Al-Mu'minun Ayat 71
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ اَهْوَاۤءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ بَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ ۗ ( المؤمنون: ٧١ )
Wa Law Attaba`a Al-Ĥaqqu 'Ahwā'ahum Lafasadat As-Samāwātu Wa Al-'Arđu Wa Man Fīhinna Bal 'Ataynāhum Bidhikrihim Fahum `An Dhikrihim Mu`riđūna. (al-Muʾminūn 23:71)
Artinya:
Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu. (QS. [23] Al-Mu'minun : 71)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat sebelumnya mengisyaratkan bahwa kaum kafir ingin hawa nafsu mereka dituruti. Dengan tegas Allah menolak keinginan itu, “Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka yang penuh kebatilan dan mengabaikan kebenaran, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. Rusaklah keteraturan sistemnya karena kejahatan akan merajalela, penindasan orang yang kuat kepada yang lemah, dan sebagainya. Bahkan, sebenarnya Kami telah memberikan Al-Qur’an yang berisi peringatan, kebanggaan, dan kemuliaan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kemudian Allah menjelaskan bahwa kalau Al-Qur'an mengikuti kemauan orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, yang menye-kutukan Allah dan mengatakan bahwa Dia mempunyai anak, serta membenarkan segala perbuatan dosa dan munkar, tentulah dunia ini akan rusak binasa sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.(al-Anbiya`/21: 22)
Kalau Al-Qur'an membolehkan perbuatan zalim, aniaya, dan mening-galkan keadilan tentu akan terjadi kekacauan dan keguncangan hebat dalam masyarakat. Kalau Al-Qur'an membolehkan pelanggaran hak, perampasan harta sehingga si lemah menjadi santapan yang empuk bagi si kuat, tentulah dunia ini tidak akan aman dan tenteram selama-lamanya. Hal ini telah terbukti pada diri mereka sendiri. Hampir saja masyarakat Arab pada masa Jahiliah rusak binasa, karena tidak mempunyai norma-norma akhlak yang mulia, tidak ada syariat dan peraturan yang mereka patuhi. Mereka hanya membangga-banggakan kekayaan dan kekuatan sehingga untuk memperebutkannya mereka jatuh dalam jurang perselisihan dan peperangan yang tidak habis-habisnya.
Allah kembali menerangkan bahwa Dia telah mengaruniakan kepada mereka sesuatu yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi mereka yaitu Al-Qur'an. Mengapa mereka berpaling daripadanya, menolak, menganggap hina, dan memperolok-olokkannya. Kalau mereka sadar dan insaf tentulah mereka tidak akan berbuat seperti itu. Padahal terbukti kemudian bahwa Al-Qur'an itu menjadikan mereka bangsa yang mulia dan mereka bangga karena Al-Qur'an turun pertama kali kepada mereka dan menggunakan bahasa mereka, sesuai dengan firman Allah:
Dan sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban. (az-Zukhruf/43: 44)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya.
Mujahid dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-haq ialah Allah Swt.
Dan makna yang dimaksud ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa nafsu mereka dan mensyariatkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan mereka.
pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya
Yakni binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda, seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya menyitir kata-kata mereka:
Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini. (Az Zukhruf:31)
Kemudian dijawab oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az Zukhruf:32)
Dan firman Allah Swt.:
Katakanlah, "Kalau seandainya kalian menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya.” (Al Israa':100), hingga akhir ayat.
Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (Kebajikan) kepada manusia. (An Nisaa:53)
Dalam hal ini jelas terkandung pengertian yang menerangkan tentang ketidakmampuan manusia, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu mereka. Dan bahwa hanya Allah sajalah Yang Mahasempurna dalam semua sifat, ucapan, perbuatan, syariat, takdir, dan pengaturan terhadap makhluk-Nya. Mahasuci Allah, tiada Tuhan selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka.
Yang dimaksud dengan kebanggaan mereka adalah Al-Qur'an.
tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Andaikata kebenaran itu menuruti) artinya Alquran itu menuruti (hawa nafsu mereka) seumpamanya Alquran itu datang dengan membawa hal-hal yang mereka sukai, seperti menisbatkan sekutu dan anak kepada Allah, padahal Allah Maha Suci dari hal tersebut (pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya) yakni menyimpang dari tatanan yang sebenarnya dan tidak seperti apa yang disaksikan sekarang, hal itu disebabkan adanya dua pengaruh kekuasaan yang saling tarik-menarik. (Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka) yaitu Alquran yang di dalamnya terkandung sebutan dan kemuliaan mereka (tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu).
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Seandainya kebenaran itu mengikuti keinginan hawa nafsu mereka, tentu kerusakan dan kejahatan akan merajalela di muka bumi dan, tentu, keinginan itu akan saling bertentangan. Akan tetapi, Kami menurunkan al-Qur'ân kepada mereka yang mengingatkan pada kebenaran yang diakui oleh semua orang. Tetapi, meskipun demikian, mereka tetap menolaknya(1). (1) Kata al-haqq dalam ayat ini termasuk kata homonim. Kata itu dapat berarti 'Allah Swt. ' seperti tersebut dalam ayat yang berbunyi Ta'âlâ Allâh-u al-Malik-u al-Haqq (Q., s. Thâhâ: 114). Dapat juga berarti 'al-Qur'ân' seperti tersebut dalam ayat Innâ arsalnâk-a bi al-haqq (Q., s. Fathir: 24), atau pengertian agama secara umum, termasuk di dalamnya al-Qur'ân dan al-Hadits, seperti pada ayat yang berbunyi Wa qul jâ'a al-haqq-u wa zahaq-a al-bâthil (Q., s.). Tampaknya makna yang paling dekat dengan pengertian ayat ini adalah makna pertama, yaitu bahwa yang dimaksud dengan kata al-haqq adalah Allah Swt. Dengan demikian, maksud ayat ini adalah sebagai berikut: 'Seandainya ketetapan Allah berjalan mengikuti keinginan dan kehendak hawa nafsu orang-orang kafir, tentu tata aturan yang melandasi langit dan bumi serta makhluk-makhluk lainnya ini tidak akan berjalan dengan baik. Akan tetapi, Allah memiliki hikmah yang sangat besar dan kekuasaan yang luar biasa. Ilmu-Nya pun meliputi seluruh makhluk-Nya. Hikmah-Nya terlaksana berkat pengaturan- Nya yang sangat akurat" Adapun keterangan al-Qur'ân bahwa di langit terdapat makhluk hidup, ini mengisyaratkan dua hal. Pertama, kita harus mengimaninya secara apa adanya, dengan penuh keyakinan, tanpa membahas perinciannya, sampai Allah sendiri yang akan menerangkan maksudnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya berbunyi "Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda- tanda kekuasaan kami di ufuk (alam raya, cakrawala) dan di dalam diri mereka sendiri". Kedua, bahwa kita dituntut untuk selalu melakukan penelitian sesuai kemampuan kita. Sebab, penemuan fakta-fakta ilmiah baru akan semakin memperkuat keimanan kita. Dan keimanan adalah sasaran utama yang hendak dicapai surat ini.
6 Tafsir as-Saadi
"Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan per-buatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerja-kannya. Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah dari mereka, dengan serta merta mereka me-mekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayatKu (al-Qur`an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap al-Qur`an itu dan meng-ucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. Maka apakah mereka tidak mem-perhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang me-reka dahulu? Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? Atau (apakah patut) mereka berkata, 'Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.' Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebang-gaan itu." (Al-Mu`minun: 63-71).
(63) Allah تعالى mengabarkan bahwa hati-hati (kaum kafir) yang mendustakan berada dalam kesesatan terhadap hal ini (me-mahami kenyataan). Maksudnya, berada di tengah kegelapan ke-bodohan, kezhaliman, kelalaian dan keberpalingan, yang meng-halangi untuk sanggup mengapai al-Qur`an. Mereka tidak dapat petunjuk dengannya. Tidak ada satu unsur pun dari al-Qur`an yang sampai kepada mereka. Allah berfirman,
﴾ وَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ جَعَلۡنَا بَيۡنَكَ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ حِجَابٗا مَّسۡتُورٗا 45 وَجَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۚ ﴿
"Dan apabila kamu membaca al-Qur`an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya." (Al-Isra`: 45-46).
Ketika hati-hati mereka berada di dalam kesesatan (untuk memahaminya), maka mereka mengerjakan amalan yang sesuai dengan kondisi mereka, berupa amalan-amalan yang kufur dan penentangan kepada aturan syariat, yang mengharuskan datang-nya hukuman bagi mereka. Akan tetapi ﴾ وَلَهُمۡ أَعۡمَٰلٞ مِّن دُونِ ذَٰلِكَ ﴿ "mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu," mak-sudnya selain dari tindakan-tindakan ini ﴾ هُمۡ لَهَا عَٰمِلُونَ ﴿ "mereka tetap mengerjakan(nya)," maka janganlah mereka memandang aneh atas tidak turunnya siksa pada diri mereka. Sesungguhnya Allah sedang memberikan kesempatan bagi mereka, agar mereka melakukan amalan-amalan yang masih tersisa, yang sudah menjadi ketentuan takdir mereka. Maka, apabila mereka telah mengerjakan dan me-nuntaskannya, niscaya mereka akan beralih dari kondisi yang ter-jelek menuju kemurkaan dan siksaan Allah.
(64-65) ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذۡنَا مُتۡرَفِيهِم ﴿ "Hingga apabila Kami timpakan ke-pada orang-orang yang hidup mewah dari mereka," yaitu orang-orang yang bergelimang kenikmatan, yang mereka itu tidaklah terbiasa hidup kecuali hidup dalam kemewahan, manja dan kenikmatan, tidak ada unsur keburukan yang menyergap mereka. Jika Kami telah menyiksa mereka ﴾ بِٱلۡعَذَابِ ﴿ "dengan azab," dan mereka telah merasakan dampak gesekannya ﴾ إِذَا هُمۡ يَجۡـَٔرُونَ ﴿ "dengan serta merta mereka memekik minta tolong," berteriak dan merintih kesakitan. Karena mereka ditimpa masalah yang menyelisihi kebiasaan yang melanda mereka. Mereka pun berteriak minta tolong.
Maka diserukan kepada mereka ﴾ لَا تَجۡـَٔرُواْ ٱلۡيَوۡمَۖ إِنَّكُم مِّنَّا لَا تُنصَرُونَ ﴿ "Ja-nganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami." Jika tidak muncul ban-tuan dari Allah dan sudah lenyap pertolongan dari sisiNya, maka mereka tidak akan mampu mengentaskan diri mereka dan tidak ada seorang pun yang bisa menolong mereka.
(66) Seolah-olah ada yang mengatakan kepada mereka, "Apakah yang mendorong kalian sampai kepada kondisi ini?" Allah berfirman, ﴾ قَدۡ كَانَتۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Sungguh ayat-ayatKu (al-Qur`an) selalu dibacakan kepada kalian," supaya kalian mengimani dan me-nyambutnya, akan tetapi kalian tidak mengamalkannya. Bahkan ﴾ فَكُنتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡ تَنكِصُونَ ﴿ "kalian selalu berpaling ke belakang," maksud-nya berjalan kembali dengan mundur ke arah belakang. Hal itu, karena dengan mengikuti al-Qur`an, maka mereka akan mengalami kemajuan. Dan berpaling membelakanginya menyebabkan mereka mundur dan merosot ke tempat yang paling rendah.
(67) ﴾ مُسۡتَكۡبِرِينَ بِهِۦ سَٰمِرٗا تَهۡجُرُونَ ﴿ "Dengan menyombongkan diri ter-hadap al-Qur`an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadap-nya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari." Para ulama tafsir menyatakan, "Maknanya: Mereka bersikap congkak di dalamnya. Kata ganti ketiga ini kembali kepada rumah yang sudah dimaklumi oleh orang-orang yang sedang menjadi lawan pembicaraan, atau tanah Haram. Pengertiannya, mereka menunjukkan kesombongan di tengah manusia karena alasan tersebut. Mereka berdalih: Kami adalah penduduk tanah Haram. Maka kami menjadi orang yang terbaik daripada orang lain dan lebih tinggi kedudukannya. ﴾ سَٰمِرٗا ﴿ "Orang yang bercakap-cakap di malam hari," maksudnya sekumpulan orang ada yang mengadakan pembicaraan di malam hari di sekitar Ka'bah. ﴾ تَهۡجُرُونَ ﴿ "Mengucapkan perkataan-perkataan keji," kalian mengucapkan perkataan yang tak senonoh, maksudnya perkataan buruk tentang al-Qur`an ini. Karakter orang-orang yang mendusta-kan, adalah memalingkan muka darinya, dan saling mengajak untuk melakukannya.
﴾ وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَسۡمَعُواْ لِهَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ وَٱلۡغَوۡاْ فِيهِ لَعَلَّكُمۡ تَغۡلِبُونَ 26 ﴿
"Dan orang-orang kafir berkata, 'Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur`an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadap-nya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka)." (Fushshilat: 26).
Allah berfirman tentang mereka,
﴾ أَفَمِنۡ هَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ تَعۡجَبُونَ 59 وَتَضۡحَكُونَ وَلَا تَبۡكُونَ 60 وَأَنتُمۡ سَٰمِدُونَ 61 ﴿
"Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkan-(nya)." (An Najm: 59-61).
﴾ أَمۡ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُۥۚ ﴿
"Ataukah mereka mengatakan, 'Dia (Muhammad) membuat-buat-nya'." (Ath-Thur: 33).
Lantaran mereka itu sarat dengan keburukan-keburukan ini, maka tidak diragukan lagi, tentulah hukuman akan menimpa mereka. Ketika mereka telah terjatuh di dalamnya, maka tidak ada seorang penolong pun yang dapat membantu mereka dan tidak ada penyelamat yang menyelamatkan mereka. Dan mereka menjadi bahan olokan atas tingkah laku mereka yang murahan ini.
(68) ﴾ أَفَلَمۡ يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ ﴿ "Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami)," maksudnya, tidakkah mereka memikirkan al-Qur`an, mencermati dan merenunginya. Maksudnya, bila mereka mau merenunginya, niscaya akan mendatangkan keimanan bagi mereka dan menahan mereka dari kekufuran. Akan tetapi, musibah itulah yang menimpa mereka, karena sikap penyimpangan me-reka darinya. Ini mengindikasikan bahwa tadabbur al-Qur`an akan mengajak kepada kebaikan dan memelihara dari segala kejahatan. Alasan yang menghalangi mereka untuk bertadabur al-Qur`an, adalah keberadaan gembok-gembok (yang mengunci) pada hati mereka. ﴾ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ﴿ "Ataukah telah datang kepada mereka sesuatu yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu," maksudnya apakah faktor yang menghalangi mereka untuk ber-iman kepada al-Qur`an, sebab ada rasul dan kitab yang datang ke-pada mereka, yang tidak mendatangi para nenek moyang mereka. Hingga mereka lebih suka mengikuti jalan nenek moyang mereka yang sesat dan menolak segala yang bertentangan dengannya. Oleh karena itu, mereka dan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang kafir berkata sebagaimana telah diberi-tahukan oleh Allah tentang mereka,
﴾ وَكَذَٰلِكَ مَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ فِي قَرۡيَةٖ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٖ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّقۡتَدُونَ 23 ﴿
"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan (pasti) orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sesungguhnya kami men-dapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami mengikuti jejak-jejak mereka'." (Az-Zukhruf: 23).
Maka sang rasul menyanggah mereka dengan berkata,
﴾ قَٰلَ أَوَلَوۡ جِئۡتُكُم بِأَهۡدَىٰ مِمَّا وَجَدتُّمۡ عَلَيۡهِ ءَابَآءَكُمۡۖ ﴿
"(Rasul itu) berkata, 'Apakah (kamu akan mengikuti juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" (Az-Zukhruf: 24).
Tidakkah kalian mau mengikutinya, kalau memang motivasi kalian adalah kebenaran? Selanjutnya, mereka menjawab dengan jawaban yang membuka kedok watak mereka,
﴾ قَالُوٓاْ إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَٰفِرُونَ ﴿
"Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya'." (Az-Zukhruf: 24).
(69) Firman Allah, ﴾ أَمۡ لَمۡ يَعۡرِفُواْ رَسُولَهُمۡ فَهُمۡ لَهُۥ مُنكِرُونَ ﴿ "Ataukah me-reka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?" Maksudnya ataukah alasan yang merintangi mereka untuk meng-ikuti kebenaran bahwa Rasul mereka, Muhammad, adalah karena ia bukan sosok yang populer di kalangan mereka? Mereka meng-ingkari beliau sembari berkata, "Kami tidak mengenalnya, tidak mengetahui tingkat kejujurannya. Biarkan kami dulu begini [sam-pai] melihat keadaan dan menanyakannya kepada orang yang mengenalnya. Padahal tidak demikian adanya. Mereka mengenal Rasulullah dengan sebenar-benarnya, baik anak-anak kecil maupun orang dewasa. Mereka mengetahui setiap budi pekerti luhur dari beliau. Mereka mengetahui tingkat kejujuran dan amanah beliau. Sampai mereka menjuluki beliau sebelum masa kenabian dengan gelar al-amin (yang terpercaya).[10] Lalu mengapa mereka tidak mem-benarkannya ketika membawa kebenaran dan kejujuran yang nyata?
(70) ﴾ أَمۡ يَقُولُونَ بِهِۦ جِنَّةُۢۚ ﴿ "Atau (apakah patut) mereka berkata, 'Pada-nya (Muhammad) ada penyakit gila'," maksudnya kegilaan, sehingga mengatakan hal demikian. Omongan orang gila tidak bisa didengar-kan dan perkataannya tidak bisa dijadikan pedoman. Karena ia mengigau dengan ucapan yang batil dan omongan yang tolol. Allah berfirman dalam rangka membantah omongan mereka, ﴾ بَلۡ جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ ﴿ "Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka," dengan perkara yang teguh, yang merupakan murni kejujuran, keadilan, tanpa ada unsur perbedaan dan kontradiktif. Bagaimana bisa orang yang mengembannya sedang kerasukan jin? Bukankah dia tidak berada melainkan (pasti) pada level kesempurnaan tertinggi, dari sudut ilmu, kematangan akal dan budi pekerti yang luhur? Sesung-guhnya di sini terdapat pengalihan pembicaraan dari fokus sebe-lumnya. Yaitu, sebenarnya, faktor yang menahan langkah mereka untuk beriman, bahwasanya, ﴾ جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ وَأَكۡثَرُهُمۡ لِلۡحَقِّ كَٰرِهُونَ ﴿ "telah datang kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran," yaitu kebenaran paling agung yang mendatangi mereka, kemurnian ibadah bagi Allah semata dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Sungguh, Allah telah mengetahui kebencian mereka pada perkara ini dan pandangan antipati mereka kepadanya. Kenyataan bahwa Rasulullah membawa kebenaran, sementara mereka pada dasarnya membenci kebenaran tersebut, itulah faktor yang membuat mereka mendustakan kebenaran. Bukan lantaran keragu-raguan ataupun pendustaan terhadap Rasulullah. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ فَإِنَّهُمۡ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ 33 ﴿
"Karena sebenarnya mereka tidak mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (Al-An'am: 33).
(71) Jika ada lontaran pertanyaan, "Kenapa kebenaran itu tidak selaras saja dengan apa yang mereka inginkan, agar mereka mau beriman atau cepat tunduk patuh?" Maka Allah تعالى menjawab dengan berfirman, ﴾ وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلۡحَقُّ أَهۡوَآءَهُمۡ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ ﴿ "Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini." Sisi penjelasannya bahwa hawa nafsu mereka berhubung-an dengan moral dan tindak-tanduk yang mengandung unsur ke-zhaliman, kekufuran dan kerusakan. Seandainya kebenaran menu-ruti hawa nafsu mereka, niscaya langit dan bumi akan mengalami kerusakan, karena kerusakan penanganan dan sistem pengaturan yang berasaskan kezhaliman dan ketidakadilan. Langit dan bumi tidak akan tegak berdiri kecuali dengan kebenaran dan keadilan.
﴾ بَلۡ أَتَيۡنَٰهُم بِذِكۡرِهِمۡ ﴿ "Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka," yaitu dengan al-Qur`an ini yang meng-ingatkan mereka kepada setiap kebaikan, yang menjadi sumber kebanggaan dan prestise mereka ketika mereka melaksanakannya, dan dengan al-Qur`an pula, mereka akan menjadi tokoh-tokoh besar di tengah manusia. ﴾ فَهُمۡ عَن ذِكۡرِهِم مُّعۡرِضُونَ ﴿ "Tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu," sebagai ketetapan kebinasaan dan ketiadaan taufik (Allah) pada mereka.
﴾ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ ﴿
"Mereka lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri." (Al-Hasyr: 19).
Al-Qur`an dan orang yang membawanya merupakan kenik-matan agung yang Allah sodorkan kepada mereka. Mereka tidak meresponnya melainkan dengan penolakan dan sikap berpaling. Apakah ada keterpasungan dari pahala yang lebih fatal darinya? Tidaklah hal itu berakibat kecuali kerugian yang parah?