Firman Allah Swt.:
Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya).
Yakni mereka yang mendustakanmu.
...siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan.
yang dimaksud dengan sayyi-ah dalam ayat ini ialah siksaan, seperti yang diberitakan oleh Allah Swt. tentang mereka melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:
Mereka berkata, "Hai orang yang diturunkan Al-Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?” Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (Al Hijr:6-8)
Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. (Al 'Ankabut:53), hingga akhir ayat berikutnya.
Seorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. (Al Ma'aarij:1)
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari (kiamat) itu disegerakan datangnya dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan merasa yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy Syuura:18)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan pada kami.” (Shaad:16), hingga akhir ayat.
Maksudnya, segerakanlah siksaan dan hisab kami. Perihal mereka sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya menyitir perkataan mereka:
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau." (Al Anfaal:32)
Tersebutlah bahwa karena kekerasan mereka dalam mendustakan, mengingkari, dan mengafiri Rasul Saw., mereka meminta kepada Rasul Saw. supaya azab Allah disegerakan datangnya kepada mereka. Maka dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. (Ar Ra'du:6)
Yakni padahal sesungguhnya Kami telah menimpakan azab kami kepada umat-umat terdahulu, dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran atas apa yang telah menimpa mereka.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa seandainya tiada kesabaran dan pemaafan dari Allah, niscaya Allah akan menyegerakan azab-Nya atas mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lainnya:
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi makhluk yang melata pun. (Faathir':45)
Dalam ayat berikut ini pun Allah Swt. berfirman:
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka zalim.
Dengan kata lain, sesungguhnya Allah mempunyai ampunan dan pemaafan serta menutupi kesalahan manusia, sekalipun mereka berbuat zalim dan berbuat kesalahan di siang dan malam harinya. Kemudian ketetapan ini disertai dengan ketetapan lainnya yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya, dimaksudkan agar adanya keseimbangan antara harapan dan rasa takut. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, "Tuhan kalian mempunyai rahmat yang luas, dan siksanya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa.”(Al An'am:147)
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al A'raf:167)
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al Hijr:49-50)
Masih banyak ayat lainnya yang semakna, yaitu yang di dalamnya terkandung makna gabungan antara harapan dan rasa takut.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka zalim. (Ar Ra'du:6), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya tidak ada pemaafan dan ampunan Allah, tentulah tiada seorang manusia pun yang hidup tenang, dan seandainya tidak ada ancaman dan siksa-Nya, niscaya semua orang akan bertawakal.
Al-Hafiz Ibnu Asakir dalam biografi Al-Hasan Ibnu Usman Abu Hissan Ar-Ramadi (Az-Ziyadi) meriwayatkan bahwa Al-Hasan bermimpi melihat Allah Swt. di dalam tidurnya, sedangkan saat itu Rasulullah Saw. sedang berdiri di hadapan-Nya memohon syafaat untuk seorang lelaki dari kalangan umatnya. Maka Tuhan berfirman kepadanya, "Bukankah sudah cukup bagimu apa yang telah Aku turunkan kepadamu dalam surat Ar-Ra'd?" Yaitu: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka zalim. (Ar Ra'du:6) Setelah itu Al-Hasan terbangun dari tidurnya.