Taha Ayat 36
قَالَ قَدْ اُوْتِيْتَ سُؤْلَكَ يٰمُوْسٰى ( طه: ٣٦ )
Qāla Qad 'Ūtīta Su'ulaka Yā Mūsaá. (Ṭāʾ Hāʾ 20:36)
Artinya:
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa! (QS. [20] Taha : 36)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mengabulkan permohonan Nabi Musa, Dia berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan semua permintaanmu itu, wahai Musa. Terimalah anugerah besar Kami itu kepadamu.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia telah memperkenankan semua permohonan Musa yaitu supaya dilapangkan dadanya, dimudahkan urusannya dihilangkan kekakuan dan gangguan lidahnya, dijadikan Harun saudaranya sebagai pembantu baginya, sehingga kekuatan dan kemampuannya bertambah, bahu membahu dengan Harun dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga ia banyak membaca tasbih dan senantiasa ingat dan zikir kepada Allah. Enam macam permohonan sebagaimana dalam ayat sebelumnya, diperkenankan oleh Allah demi suksesnya pelaksanaan amanat yang berat dan sulit itu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Ini merupakan perkenan dari Allah Swt. kepada rasul-Nya (Musa a.s.) yang telah mengabulkan semua permintaannya, sekaligus mengingatkan Musa akan semua nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya di masa silam berkaitan dengan apa yang dialami oleh ibunya saat ibunya masih menyusukannya dan bersikap mawas diri terhadap Fir'aun dan bala tentaranya agar mereka jangan membunuhnya. Musa dilahirkan di masa Fir'aun dan bala tentaranya membunuh semua bayi yang lahir tahun itu. Maka ibu Musa membuat sebuah peti untuk Musa yang masih disusukannya, lalu meletakkan Musa di dalam peti itu dan menghanyutkannya ke Sungai Nil, tetapi dalam keadaan diikat dengan tali yang dihubungkan ke rumahnya.
Dan pada suatu hari ibu Musa pergi untuk memperbaharui ikatan talinya, tetapi ternyata peti yang berisikan Musa terlepas dan terbawa hanyut oleh arus Sungai Nil. Karena itu, hati ibu Musa dirundung rasa duka cita yang sangat mendalam dan kesedihan yang tak terperi kan. Hal ini di ungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya. (Al Qashash:10)
Arus Sungai Nil membawa peti yang berisikan Musa itu ke istana Fir'aun yang terletak di pinggir Sungai Nil.
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al Qashash:8)
Yakni sebagai suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dalam saat yang sama mereka membunuh bayi-bayi kaum Bani Israil karena mereka takut akan kelahiran Musa. Maka Allah memutuskan hal yang lain, karena Dialah yang memi liki kekuasaan Yang Mahabesar dan takdir yang sempurna, bahwa tidaklah Musa dipelihara kecuali di dalam asuhan Fir'aun dan makan serta minum dari makanan dan minumannya setelah Allah menanamkan rasa kasih sayang kepada Musa di dalam hati Fir'aun dan istrinya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Allah berfirman, "Sesungguhnya telah dikabulkan permintaanmu, hai Musa) sebagai anugerah Kami kepadamu.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah berfirman kepada Mûsâ, "Sesungguhnya Aku telah mengabulkan apa yang kamu minta. Ini adalah sebuah karunia untukmu.
6 Tafsir as-Saadi
"Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya dia telah melampaui batas." Musa berkata, "Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun sau-daraku, teguhkanlah dengannya kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepadaMu, dan banyak mengingatMu. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami." Allah berfirman, "Sungguh telah diper-kenankan permintaanmu, hai Musa." (24-36).
(24) Setelah mengirimkan wahyu kepada Musa dan mene-tapkan kenabiannya serta memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaanNya yang mencengangkan pandangan, Allah mengutus-nya ke Fir'aun, raja Mesir. Allah berfirman, ﴾ ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ 24 ﴿ "Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya dia telah melampaui batas," maksudnya, keras kepala dan melampaui batas dalam kekufuran, kemaksiatan, dan kecongkakan di bumi serta tindakan kediktatoran terhadap kaum yang lemah. Bahkan sampai mengklaim sifat ru-bubiyah dan uluhiyah. Semoga Allah memburukkan kondisinya. Artinya, tindakannya yang melampaui batas menjadi penyebab kebinasaannya. Akan tetapi, termasuk (cermin) rahmat Allah, hikmah, dan keadilanNya, Dia tidak menyiksa siapapun kecuali setelah tegaknya hujjah kepada mereka melalui pengiriman para rasul.
(25) Saat itulah Musa mengetahui bahwa dia telah me-ngemban beban yang sangat berat sekali, diutus ke penguasa yang bertangan besi lagi keras kepala ini, yang tidak mempunyai tan-dingan di Mesir. Sementara Musa hanya seorang diri saja, dan pernah menjadi penyebab kematian (seseorang di sana). Kemudian, beliau menyambut perintah Rabbnya dan menerimanya dengan hati terbuka dan tulus. Beliau memohon pertolongan kepadaNya dan kemudahan sebab kausalitas yang menjadi kesempurnaan dakwahnya. Beliau berkata, ﴾ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي صَدۡرِي 25 ﴿ "Ya Rabbku, lapang-kanlah untukku dadaku," maksudnya luaskan dan lapangkanlah dadaku untuk menanggung beban perkataan dan tindakan yang tidak baik dan hatiku tidak menjadi kacau karenanya serta tidak merasa sempit. Sesungguhnya hati bila telah menyempit, niscaya pemiliknya tidak pantas mengemban misi memberi petunjuk dan mendakwahi manusia. Allah berfirman kepada NabiNya Muhammad,
﴾ فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ ﴿
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkankan diri dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159),
semoga manusia menerima kebenaran melalui kelembutan sikap dan kelapangan dada serta keterbukaannya bersama mereka.
(26) ﴾ وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي 26 ﴿ "Dan mudahkanlah untukku urusanku," maksudnya, mudahkanlah bagiku segala urusan yang aku kerjakan dan setiap cara yang aku tempuh dalam misiku. Dan ringankanlah kesulitan-kesulitan yang ada di hadapanku. Di antara bentuk kemudahan dari Allah adalah Dia memudahkan bagi seorang da'i untuk mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan caranya yang benar, mengajak bicara manusia dengan gaya bicara yang sesuai dengannya, dan mendakwahi mereka dengan cara yang paling efektif mengantarkan pada sikap menerima perkataannya.
(27-28) ﴾ وَٱحۡلُلۡ عُقۡدَةٗ مِّن لِّسَانِي 27 يَفۡقَهُواْ قَوۡلِي 28 ﴿ "Dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku," pada bagian lidahnya terdapat kekeluan untuk berkomunikasi, hampir-hampir perkataan itu tidak terpahami darinya, seperti yang dipaparkan para ahli tafsir. Sebagaimana Firman Allah mengenai dirinya, dia berkata,
﴾ وَأَخِي هَٰرُونُ هُوَ أَفۡصَحُ مِنِّي لِسَانٗا ﴿
"Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya dariku." (Al-Qa-shash: 34).
Beliau memohon kepada Allah agar melenyapkan kekakuan pada lidahnya, agar mereka dapat memahami apa yang beliau sampaikan. Dan terealisasikanlah tujuan yang sempurna dari proses komunikasi, perdebatan, dan penjelasan tentang hakikat-hakikat.
(29-30) ﴾ وَٱجۡعَل لِّي وَزِيرٗا مِّنۡ أَهۡلِي 29 ﴿ "Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku," maksudnya, jadikanlah untukku pembantu yang menolong dan mendukung serta membantuku menjalankan misi pengutusanku kepada mereka. Beliau meminta agar pen-dukung itu dari keluarga sendiri. Karena tergolong dalam konteks pencurahan kebaikan, dan pihak yang paling berhak mendapatkan kebaikan dari seseorang yaitu kaum kerabatnya sendiri. Kemudian beliau menentukan sosok tersebut dalam permohonannya ﴾ هَٰرُونَ أَخِي ﴿ "(yaitu) Harun saudaraku."
(31-32) ﴾ ٱشۡدُدۡ بِهِۦٓ أَزۡرِي 31 ﴿ "Teguhkanlah dengannya kekuatanku," maksudnya kuatkanlah aku dengannya dan kokohkan punggungku dengannya, Allah تعالى berfirman,
﴾ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجۡعَلُ لَكُمَا سُلۡطَٰنٗا ﴿
"Kami akan membantu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepa-damu berdua kekuasaan yang besar." (Al-Qashash: 35),
﴾ وَأَشۡرِكۡهُ فِيٓ أَمۡرِي 32 ﴿ "dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku," maksud-nya dalam kenabian, dengan cara Engkau mengangkatnya sebagai nabi lagi rasul, sebagaimana Engkau telah menjadikanku demikian.
(33-34) Kemudian Allah menyampaikan faidah berkaitan dengan itu. Allah berfirman, ﴾ كَيۡ نُسَبِّحَكَ كَثِيرٗا 33 وَنَذۡكُرَكَ كَثِيرًا 34 ﴿ "Supaya kami banyak bertasbih kepadaMu, dan banyak mengingatMu." Beliau mengetahui bahwa intisari dari semua ibadah dan agama adalah untuk dzikrullah (mengingat Allah). Beliau meminta Allah untuk menjadikan saudaranya bersama beliau, agar dapat saling bekerja-sama dan menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Hasilnya, akan semakin banyak lantunan dzikrullah dari mereka berdua, berupa tasbih, tahlil, dan ibadah-ibadah lainnya.
(35) ﴾ إِنَّكَ كُنتَ بِنَا بَصِيرٗا 35 ﴿ "Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami." Engkau mengetahui keadaan, kelemahan, dan ketidakberdayaan kami, serta kebutuhan kami pada (perto-longan)Mu dalam setiap urusan. Engkau lebih memahami dan lebih mengasihi kami daripada diri kami sendiri. Maka, curahkanlah kepada kami karunia yang kami panjatkan kepadaMu dan kabul-kanlah untuk kami segala sesuatu yang kami panjatkan.
(36) Allah berfirman, ﴾ قَدۡ أُوتِيتَ سُؤۡلَكَ يَٰمُوسَىٰ 36 ﴿ "Sungguh telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa," maksudnya engkau telah diberi segala yang engkau minta. Kami akan melapangkan dadamu, memudahkan urusanmu dan melepaskan kekakuan pada lidahmu, sehingga mereka akan memahami apa yang engkau kemukakan. Dan Kami akan meneguhkan,
﴾ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجۡعَلُ لَكُمَا سُلۡطَٰنٗا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيۡكُمَا بِـَٔايَٰتِنَآۚ أَنتُمَا وَمَنِ ٱتَّبَعَكُمَا ٱلۡغَٰلِبُونَ 35 ﴿
"Kekuatanmu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu. (Berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang." (Al-Qashash: 35).
Permohonan dari Musa ini عليه السلام menunjukkan kesempurnaan ma'rifah beliau terhadap Allah, kesempurnaan kecerdikan dan penguasaan beliau terhadap urusan-urusan dan kesempurnaan ketulusannya. Hal tersebut karena; seorang juru dakwah yang menyeru kepada Allah, yang menunjukkan jalan bagi manusia yang lain, terutama bila obyek dakwah dari kalangan orang-orang yang suka menentang, sombong dan berbuat melampaui batas, maka dia membutuhkan lapangnya dada, dan kelembutan yang penuh untuk menghadapi gangguan yang akan menimpanya, serta lisan yang fasih, yang sanggup mengungkapkan dengannya apa yang diinginkan dan dimaksud. Bahkan kelincahan berbicara dan penggunaan gaya bahasa yang menarik termasuk perkara yang sangat dituntut, karena banyaknya terjadi pertukaran pandangan dan saling mendebat serta karena unsur kebutuhannya terhadap (kemampuan) untuk memperindah potret kebenaran dan meng-hiasinya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Gunanya, biar dapat menyulap jiwa-jiwa mereka untuk bersimpati, juga untuk memperburuk gambaran kebatilan dan mencoreng-corengnya supaya lari darinya. Selain itu, seorang da'i berkepentingan agar urusannya menjadi mudah, maka dia memasuki 'rumah melalui pintu-pintunya' (menjalankan urusan melalui jalur yang tepat), mendakwahi dengan cara hikmah, nasihat yang baik dan mujadalah (adu argumentasi) dengan cara yang terbaik, berinteraksi dengan orang-orang yang sesuai dengan kondisinya. Lebih sempurna lagi, orang yang statusnya demikian seharusnya mempunyai pendu-kung-pendukung dan pembantu-pembantu yang akan meringan-kannya menjalankan misinya. Pasalnya, suara-suara bila berjumlah banyak akan berpengaruh. Karena itu, beliau عليه السلام memohon hal-hal ini, lalu Allah langsung memberinya.
Kalau Anda memperhatikan kondisi para nabi yang diutus kepada umat manusia, maka Anda akan menyaksikan mereka ber-karakter demikian sesuai dengan kondisinya, terutama nabi penu-tup mereka dan yang paling mulia, Muhammad ﷺ. Sesungguhnya beliau berada di puncak tertinggi di setiap sifat kesempurnaan. Beliau mempunyai kelapangan dada, kemudahan urusan-urusan, kemampuan bicara yang bagus, keindahan pengungkapan dan tutur kata, serta memiliki para pendukung atas kebenaran dari kalangan sahabat dan orang-orang setelah mereka, yang tidak dimiliki oleh nabi lainnya.