulNya, maka ia haram dan di-larang, dan begitu sebaliknya.
Di antaranya: Bahwa amalan-amalan lahir yang timbul karena kemaksiatan kepada Allah, akan senantiasa menjauhkan pelakunya dari Allah, ia sama dengan terus menerus melakukan kemaksiatan, sehingga dia menyingkirkannya dan bertaubat darinya dengan tau-bat yang sempurna, di mana hatinya terasa hancur karena menyesal dan bersedih.
Di antaranya: Jika masjid Quba adalah masjid yang didirikan di atas dasar takwa, maka masjid Nabawi yang beliau dirikan de-ngan tangannya yang penuh berkah, dan Nabi ﷺ bekerja di dalam-nya serta Allah memilihnya untuknya, adalah lebih utama dan lebih layak (untuk dinyatakan bahwa ia didirikan di atas dasar takwa).
Di antaranya: Bahwa amal yang dilandasi oleh keikhlasan dan mutaba'ah adalah amal yang dibangun di atas takwa yang membawa pelakunya kepada Surga yang penuh kenikmatan. Dan amal yang dilandasi maksud yang buruk, bid'ah, dan kesesatan, adalah amal yang dibangun di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.