Al-Baqarah Ayat 218
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ( البقرة: ٢١٨ )
'Inna Al-Ladhīna 'Āmanū Wa Al-Ladhīna Hājarū Wa Jāhadū Fī Sabīli Allāhi 'Ūlā'ika Yarjūna Raĥmata Allāhi Wa Allāhu Ghafūrun Raĥīmun. (al-Baq̈arah 2:218)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. [2] Al-Baqarah : 218)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang berhijrah meninggalkan negeri dan keluarganya untuk menegakkan agama Allah dan berjihad di jalan Allah dengan memerangi orang-orang musyrik, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat dan ganjaran Allah. Allah Maha Pengampun kepada orang-orang yang beriman, lagi Maha Penyayang.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan balasan bagi orang-orang yang kuat imannya menghadapi segala cobaan dan ujian. Begitu juga balasan bagi orang-orang yang hijrah meninggalkan negerinya yang dirasakan tidak aman, ke negeri yang aman untuk menegakkan agama Allah, seperti hijrahnya Nabi Muhammad saw bersama pengikut-pengikutnya dari Mekah ke Medinah, dan balasan bagi orang-orang yang berjihad fi sabilillah, baik dengan hartanya maupun dengan jiwanya.
Mereka itu semuanya mengharapkan rahmat Allah dan ampunan-Nya, dan sudah sepantasnya memperoleh kemenangan dan kebahagiaan sebagai balasan atas perjuangan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa setelah Abdullah ibnu Jahsy dan kawan-kawannya merasa lega dari apa yang selama itu mengungkungnya berkat adanya keterangan dari Al-Qur'an yang baru diturunkan, maka mereka merasa kehausan akan pahala, lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau menginginkan agar kami maju berperang lagi, karena kami menginginkan perolehan. pahala orang-orang yang berjihad?" Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Akhirnya Allah Swt. memenuhi keinginan mereka dengan pemenuhan yang mernuaskan.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa hadis mengenai hal ini dari Az-Zuhri dan Yazid ibnu Rauman, dari Urwah. Yunus ibnu Bukair meriwayatkan hal yang hampir sama konteksnya dengan hadis ini, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Rauman, dari Urwah ibnuz Zubair. Musa ibnu Uqbah telah meriwayatkan pula hal yang semisal dari Az-Zuhri sendiri.
Syu'aib ibnu Abu Hamzah meriwayatkannya dari Az-Zuhri, dari Urwah ibnuz Zubair hal yang semisal dengan hadis ini, tetapi di dalamnya disebutkan bahwa Ibnul Hadrami merupakan korban pertama dalam perang yang terjadi antara kaum muslim dan kaum musyrik. Kemudian sejumlah orang kafir Quraisy sebagai utusan mereka, memacu kendaraannya menuju Madinah, hingga tibalah mereka di hadapan Rasulullah Saw., lalu mereka berkata, "Apakah dihalalkan melakukan peperangan dalam bulan Haram?" Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang dalam bulan Haram. (Al Baqarah:217), hingga akhir ayat.
Hal ini telah diteliti oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya.
Kemudian Ibnu Hisyam mengatakan dari Ziyad, dari Ibnu Ishaq, bahwa salah seorang keluarga Ibnu Jahsy menceritakan bahwa harta fai' dibagi-bagikan di antara keluarganya, empat perlimanya diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam perang tersebut, sedangkan yang seperlimanya dikhususkan buat Allah dan Rasul-Nya. Maka ketentuan tersebut tetap berlaku seperti apa yang telah dilakukan oleh Abdullah ibnu Jahsy terhadap kafilah tersebut.
Ibnu Hisyam mengatakan bahwa kafilah tersebut merupakan harta ganimah yang mula-mula didapat oleh kaum muslim, dan Amr ibnul Hadrami adalah orang yang mula-mula terbunuh oleh kaum muslim, sedangkan Usman ibnu Abdullah serta Al-Hakam ibnu Kaisan merupakan orang yang mula-mula ditawan oleh kaum muslim.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah peristiwa perang yang dialami oleh Abdullah ibnu Jahsy tersebut, sahabat Abu Bakar mengucapan syair berikut.
Tetapi menurut pendapat lain, yang mengatakannya justru Abdullah ibnu Jahsy sendiri. Yaitu ketika orang-orang Quraisy mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah menghalalkan bulan Haram. Maka mereka mengalirkan darah padanya, merampas harta, dan menahan orang-orang."
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah) meninggalkan kampung halaman mereka, (dan berjihad di jalan Allah), yakni untuk meninggikan agama-Nya, (mereka itu mengharapkan rahmat Allah), artinya pahala-Nya, (dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang beriman.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan keimanan yang mendorong mereka untuk berhijrah demi membela agama dan berjuang menjunjung tinggi kalimat Allah, akan selalu mengharapkan menanti pahala yang besar dari Allah, meskipun mereka tidak sempurna dalam mengerjakan beberapa hal. Karena Allah Maha Pengampun dosa, Maha Penyayang, yang menyayangi hamba-Nya dengan memberi petunjuk dan pahala.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,
mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah: 218).
(218) Amalan-amalan yang tiga tersebut merupakan tanda-tanda kebahagiaan
dan poros utama penghambaan. Dengan semua itu dapat diketahui keuntungan atau kerugian yang
diderita se-orang manusia. Adapun tentang keimanan, maka tidaklah perlu Anda bertanya lagi
tentang keutamaannya, dan bagaimana mena-nyakan suatu hal yang merupakan pembeda antara
orang-orang yang bahagia dari orang-orang yang sengsara? Demikian juga pembeda antara penghuni
surga dari penghuni neraka. Dan iman itulah yang apabila ada pada seorang hamba, niscaya amalan
ke-baikannya diterima, dan bila tidak ada, niscaya tidak akan diterima darinya tindakan,
keadilan, kewajiban, dan sunnah.
Hijrah adalah meninggalkan orang-orang yang dicintai dan disayangi hanya untuk mencari ridha
Allah تعالى. Maka seorang yang berhijrah meninggalkan negeri, harta, keluarga, dan teman
seja-watnya sebagai suatu pendekatan diri kepada Allah dan pembelaan terhadap agamaNya.
Jihad adalah mengerahkan upaya dalam memerangi musuh, dan usaha yang maksimal dalam membela
agama Allah dan mem-berantas ajaran setan. Jihad itu adalah puncak dari segala amal shalih dan
balasannya adalah balasan yang paling utama, dan sebab paling dominan untuk memperluas negeri
Islam, menghinakan hamba-hamba berhala, menciptakan keamanan bagi kaum Muslimin pada diri,
harta, dan anak-anak mereka.
Barangsiapa yang menegakkan tiga perbuatan tersebut dengan menghadapi segala kesulitan dan
rintangannya, maka perbuatan-perbuatan selainnya akan lebih ditegakkan dan disempurnakan. Karena
itu pantaslah bagi mereka untuk menjadi orang-orang yang mengharap rahmat Allah, karena mereka
telah melakukan sebab yang mengharuskan adanya rahmat bagi mereka.
Di sini terdapat dalil bahwasanya harapan itu tidaklah dilaku-kan kecuali setelah melakukan
sebab-sebab kebahagiaan. Sedang-kan harapan yang diiringi dengan sifat malas dan tidak
melaku-kan sebab-sebabnya adalah merupakan kelemahan, angan-angan kosong dan bualan, dan itu
menunjukkan lemahnya cita-cita pela-kunya, kurangnya akal, sama seperti orang yang menghendaki
seorang anak tanpa menikah, dan mengharapkan hasil panen tanpa menanam biji dan tidak
menyiramnya, dan semacamnya.
Dalam Firman Allah, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ ﴿ "Mereka itu mengha-rapkan rahmat Allah," terkandung sebuah isyarat bahwa seorang hamba itu walaupun telah banyak melakukan amal, tidaklah baik baginya hanya bersandar pada amal-amal tersebut dan hanya ber-patokan padanya, namun seharusnya ia juga mengharap rahmat Allah, diterimanya amal-amal tersebut, ampunan bagi dosa-dosanya, dan ditutupi aib dan kekurangannya. Karena itu Allah berfirman, ﴾
وَٱللَّهُ غَفُورٞ ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun," artinya, bagi yang bertaubat secara benar-benar, ﴾
رَّحِيمٞ ﴿ "lagi Maha Penyayang."
RahmatNya luas melingkupi segala sesuatu, kedermawanan dan kebajikanNya menyeluruh kepada setiap
makhluk hidup. Di sini terdapat dalil bahwa orang yang mengerjakan amalan-amalan tersebut akan
memperoleh ampunan Allah. Karena kebaikan itu akan menghapus dosa-dosa dan ia mendapatkan rahmat
dari Allah. Apabila ia telah mendapatkan ampunan, niscaya ia akan terhindar dari hukuman dunia
dan akhirat yang merupakan manifestasi dari dosa-dosa yang telah diampuni, dan bekas-bekasnya
tidak lenyap. Apabila ia memperoleh rahmat, maka ia telah memperoleh segala kebaikan di dunia
maupun di akhirat, bahkan amalan-amalan mereka tersebut juga merupakan rahmat Allah terhadap
mereka. Karena kalau bukan karena taufik Allah bagi mereka dalam hal itu, niscaya mereka tidak
akan menginginkannya, dan sekiranya bukan karena kemampuan yang diberikan Allah untuk mereka
dalam melakukannya, niscaya mereka tidak akan mampu melaku-kannya, dan kalau bukan karena
kebajikanNya, niscaya Dia tidak menyempurnakannya dan tidak menerimanya dari mereka.
Karena itu, bagiNya-lah segala keutamaan yang pertama dan yang terakhir, dan Dia-lah yang
mengaruniakan sebab dan akibat. Allah تعالى kemudian berfirman,