Al-Anbiya' Ayat 73
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ ( الأنبياء: ٧٣ )
Wa Ja`alnāhum 'A'immatan Yahdūna Bi'amrinā Wa 'Awĥaynā 'Ilayhim Fi`la Al-Khayrāti Wa 'Iqāma Aş-Şalāati Wa 'Ītā'a Az-Zakāati Wa Kānū Lanā `Ābidīna. (al-ʾAnbiyāʾ 21:73)
Artinya:
Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS. [21] Al-Anbiya' : 73)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan Kami jadikan mereka itu, para nabi dan rasul keturunan Ishak dan Yakub sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada Bani Israil dengan perintah Kami dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, dan Kami wahyukan kepada mereka, para nabi dan rasul itu, agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, dan Kami tegaskan kepada mereka bahwa hanya kepada Kami mereka menyembah dan hanya kepada Kami pula mereka memohon pertolongan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah menyebutkan dalam ayat ini tambahan karunia-Nya kepada Ibrahim, selain karunia yang telah diterangkan pada ayat yang lalu, yaitu bahwa keturunan Ibrahim itu tidak hanya merupakan orang-orang yang saleh, bahkan juga menjadi imam atau pemimpin umat yang mengajak orang untuk menerima dan melaksanakan agama Allah, dan mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat, berdasarkan perintah dan izin Allah.
Nabi Ibrahim yang diberi gelar "Khalilullah" (kekasih Tuhan) juga merupakan bapak dari beberapa nabi karena banyak di antara nabi-nabi yang datang sesudahnya adalah dari keturunannya, sampai dengan Nabi dan Rasul yang terakhir, yaitu Muhammad saw adalah termasuk cucu-cucu Ibrahim a.s. melalui Nabi Ismail. Mereka memperoleh wahyu Allah yang berisi ajaranajaran dan petunjuk ke arah bermacam-macam kebajikan, terutama menaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Di samping itu Allah juga mewahyukan kepada mereka agar mendirikan salat dan membayarkan zakat. Kedua macam ibadah ini disebutkan Allah secara khusus, sebab ibadah salat memiliki keistimewaan sebagai ibadah jasmaniah maupun sebagai sarana yang mengokohkan hubungan hamba dengan Tuhannya, sedang zakat mempunyai keistimewaan baik sebagai ibadah harta yang paling utama yang mempererat hubungan dengan sesama hamba, lebih-lebih bila diingat bahwa harta benda sangat penting kedudukannya dalam kehidupan manusia.
Kedua macam ibadah ini, walaupun harus dilengkapi dengan ibadahibadah lainnya, namun ia telah mencerminkan dua sifat utama pada diri manusia yaitu taat kepada Allah, dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Akhirnya, pada ujung ayat ini Allah menerangkan bahwa keturunan Nabi Ibrahim itu adalah orang-orang yang beribadat kepada Allah semata-mata dengan penuh rasa khusyuk dan tawadu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami.
Yakni menjadi para pemimpin yang dianuti. Mereka menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan seizin-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
...dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menuaikan zakat.
Iqamas salah dan ita-az zakah di- 'ataf-kan kepada fi'lal khairat sebagai 'ataf khas kepada am, yakni hal yang terinci di- ataf -kan kepada hal yang umum.
...dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.
Artinya, mereka selalu mengerjakan apa yang mereka perintahkan kepada manusia untuk mengerjakannya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kami telah menjadikan mereka itu sebagian pemimpin-pemimpin) dapat dibaca A-immatan atau Ayimmatan, yakni pemimpin yang menjadi teladan dalam kebaikan (yang memberi petunjuk) kepada manusia (dengan perintah Kami) memberi petunjuk kepada mereka untuk memeluk agama Kami (dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat) hendaknya mereka dan orang-orang yang mengikuti mereka mengerjakan semuanya itu. Huruf Ha dari lafal Iqaamah dibuang demi untuk meringankan bunyi, sehingga menjadi Iqaamash Shalaati bukan Iqaamatish Shalaati (dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah).
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka juga Kami jadikan sebagai nabi yang menyeru dan menunjuki manusia kepada kebaikan dengan perintah Kami. Hal itu setelah Kami mengilhami mereka untuk melakukan kebaikan, mengerjakan salat dengan betul dan membayar zakat. Mereka pun kemudian tunduk dan ikhlas kepada Kami.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan Kami menge-tahui (keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?' Mereka menjawab, 'Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Ibrahim berkata, 'Sesungguh-nya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab, 'Apakah kamu datang kepada kami de-ngan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata, 'Sebenarnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku terma-suk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.' Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali patung yang terbesar (induk) bagi mereka; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, 'Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim.' Mereka berkata, 'Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.' Mereka berkata, '(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.' Mereka bertanya, 'Apa-kah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?' Ibrahim menjawab, 'Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.' Maka mereka telah kembali ke-pada kesadaran mereka lalu berkata, 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).' Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata), 'Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.' Ibrahim berkata, 'Maka mengapakah kamu me-nyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu. Ah (celakalah) kamu dan sesuatu yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami.' Mereka berkata, 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hen-dak bertindak.' Kami berfirman, 'Hai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.' Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (dari Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang shalih. Kami telah men-jadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu menyembah." (Al-Anbiya`: 51-73).
(51) Tatkala Allah تعالى menyebutkan kisah tentang Musa dan Muhammad serta kitab mereka berdua, maka Allah berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَآ إِبۡرَٰهِيمَ رُشۡدَهُۥ مِن قَبۡلُ ﴿ "Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun)," mak-sudnya, sebelum pendelegasian Musa dan Muhammad sebagai rasul dan (sebelum) turunnya kitab mereka berdua, maka Allah mempertontonkan kerajaan langit dan bumi kepada ibrahim, dan menganugerahkan kesempurnaan hidayah kepadanya sehingga dia dapat menyempurnakan dirinya, serta menyeru umat manusia kepadanya, sebuah anugerah yang tidak diberikan oleh Allah kepada siapa pun dari umat manusia selain kepada Muhammad. Allah menisbatkan kesempurnaan hidayah kepada Ibrahim, karena hidayah tersebut berkait erat dengan kondisi dan ketinggian mar-tabatnya. Kalau tidak diarahkan ke makna demikian ini, maka setiap insan Mukmin memiliki bagian hidayah sesuai dengan kadar keimanan yang ada pada dirinya. ﴾ وَكُنَّا بِهِۦ عَٰلِمِينَ 51 ﴿ "Dan Kami me-ngetahui (keadaan)nya," maksudnya, Kami memberinya kesempur-naan hidayah, dan Kami perlakukan dia dengan istimewa sebagai rasul dan kekasih, serta Kami menjadikannya sebagai hamba pilihan di dunia dan akhirat, karena Kami mengetahui bahwa dia pantas dan patut untuk mengembannya, mengingat kesucian jiwa dan kecerdasan akalnya.
Karena itu, Allah memaparkan adu argumentasinya di ha-dapan kaumnya, langkah larangan beliau dari praktik syirik kepada mereka, penghancuran berhala-berhala yang dia lakukan dan pem-bungkaman mereka dengan hujjahnya. Allah berfirman,
(52) ﴾ إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦ مَا هَٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ ﴿ "(Ingatlah), ketika Ibrahim ber-kata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Patung-patung apakah ini'," yang kalian serupakan dan pahati dengan tangan-tangan kalian dalam rupa beberapa makhluk, ﴾ ٱلَّتِيٓ أَنتُمۡ لَهَا عَٰكِفُونَ 52 ﴿ "yang kamu tekun ber-ibadah kepadanya." Berdiam diri untuk melakukan ibadah kepadanya dan senantiasa berada di dekatnya. Apakah hakikat berhala-berhala itu? Apakah ia mempunyai keutamaan yang melekat padanya. Ke manakah akal sehat kalian kabur hingga kalian menghabiskan waktu-waktu kalian untuk beribadah kepadanya. Padahal, kalian-lah yang membuat dan memahatnya dengan tangan-tangan kalian. Ini salah satu bentuk keajaiban, kalian menyembah sesuatu yang kalian pahat sendiri?
(53) Mereka menjawabnya dengan jawaban tanpa alasan kuat, sebuah jawaban orang yang lemah, yang tidak mengandung sedikit pun syubhat yang bisa dipegangi. Mereka mengatakan, ﴾ وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا ﴿ "Kami mendapati bapak-bapak kami." Beginilah mereka (orang-orang tua kami) melakukan, maka kami sekedar menerus-kan budaya-budaya mereka dan mengikuti mereka dalam menyem-bahnya. Sudah menjadi perkara yang diketahui, bahwa perbuatan seorang manusia, selain para rasul, bukan merupakan hujjah (dasar kuat) dan tidak boleh diteladani. Terutama dalam perkara dasar-dasar agama (akidah) dan tauhid (pengesaan) Rabb semesta alam.
(54) Karena itu, Ibrahim menilai mereka semua telah sesat dengan berkata, ﴾ لَقَدۡ كُنتُمۡ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُمۡ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ 54 ﴿ "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata," maksud-nya, kesesatan yang jelas lagi terang-terangan. Kesesatan apa yang lebih fatal dari pada kesesatan mereka yang berada dalam jurang kesyirikan dan menjauhkan diri dari tauhid? Maksudnya, perkataan kalian tidak pantas dijadikan sandaran. Kalian dan mereka sama saja, berada dalam kesesatan yang nyata lagi jelas bagi siapa saja.
(55) ﴾ قَالُوٓاْ ﴿ "Mereka berkata," dengan nada keheranan terha-dap perkataan Ibrahim dan penuh tanda tanya terhadap apa yang diucapkan Ibrahim, bagaimana beliau mulai membodoh-bodohkan mereka dan juga nenek moyang mereka. ﴾ أَجِئۡتَنَا بِٱلۡحَقِّ أَمۡ أَنتَ مِنَ ٱللَّٰعِبِينَ 55 ﴿ "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?" Maksudnya, ucapan ini yang engkau utarakan dan engkau bawakan kepada kami, apa-kah merupakan kebenaran yang memang ada ataukah ucapanmu kepada kami merupakan ucapan orang yang sedang bermain-main lagi memperolok kami, yang tidak sadar apa yang sedang diucap-kan? Inilah yang mereka tuju. Mereka mengulang-ulang perkataan ini antara dua alternatif tersebut. Pasalnya, mereka menginginkan untuk mengopinikan perkataan Ibrahim sebagai ketetapan yang sudah dimaklumi bersama pada setiap orang bahwa ucapan yang disampaikan Ibrahim merupakan perkataan orang bodoh yang tidak mengerti apa yang dikatakannya.
(56) Maka Ibrahim menyanggahnya dengan tajam, sembari memaparkan sisi kebodohan dan kedangkalan akal mereka. Beliau berkata, ﴾ بَل رَّبُّكُمۡ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا۠ عَلَىٰ ذَٰلِكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ 56 ﴿ "Sesung-guhnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakan-nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu," beliau memadukan antara argumentasi logis dan argumentasi wahyu terhadap mereka. Mengenai argumentasi logika yang beliau kemukakan, maka sesungguhnya setiap manu-sia mengetahui, hingga termasuk juga orang-orang yang didebat oleh Ibrahim bahwa Allah-lah Dzat Pencipta bagi seluruh makhluk; dari kalangan bani Adam, malaikat, jin, hewan-hewan, langit dan bumi, Dzat yang mengatur mereka semua dengan beragam cara pengaturan. Sehingga setiap makhluk itu merupakan ciptaan, ber-ada di bawah aturan dan ketetapan (Allah). Termasuk juga, segenap makhluk yang disembah selain Allah. Apakah selayaknya, orang yang mempunyai daya pikir dan analisa, menyembah satu makhluk yang berada di bawah pengaturan (Allah), tidak mempunyai ke-mampuan memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya, (tidak memiliki kemampuan) mematikan, menghidupkan, membangkit-kan (dari kematian), dengan meninggalkan peribadahan kepada Allah, Sang Pencipta, Pemberi rizki dan Pengatur alam semesta ini?
Adapun tentang dalil sam'i (dari wahyu), yaitu yang berasal dari para rasul k, sesungguhnya risalah yang mereka bawa me-rupakan perkara yang ma'shum (terpelihara), tidak salah dan tidak mengabarkan perkara yang menyalahi kebenaran. Termasuk jenis ini, persaksian salah seorang dari kalangan rasul terhadap perkara tersebut. Oleh karenanya, Ibrahim berkata, ﴾ وَأَنَا۠ عَلَىٰ ذَٰلِكُم ﴿ "Dan aku atas yang demikian itu," maksudnya hanya Allah-lah yang berhak disembah, dan peribadahan kepada selainNya adalah tindakan yang batil ﴾ مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ 56 ﴿ "termasuk orang-orang yang dapat memberi bukti." Setelah persaksian dari Allah, persaksian manakah yang lebih tinggi daripada persaksian para utusan Allah, terlebih lagi persaksian para ulul 'azmi dari kalangan para rasul, apalagi dari Khalil ar-Rahman (kekasih ar-Rahman)?
(57) Setelah Ibrahim menjelaskan bahwa patung-patung mereka tidak mempunyai kewenangan pengaturan alam semesta sedikit pun, maka beliau ingin memperlihatkan secara nyata kepada mereka tentang kelemahan dan ketidakberdayaan patung-patung itu. Dan untuk memperdayai mereka dengan cara yang akan mem-buat mereka mengeluarkan pengakuan tentang itu, maka beliau berkata, ﴾ وَتَٱللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصۡنَٰمَكُم ﴿ "Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian," maksudnya saya akan memecahkannya untuk memperdayai mereka ﴾ بَعۡدَ أَن تُوَلُّواْ مُدۡبِرِينَ 57 ﴿ "sesudah kamu pergi meninggalkannya," untuk merayakan salah satu hari raya mereka.
(58) Ketika orang-orang meninggalkannya, Ibrahim berjalan dengan sembunyi-sembunyi ke tempat patung-patung itu. ﴾ فَجَعَلَهُمۡ جُذَٰذًا ﴿ "Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong," yaitu pecahan-pecahan dan potongan-potongan. Patung-patung itu berada dalam sebuah rumah. Beliau merusaknya secara keseluruhan ﴾ إِلَّا كَبِيرٗا لَّهُمۡ ﴿ "kecuali yang terbesar," kecuali patung yang paling besar untuk sebuah tujuan yang akan beliau jelaskan.
Renungkanlah bentuk pengecualian yang mengagumkan ini. Sesungguhnya segala sesuatu yang dimurkai di sisi Allah, tidak disematkan ungkapan-ungkapan pengagungan kepadanya melain-kan dengan cara menisbatkannya kepada orang-orang yang merasa memilikinya. Sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad ketika menulis surat kepada para raja musyrikin. Beliau berkata, Kepada Pembesar Persia… Kepada Pembesar Romawi... dan lain-lain.[2] Beliau tidak mengatakan, Kepada Orang yang Agung! Di sini Allah berfirman, ﴾ إِلَّا كَبِيرٗا لَّهُمۡ ﴿ "kecuali yang terbesar bagi mereka," tidak berfirman كَبِيْرًا مِنْ أَصْنَامِهِمْ (yang terbesar dari patung-patung mereka). Dengan ini, sepatutnya diperhatikan dan berhati-hati dari sikap mengagungkan sesuatu yang telah Allah hinakan kecuali dengan menisbatkannya kepada orang-orang yang mengagung-kannya. ﴾ لَعَلَّهُمۡ إِلَيۡهِ يَرۡجِعُونَ 58 ﴿ "Agar mereka kembali (untuk) bertanya kepadanya," maksudnya Ibrahim membiarkan patung besar tidak dipecahkan agar mereka nanti merujuk kepada Ibrahim dan me-minta pemaparan hujjahnya. Dan mereka akan menghadap kepada patung itu, tidak berpaling darinya. Karena itu, beliau berkata di akhir ucapannya ﴾ فَرَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka." (Al-Anbiya`: 64).
(59) Ketika mereka menyaksikan kejadian yang menimpa patung-patung mereka, berupa penghinaan dan pelecehan ﴾ قَالُواْ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 59 ﴿ "mereka bertanya, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim." Mereka menuduh Ibrahim sebagai pelaku kezhaliman karena telah menghancurkannya. Padahal merekalah yang lebih pantas untuk disebut telah berbuat zhalim. Mereka tidak tahu bahwa penghancurannya terhadap patung-patung merupa-kan jasa beliau yang paling utama, dan bentuk keadilan dan ketau-hidannya. Sesungguhnya orang yang berbuat zhalim, ialah orang yang menjadikan patung-patung itu sebagai sesembahan, padahal orang itu mengetahui apa yang ia perbuat kepadanya.
(60) ﴾ قَالُواْ سَمِعۡنَا فَتٗى يَذۡكُرُهُمۡ ﴿ "Mereka berkata, "Kami dengar ada pemuda yang mencela berhala-berhala ini," maksudnya, pemuda yang memaki dan mencela mereka. Orang yang semacam ini perilakunya, pastilah dia pelaku yang menghancurkannya. Atau sebagian dari mereka mendengar bahwa dia akan melakukan tipu daya terhadap patung-patung itu. ﴾ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبۡرَٰهِيمُ 60 ﴿ "Yang bernama Ibrahim."
(61) Tatkala mereka telah memastikan pelakunya adalah Ibrahim, ﴾ قَالُواْ فَأۡتُواْ بِهِۦ ﴿ "mereka berkata, '(Kalau demikian), bawalah dia'," yaitu Ibrahim ﴾ عَلَىٰ أَعۡيُنِ ٱلنَّاسِ ﴿ "dengan cara yang dapat dilihat orang banyak," maksudnya di hadapan mata dan pendengaran mereka ﴾ لَعَلَّهُمۡ يَشۡهَدُونَ 61 ﴿ "agar mereka menyaksikan," maksudnya menghadiri hukuman yang ditimpakan kepada orang yang menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Inilah yang diinginkan dan dikehendaki Ibrahim, yaitu hasrat menjelaskan kebenaran dilakukan di hadapan orang banyak. Agar mereka dapat menyaksikan kebenaran dan terbantahkanlah alasan-alasan mereka. Sebagaimana dikatakan oleh Musa ketika mengikat perjanjian untuk bertemu dengan Fir'aun,
﴾ مَوۡعِدُكُمۡ يَوۡمُ ٱلزِّينَةِ وَأَن يُحۡشَرَ ٱلنَّاسُ ضُحٗى 59 ﴿
"Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya, dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik." (Thaha: 59).
(62) Ketika orang-orang telah hadir dan Ibrahim dihadap-kan, mereka berkata kepadanya, ﴾ ءَأَنتَ فَعَلۡتَ هَٰذَا ﴿ "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini," yaitu penghancuran ﴾ بِـَٔالِهَتِنَا يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ 62 ﴿ "ter-hadap tuhan-tuhan kami wahai Ibrahim," ini merupakan bentuk tanya taqriri (penetapan pelaku). Maksudnya, apa yang membuatmu nekat melakukannya? Dan apa yang memaksamu lancang menger-jakannya?
(63) Ibrahim menjawabnya dengan disaksikan orang-orang, ﴾ بَلۡ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمۡ هَٰذَا ﴿ "Sebenarnya patung besar itulah yang melakukan-nya," maksudnya, dialah yang menghancurkannya, lantaran murka kepadanya ketika masih ada sesembahan (kecil) yang disembah selainnya. Ia ingin agar ibadah kalian khusus untuk patung kalian yang paling besar. Perkataan ini muncul dari Ibrahim. Tujuannya, untuk memojokkan lawan bicara ke sesuatu yang diinginkan dan untuk menegakkan hujjah di hadapannya. Oleh karena itu, dia berkata, ﴾ فَسۡـَٔلُوهُمۡ إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ 63 ﴿ "Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara," yang beliau maksud ialah patung-patung yang sudah berkeping-keping. Tanyalah mereka, kenapa dipecahkan berkeping-keping? Dan kepada patung yang tidak hancur, tanyalah kenapa ia menghancurkannya? Bila mampu bicara, pasti akan menjawab pertanyaan kalian. Namun, saya dan kalian serta setiap orang mengetahui bahwa mereka itu tidak dapat berbicara, tidak berkata-kata, tidak mampu memberikan keman-faatan ataupun tidak pula dapat mendatangkan malapetaka. Bahkan tidak berkutik untuk menolong dirinya sendiri dari orang yang menimpakan gangguan padanya.
(64) ﴾ فَرَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "Maka mereka telah kembali kepada ke-sadaran mereka," akal-akal mereka sehat kembali, dan daya nalar mereka pun berbalik lagi. Mereka tahu bahwa mereka sedang ber-ada dalam kesesatan saat menyembahnya. Mereka pun mengakui telah berbuat aniaya dan kesyirikan ﴾ فَقَالُوٓاْ إِنَّكُمۡ أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ 64 ﴿ "Lalu mereka berkata, 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)'," maka tercapailah tujuan yang diinginkan Ibrahim. Hujjah telah mengikat mereka, melalui pengakuan mereka bahwa selama ini berada di atas kebatilan, dan bahwa tindakan mereka merupakan kekufuran dan kezhaliman.
(65) Hanya saja, mereka tidak terus dalam kondisi ini. Akan tetapi, ﴾ نُكِسُواْ عَلَىٰ رُءُوسِهِمۡ ﴿ "kemudian kepala mereka jadi tertunduk," maksudnya kondisi mereka telah berubah drastis, akal-akal mereka sudah tidak normal lagi, daya pikir mereka telah mengalami pe-nyimpangan. Sehingga berkata kepada Ibrahim,﴾ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَا هَٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ 65 ﴿ "Sesungguhnya engkau (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara," bagaimana bisa engkau menyalahkan dan mengolok-olok kami, serta memerintahkan kami untuk bertanya kepada patung-patung tersebut. Padahal engkau tahu bahwa mereka tidak mampu berkata-kata?
(66) Maka Ibrahim berkata untuk menjelek-jelekkan mereka dan menegaskan kesyirikan mereka di hadapan khalayak sambil memaparkan perihal tidak pantasnya sesembahan-sesembahan mereka itu untuk diibadahi,﴾ أَفَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمۡ شَيۡـٔٗا وَلَا يَضُرُّكُمۡ 66 ﴿ "maka mengapakah kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu," tidak dapat menyuguhkan kebaikan ataupun menolak mara bahaya.
(67) ﴾ أُفّٖ لَّكُمۡ وَلِمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِۚ ﴿ "Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah," maksudnya alangkah sesat kalian, betapa ruginya usaha kalian, dan betapa hinanya kalian dan patung-patung yang kalian ibadahi selain Allah. Jika kalian benar-benar berpikir, niscaya kalian akan mengetahui hakikat kondisi ini. Namun, ketika kalian tidak mendayagunakan akal pikiran, berbuat kebodohan dan kesesatan dengan sadar, maka binatang-binatang ternak lebih baik daripada kalian.
(68) Pada waktu itulah, saat Ibrahim berhasil membungkam mereka, sampai tidak dapat mengemukakan satu pembelaan pun, mereka menggunakan kekuatan fisik untuk membalasnya. Maka ﴾ قَالُواْ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوٓاْ ءَالِهَتَكُمۡ إِن كُنتُمۡ فَٰعِلِينَ 68 ﴿ "mereka berkata, 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak," maksudnya, bunuhlah dia dengan cara yang paling sadis, dengan cara membakarnya sebagai ungkapan rasa marah kalian dan pem-belaan kepada sesembahan-sesembahan kalian. Celakalah mereka, celakalah mereka, karena menyembah sesembahan yang telah me-reka akui membutuhkan pertolongan mereka namun tetap mereka jadikan sebagai tuhan yang disembah!!
(69) Berikutnya, Allah menolong kekasihNya saat dilempar-kan ke dalam kobaran api. Allah berkata k e p a d a n y a ﴾ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ 69 ﴿ "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." Api tersebut menjadi dingin dan menyelamatkannya. Tidak ada rasa kesakitan pada beliau saat berada di dalamnya, dan tidak merasakan sesuatu yang dibenci.
(70) ﴾ وَأَرَادُواْ بِهِۦ كَيۡدٗا ﴿ "Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim," dengan bertekad untuk membakarnya, ﴾ فَجَعَلۡنَٰهُمُ ٱلۡأَخۡسَرِينَ 70 ﴿ "maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi," yaitu di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah telah menjadikan kekasihNya dan para pengikutnya sebagai golongan orang-orang yang beruntung lagi jaya.
(71) ﴾ وَنَجَّيۡنَٰهُ وَلُوطًا ﴿ "Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth." Pasalnya, tidak ada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali Luth عليه السلام. Disebutkan dalam sebuah versi, bahwa Luth adalah ke-ponakan Ibrahim. Allah menyelamatkannya dan berhijrah,﴾ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِي بَٰرَكۡنَا فِيهَا لِلۡعَٰلَمِينَ 71 ﴿ "ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia" yaitu negeri Syam. Beliau meninggalkan kaumnya di Babilonia di Irak.
﴾ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 26 ﴿
"Dan Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Rabbku (kepadaku). Sesungguhnya Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana'." (Al-Ankabut: 26).
Di antara keberkahan negeri Syam adalah, banyak nabi yang berada di wilayahnya, Allah memilihnya sebagai tempat hijrah bagi kekasihNya, dan di sana terdapat salah satu dari tiga rumahNya yang suci, Baitul Maqdis.
(72) ﴾ وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ ﴿ "Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim)," saat memisahkan diri dari kaumnya ﴾ إِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ ﴿ "Ishaq dan Ya'qub," Ya'qub adalah putra Ishaq, ﴾ نَافِلَةٗۖ ﴿ "sebagai sebuah anugerah (dari Kami)," setelah beliau memasuki usia tua dan istrinya dalam ke-adaan mandul. Kemudian malaikat mengabarkan berita gembira kepadanya berupa kelahiran Ishaq.
﴾ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ 71 ﴿
"Dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya'qub." (Hud: 71).
Ya'qub adalah Israil yang darinya lahir bangsa yang besar. Sedangkan Isma'il bin Ibrahim, merupakan cikal bakal bangsa Arab yang utama. Di antara keturunannya, penghulu orang-orang terdahulu dan yang akan datang (Muhammad a). ﴾ وَكُلّٗا ﴿ "Dan masing-masing," masing-masing yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub ﴾ جَعَلۡنَا صَٰلِحِينَ 72 ﴿ "Kami jadikan orang-orang yang shalih," maksudnya orang-orang yang menjalankan hak-hakNya dan hak-hak manusia.
(73) Di antara bentuk keshalihan mereka, bahwa Allah menjadikan mereka sebagai para pemuka umat manusia yang memandu jalan sesuai dengan perintahNya. Ini termasuk nikmat besar yang Allah anugerahkan kepada hambaNya, menjadi panutan bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk, dan orang-orang berjalan di belakang untuk mengikutinya. Demikian ini, merupa-kan buah kesabaran mereka, dan mereka yakin terhadap ayat-ayat Allah.
Firman Allah, ﴾ يَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا ﴿ "Yang memberi petunjuk dengan perintah Kami," maksudnya mereka menunjuki umat manusia dengan agama Kami, tidak memerintahkan atas dasar hawa nafsu pribadi mereka. Akan tetapi, atas dasar perintah Allah, agamaNya, dan untuk mengikuti keridhaanNya. Seorang hamba tidak akan menjadi imam, sampai dia telah menyeru kepada perintah-perintah Allah.
﴾ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَيۡرَٰتِ ﴿ "Dan Kami telah mewahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan." Mereka melakukannya dan menyeru orang-orang untuk mengerjakannya. Ini mencakup seluruh jenis kebaikan, baik berkaitan dengan hak-hak Allah maupun hak-hak manusia. ﴾ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِۖ ﴿ "Mendirikan shalat dan menunaikan zakat," ini masuk dalam kategori عَطْفُ الْخَصِّ عَلَى الْعَامِّ (penggabungan obyek yang khusus pada ungkapan yang cakupannya umum), lantaran kemuliaan dan keutamaan dua ibadah ini. Dan juga karena, orang yang telah menyempurnakan dua ibadah ini, maka dia telah melaksanakan agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka dia lebih menyia-nyiakan ibadah lainnya. Begitu pula, karena shalat adalah amalan paling utama yang menjadi hak Allah. Se-mentara (pembayaran) zakat, merupakan amalan paling utama yang mengandung curahan kebaikan kepada makhlukNya.
﴾ وَكَانُواْ لَنَا ﴿ "Dan (hanya) kepada Kami-lah mereka," bukan kepada selain Kami ﴾ عَٰبِدِينَ 73 ﴿ "selalu menyembah," maksudnya senantiasa menjaga peribadahan hati, ucapan, dan fisik di sebagian besar waktu mereka. Mereka berhak menerima gelar sebagai orang yang beribadah. Sehingga mereka mempunyai sifat yang sesuai dengan perintah Allah kepada makhlukNya, dan Dia menciptakan mereka untuk tujuan itu.