Al-Ikhlas Ayat 4
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ ( الإخلاص: ٤ )
Walam Yakun Lahu Kufūan 'Aĥadun (al-ʾIkhlāṣ 112:4)
Artinya:
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. [112] Al-Ikhlas : 4)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia, baik dari segi zat, sifat, maupun tidakan-Nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beritikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 3-4)
Dia tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak mempunyai istri.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 4) Yakni tiada beristri; hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri, Dia menciptakan segala sesuatu. (Al-An'am: 101)
Yaitu Dialah Yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semuanya itu. Allah Swt. telah berfirman:
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 88-95)
Dan firman Allah Swt.:
Dan mereka berkata, " Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, " Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al-Anbiya: 26-27)
Dan firman Allah Swt.:
Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. (Ash-Shaffat: 158-159)
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan:
Tiada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap perlakuan yang menyakitkan: sesungguhnya mereka menganggap Allah beranak, padahal Dialahy ang memberi mereka rezeki dan kesejahteraan.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. Yang telah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Anak Adam telah mendustakan Aku — padahal Allah tidak pernah berdusta— dan anak Adam mencaci maki Aku —padahal tidak layak baginya mencaci maki Dia—. Adapun pendustaannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Dia tidak akan mengembalikanku hidup kembali. Sebagaimana Dia menciptakanku pada permulaan —padahal penciptaan pertama itu tidaklah lebih mudah bagi-Ku dari pada mengembalikannya—. Dan adapun caci makinya kepada-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Padahal Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada yang setara dengan-Ku.
Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang semisal; Imam Bukhari meriwayatkan keduanya secara munfarid melalui dua jalur tersebut.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia) atau yang sebanding dengan-Nya, lafal Lahu berta'alluq kepada lafal Kufuwan. Lafal Lahu ini didahulukan karena dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafal Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia sebagai isim dari lafal Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dia tidak menciptakan anak, dan juga tidak dilahirkan dari bapak atau ibu. Tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
6 Tafsir as-Saadi
"Katakanlah, 'Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.' Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala urusan. Dia tidak ber-anak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlash: 1-4).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1) ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah," dengan perkataan tegas, dengan yakin, dan mengetahui maknanya, ﴾ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ﴿ "Dia-lah Allah Yang Maha Esa," yakni, kemahaesaan itu hanya terbatas padaNya. Dia-lah Yang Maha Esa, yang tersendiri dengan kesempurnaan, hanya bagiNya nama-nama indah, sifat-sifat sempurna dan per-buatan-perbuatan yang suci yang tidak ada tandinganNya.
(2) ﴾ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ﴿ "Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu," yakni yang dituju dalam seluruh kebutuhan. Semua penghuni alam atas dan bawah amat memerlukanNya. KepadaNya mereka meminta apa yang mereka perlukan dan kepa-daNya mereka bergantung pada apa yang mereka inginkan, karena Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifatNya, Maha Mengetahui Yang sempurna ilmuNya, Maha Penyantun yang sempurna santunNya, Maha Penyayang yang sempurna rahmatNya, yang meliputi segala sesuatu dan seperti itulah seluruh sifat-sifatNya.
(3) Dan di antara kesempurnaanNya, Dia ﴾ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ﴿ "tidak beranak dan tiada pula diperanakkan," karena kesempurnaan kecukupanNya.
(4) ﴾ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ﴿ "Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia," baik dalam nama-namaNya, sifat-sifatNya mau-pun perbuatan-perbuatanNya. Mahasuci dan Mahatinggi Allah.
Surat ini mencakup tauhid asma` dan sifat.