Maryam Ayat 11
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا ( مريم: ١١ )
Fakharaja `Alaá Qawmihi Mina Al-Miĥrābi Fa'awĥaá 'Ilayhim 'An Sabbiĥū Bukratan Wa `Ashīyāan. (Maryam 19:11)
Artinya:
Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang. (QS. [19] Maryam : 11)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mendengar janji dan anugerah Allah, maka dia keluar dari mihrab tempatnya berdoa menuju kaumnya yang sudah lama menunggu, lalu dia memberi isyarat kepada mereka tanpa berbicara sepatah kata pun karena Allah telah menahan kemampuannya untuk berbicara. Dengan isyarat itu dia memberi pesan kepada kaumnya, “Bertasbihlah kamu kepada Allah dengan ketundukan hati dan ketulusan niat pada waktu pagi dan petang.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Nabi Zakaria a.s. keluar dari mihrab menuju kaumnya, yang sudah lama menunggu karena kebiasaan mereka ikut salat berjamaah bersama di tempat beribadatnya pada pagi dan petang hari. Mereka bertanya, "Gerangan apa yang menyebabkan beliau terlambat membuka pintu mihrabnya." Lalu beliau memberi isyarat kepada mereka, supaya bertasbih mensucikan Allah dari kemusyrikan dan dari tuduhan mempunyai anak dan dari setiap sifat yang tidak layak bagi Allah. Mereka diperintahkan supaya banyak bertasbih di waktu pagi dan petang.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya.
Yakni dari tempat ia mendapat berita gembira akan beroleh anak laki-laki.
...lalu ia memberi isyarat kepada mereka.
Yakni memberi isyarat secara samar lagi cepat.
...hendaklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang.
Maksudnya, meminta dukungan dari mereka agar mereka mengikuti apa yang diperintahkan kepadanya dalam masa-masa tiga hari itu. Bantuan tasbih mereka sebagai pendukung ungkapan rasa syukurnya kepada Allah Swt. atas karunia yang diberikan kepadanya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
...lalu ia memberi isyarat kepada mereka.
Makna auha di sini ialah asyara, yakni berisyarat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Wahb dan Qatadah.
Mujahid telah mengatakan dalam suatu riwayat yang bersumber dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:
Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.
Yakni Zakaria menulis di tanah kepada mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya) yakni dari mesjid, sedang orang-orang menunggu pintu mesjid itu dibuka, karena mereka hendak melakukan salat di dalamnya, sesuai dengan kebiasaan mereka menurut perintah Zakaria (lalu ia memberi isyarat) (kepada mereka; hendaklah kalian bertasbih) maksudnya melakukan salat (di waktu pagi dan petang) yakni pada permulaan siang hari dan akhirnya, sebagaimana biasa. Setelah Nabi Zakaria mencegah dirinya untuk bercakap-cakap dengan mereka, pada saat itu diketahui bahwa istrinya mengandung Yahya. Selang dua tahun kemudian setelah Yahya lahir, Allah berfirman kepadanya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Zakariyyâ pun kemudian keluar dari tempat salatnya menuju kaumnya, lalu memberi isyarat kepada mereka agar bertasbih kepada Allah pada waktu pagi dan petang.
6 Tafsir as-Saadi
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengannya." Zakaria berkata, "Ya Rabbku, bagaimana (mungkin) akan ada anak bagiku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul, dan aku (sendiri) sungguh sudah mencapai umur yang sangat tua." Dia berfirman, "Demikianlah." Rabbmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagiKu, dan sungguh telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." Zakaria berkata, "Ya Rabbku, berilah aku suatu tanda." Dia berfirman, "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat." Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu memberi isyarat kepada mereka, hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." (Maryam: 7-11).
(7) Maksudnya, Allah تعالى memberinya kabar gembira ten-tang (kelahiran) Yahya melalui para malaikat. Allah menamakan-nya dengan sebutan Yahya. Sebuah nama yang selaras dengan pemiliknya. Dia hidup dengan nyata lagi tampak oleh indera (hissi) sampai nikmat (Allah) sempurna pada dirinya dan juga hidup secara maknawi. Yaitu kehidupan hati dan ruhnya disertai wahyu, ilmu dan agama. ﴾ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا 7 ﴿ "Yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengannya," maksudnya belum pernah ada seorang pun yang menggunakan nama ini se-belumnya. Ada kemungkinan (juga), makna ayat ini adalah Kami belum pernah menciptakan orang yang setara dan sama namanya dengannya dibanding masa sebelumnya. Sehingga, jadilah ini se-bagai kabar gembira (bagi Zakaria) karena kesempurnaan Yahya, yang menyandang sifat-sifat yang yang terpuji, dan bahwa Yahya itu mengungguli orang-orang sebelumnya. Akan tetapi, berdasar-kan kemungkinan ini, maka keumumannya harus ditakhsis (diper-sempit) dengan Nabi Ibrahim, Musa, Nuh dan lain sebagainya, yang mereka ini dipastikan lebih baik dibandingkan dengan Yahya.
(8) Ketika itu, saat Nabi Zakaria menerima kabar gembira kelahiran anak ini yang dimintanya, maka beliau justru merasa aneh dan keheranan. Beliau mengatakan, ﴾ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ ﴿ "Ya Rabbku, bagaimana (mungkin) akan ada anak bagiku," sementara kon-disinya bahwa faktor penghalang untuk mendapatkan anak, ada pada diri saya dan istri saya? Seakan-akan pada saat berdoa, beliau tidak menyadari keberadaan faktor penghalang ini, lantaran ke-inginan kuat di hatinya serta dahsyatnya hasrat yang besar untuk mendapatkan anak. Dalam kondisi seperti ini, saat doanya dikabul-kan, maka beliau merasa keheranan.
(9) Maka Allah menjawab keheranannya dengan Firman-Nya, ﴾ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞ ﴿ "Demikianlah." Rabbmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagiKu," maksudnya masalah ini memang aneh menurut kebiasaan, dan aneh juga dalam sunnatullah pada pencip-taan makhlukNya. Akan tetapi, kekuasaan Allah تعالى memungkin-kan penciptaan Yahya, tanpa melalui sebab-sebab (yang lumrah) dan masalah ini ringan bagiNya. Tidak lebih sulit bagi Allah dari-pada menciptakan Zakaria sebelumnya, padahal sebelumnya beliau tidak ada sama sekali.
(10) ﴾ قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ ﴿ "Zakaria berkata, 'Ya Rabbku, berilah aku suatu tanda'," yaitu bukti yang membuat hatiku menjadi tenang. Ini bukanlah bentuk keragu-raguan (Zakaria) terhadap kabar dari Allah. Akan tetapi, perkataan ini semakna dengan ucapan yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim, kekasih Allah,
﴾ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَلَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ ﴿
"Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau meng-hidupkan orang-orang yang mati." Allah berfirman, "Apakah kamu belum percaya." Ibrahim menjawab, "Saya telah percaya, akan tetapi agar hatiku tenang (mantap)." (Al-Baqarah: 260).
Beliau memohon tambahan ilmu dan pencapaian ke derajat 'ainul yaqin setelah diberikan ilmul yaqin. Lalu Allah mengabulkan permintaannya sebagai wujud kasih sayang Allah kepadanya. ﴾ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٖ سَوِيّٗا 10 ﴿ "Allah berfirman, 'Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat'." Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
﴾ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزٗاۗ ﴿
"Selama tiga hari, kecuali dengan isyarat." (Ali Imran: 41).
Keduanya bermakna sama, karena terkadang Allah meng-ungkapkannya dengan kata layali (malam) dan terkadang dengan kata ayyam (siang hari), tapi arah maksudnya sama. Ini termasuk bukti (kebesaran Allah) yang menakjubkan. Karena, saat dirinya terhalang untuk berbicara selama tiga hari dan tidak mampu bicara tanpa disertai penyakit bisu dan cacat, bahkan dia dalam keadaan normal, tidak ada kekurangan apa pun, ini termasuk bukti-bukti kekuasaan Allah yang menerjang bentuk kewajaran. Meskipun dalam keadaan normal, Nabi Zakaria terhalangi untuk berbicara dengan pembicaraan yang berkaitan dengan manusia dan ber-komunikasi dengan mereka, sedangkan yang berkaitan dengan ucapan tasbih, [tahlil] dan dzikir serta ucapan serupa lainnya, maka beliau tidak dilarang darinya. Oleh karena itu, dalam ayat yang lain Allah berfirman,
﴾ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ 41 ﴿
"Dan sebutlah (nama) Rabbmu sebanyak-banyaknya serta bertasbih-lah di waktu petang dan pagi hari." (Ali Imran: 41).
(11) Maka, hati Zakaria menjadi tenang dan bersuka-cita dengan kabar gembira ini. Dia pun taat kepada perintah Allah untuk bersyukur dengan cara beribadah kepadaNya dan selalu berdzikir. Zakaria berdiam diri di tempat ibadahnya dan keluar (menemui) kaumnya ﴾ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ ﴿ "lalu dia memberi isyarat kepada kaumnya," yaitu dengan isyarat dan kode ﴾ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا 11 ﴿ "hen-daklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang," karena kabar gembira dengan kedatangan Yahya bagi semua orang merupakan kemas-lahatan agamis (bagi mereka).