Al-Kahf Ayat 20
اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا ( الكهف: ٢٠ )
'Innahum 'In Yažharū `Alaykum Yarjumūkum 'Aw Yu`īdūkum Fī Millatihim Wa Lan Tufliĥū 'Idhāan 'Abadāan. (al-Kahf 18:20)
Artinya:
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (QS. [18] Al-Kahf : 20)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Sesungguhnya jika mereka, yakni penduduk kota tempat kamu membeli makanan itu dapat mengetahui tempatmu, lalu mereka menguasai kamu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, jika kamu tetap mempertahankan keimanan kamu, atau mereka akan memaksamu kembali kepada agama mereka, yakni menyekutukan Allah dengan tuhantuhan yang lain, dan jika demikian, yakni jika kamu memeluk agama mereka, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya baik di dunia maupun di akhirat."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kemudian para penghuni gua itu memperingatkan Tamlikha jika sampai penduduk kota itu, yang menurut perkiraannya masih orang-orang kafir, mengetahui tempat persembunyian mereka, mereka tentu akan dipaksa untuk mengikuti agama berhala. Jika mereka menolak, tentu akan dibunuh dengan lemparan batu, cara pembunuhan pada masa dahulu bagi mereka yang berani melawan kebijakan politik raja atau agama negara. Kota yang akan didatangi itu ialah kota Ephesus dan rajanya menurut persangkaan mereka masih Decyanus yang zalim itu. Padahal raja itu sudah tidak ada karena dia berkuasa pada tiga abad yang silam. Jika mereka dipaksa kembali untuk memeluk agama Decyanus itu, mereka tidak akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan untuk selama-lamanya, baik dalam kehidupan duniawi ataupun ukhrawi. Jiwa orang yang menganut suatu agama karena dipaksa, pada mulanya, akan menolak segala ketentuan-ketentuan dari agama itu. Akan tetapi, lama-kelamaan kemungkinan besar jiwanya tidak akan menolak dan seterusnya memandang baik agamanya yang baru itu. Jika terjadi hal yang demikian, dia akan sesat dan sengsara untuk selama-lamanya. Akan tetapi, bilamana seseorang dipaksa dengan ancaman untuk pindah kepada kekafiran, lalu dia menunjukkan kekafiran, tetapi batinnya tetap Islam, dan sampai akhir hayatnya tidak pernah memandang baik agama yang dipaksakan itu, maka dia tetap dalam Islam.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
kepada seorang pun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu.
Yaitu jika mereka dapat mengetahui tempat tinggal kalian.
niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka.
Yang dimaksud dengan mereka ialah para pembantu Dekianius. Para pemuda itu sangat takut kepada mereka bila mereka mengetahui tempat tinggalnya. Mereka pasti akan menyiksa para pemuda itu dengan berbagai macam siksaan hingga para pemuda itu mau kembali kepada agama mereka, atau kalau menolak, para pemuda itu pasti mati. Dan jika para pemuda itu menyetujui kembali kepada agama mereka, tentulah para pemuda itu tidak akan mendapat keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
...dan jika demikian, niscaya kalian tidak akan beruntung selama-lamanya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu) niscaya mereka akan membunuh kalian dengan lemparan batu (atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kalian tidak akan beruntung) yakni jika kalian kembali kepada agama mereka (selama-lamanya)".
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
"Jika mereka sampai mengetahui rahasia ini," lanjut orang itu, "mereka pasti akan membunuh kita, merajam kita dengan batu sampai mati, atau memaksa kita dengan kekerasan untuk kembali kepada kesyirikan. Apabila kalian menuruti kemauan mereka, maka kalian tidak akan mendapatkan keuntungan di dunia dan di akhirat."
6 Tafsir as-Saadi
"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di
antara mereka berkata, 'Sudah berapa lama kamu berada (di sin)?' Mereka
menjawab, 'Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.' Berkatalah
(yang lain lagi, 'Rabbmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini),
maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, lalu
hendaklah dia lihat mana-kah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu,
dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-sekali menceritakan halmu kepada siapa
pun. Sesungguh-nya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu
dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak
akan berun-tung selamanya." (Al-Kahfi: 19-20).
(19) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَكَذَٰلِكَ بَعَثۡنَٰهُمۡ ﴿ "Dan demikian-lah Kami bangunkan mereka," dari tidurnya yang sangat lama ﴾
لِيَتَسَآءَلُواْ بَيۡنَهُمۡۚ ﴿ "agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri," maksud-nya agar mereka saling berdiskusi supaya mendapatkan berita yang valid tentang berapa lama mereka tinggal. ﴾
قَالَ قَآئِلٞ مِّنۡهُمۡ كَمۡ لَبِثۡتُمۡۖ قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٖۚ ﴿ "Salah seorang di antara mereka berkata, 'Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?' Mereka menjawab, 'Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari'." Pernyataan ini berlandaskan prasangka orang yang mengatakan (belaka). Sepertinya, telah terjadi kekaburan pada mereka mengenai masa mereka tinggal.
Oleh karena itu, ﴾ قَالُواْ رَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ ﴿ "Berkatalah (yang lain lagi), 'Rabbmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini)'." Mereka mengembalikan hal tersebut kepada Dzat yang ilmuNya meliputi segala sesuatu, secara global maupun terperinci. Barangkali setelah itu Allah تعالى memberitahukan kepada mereka tentang masa tinggal mereka. Lantaran Allah membangunkan mereka agar mereka sa-ling bertanya di antara mereka sendiri, dan Allah mengabarkan bahwa mereka saling berdiskusi dan berbicara sebatas pengetahu-an mereka yang berujung pada ketidakjelasan. Maka seharusnya Allah telah mengabarkan mereka (tentang itu) secara pasti. Hal itu dapat kita ketahui melalui hikmah menjadikan mereka terjaga, dan bahwasanya Allah tidak melakukannya secara sia-sia. Di antara rahmatNya terhadap orang yang mencari kepastian sesuatu dalam perkara-perkara yang dituntut untuk diketahui lalu dia berusaha untuk mengetahuinya dengan batas kemampuannya, yaitu Allah menjelaskan perkara tersebut kepadanya, dan berdasarkan ayat-ayat yang disebutkan setelah FirmanNya,
﴾ وَكَذَٰلِكَ أَعۡثَرۡنَا عَلَيۡهِمۡ لِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيۡبَ
فِيهَآ ﴿
"Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan me-reka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah
itu benar, dan bah-wa kedatangan Hari Kiamat tidak ada keraguan padanya." (Al-Kahfi: 21).
Seandainya kondisi mereka tidak diketahui (setelahnya), nis-caya mereka
tidak menjadi bukti atas apa yang Allah sebutkan (ten-tang hari Kebangkitan). Kemudian, tatkala mereka saling bertanya di
antara sesama mereka dan terjadi peristiwa pada mereka yang Allah kabarkan, maka mereka pun
mengutus salah seorang di an-tara mereka dengan membawa uang perak. Maksudnya, uang be-berapa
dirham yang mereka bawa, agar orang tersebut membelikan makanan dari kota (yang mereka tinggalkan)
untuk mereka makan. Mereka memerintahkannya agar memilih makanan yang paling bagus. Maksudnya,
makanan terbaik dan paling lezat. Dan supaya berkelakuan ramah ketika pergi, membeli serta
kepulangannya. Mereka juga memerintahkan supaya dia menutup diri dalam urusan-nya dan tutup
mulut tentang keadaan teman-temannya dan jangan sampai memberitahukan seorang pun tentang
keadaan mereka.
(20) Mereka menyebutkan bahaya yang timbul dari penge-tahuan orang lain
tentang mereka dan penampakan diri mereka di hadapan masyarakat, bahwa mereka akan menghadapi salah satu dari dua pilihan:
Dirajam dengan lemparan batu sehingga khalayak membunuh mereka dengan cara yang sangat keji
karena kemurka-an kepada diri mereka dan agama mereka. Atau orang-orang meng-uji keteguhan
mereka dalam beragama dan memurtadkan mereka kepada ajaran kaumnya. Dalam keadaan ini, kalian
selama-lama-nya tidak akan beruntung, bahkan merugi dalam agama, dunia, dan akhiratnya.
Kedua ayat ini telah menunjukkan beberapa pelajaran penting:
1. Anjuran supaya berilmu dan mendiskusikannya, karena Allah membangunkan mereka untuk
tujuan itu.
2. Adab bagi orang yang suatu ilmu belum jelas baginya supaya menyerahkannya kepada orang
yang berilmu dan berdiam diri pada batas kemampuannya.
3. Sahnya mewakilkan dalam urusan jual-beli, dan sahnya per-seroan dalam jual-beli.
4. Bolehnya memakan makanan yang baik-baik dan makanan-makanan yang lezat jika tidak
melewati batas pemborosan yang dilarang. Sebagaimana Firman Allah, ﴾ فَلۡيَنظُرۡ أَيُّهَآ
أَزۡكَىٰ طَعَامٗا فَلۡيَأۡتِكُم بِرِزۡقٖ مِّنۡهُ ﴿ "Dan hendaklah dia melihat manakah makan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk-mu." Khususnya jika seseorang tidak cocok baginya kecuali makanan model itu. Barangkali inilah sandaran kebanyakan ahli tafsir yang mengatakan bahwasanya mereka adalah anak-anak raja. Karena mereka memerintahkannya agar membeli makanan yang paling bagus yang menjadi kebiasa-an santapan orang-orang kaya.
5. Anjuran agar berhati-hati dan bersembunyi serta menjauhi tempat-tempat fitnah yang mengancam agama, dan menyim-pan rahasia seseorang dan saudara-saudaranya seagama.
6. Besarnya kecintaan para pemuda itu terhadap agama, lari-nya mereka dari segala fitnah yang mengancam agamanya, serta meninggalkan kampung halaman karena Allah.
7. Penyebutan kandungan kejelekan berupa bahaya-bahaya dan kerusakan-kerusakan yang mendorong untuk membenci dan meninggalkannya. Cara semacam ini adalah konsep kaum Mukminin terdahulu dan sekarang, berdasarkan perkataan mereka,
﴾ وَلَن تُفۡلِحُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا 20 ﴿
"Dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya."