An-Naml Ayat 44
قِيْلَ لَهَا ادْخُلِى الصَّرْحَۚ فَلَمَّا رَاَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَّكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَاۗ قَالَ اِنَّهٗ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّنْ قَوَارِيْرَ ەۗ قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمٰنَ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ ( النمل: ٤٤ )
Qīla Lahā Adkhulī Aş-Şarĥa Falammā Ra'at/hu Ĥasibat/hu Lujjatan Wa Kashafat `An Sāqayhā Qāla 'Innahu Şarĥun Mumarradun Min Qawārīra Qālat Rabbi 'Innī Žalamtu Nafsī Wa 'Aslamtu Ma`a Sulaymāna Lillāhi Rabbi Al-`Ālamīna. (an-Naml 27:44)
Artinya:
Dikatakan kepadanya (Balqis), “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia (Balqis) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. [27] An-Naml : 44)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kejutan berikutnya yang ingin diperlihatkan oleh Nabi Sulaiman kepada Balqis adalah ketika Balqis diajak untuk melihat seisi istana Nabi Sulaiman yang megah dan indah, untuk memperlihatkan istana-nya yang lebih hebat dari istana Balqia di Yaman. Dikatakan kepadanya Balqis, “Masuklah ke dalam istana.” yang di dalamnya ada lantai yang berlapis kaca yang sangat bening, sehingga terlihat jelas apa yang ada di bawahnya. Maka ketika Ratu Balqis melihat lantai istana itu, dia terkecoh. Dikiranya dia akan memasuki kolam air yang besar, dan oleh karena itu disingkapkannya penutup kedua betisnya agar tidak basah oleh air kolam itu. Melihat kejadian cukup menggelikan itu, Nabi Sulaiman berkata, “Sesungguhnya ini bukanlah kolam air yang kau sangka, tapi hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Pada akhirnya Balqis mengakui semua kehebatan Nabi Sulaiman, dan apa yang dia lihat adalah betul-betul mencerminkan kekuasaan Allah Zat yang patut disembah. Dia Balqis berkata, dengan penuh kesadaran dan keyakinan yang mantap “Ya Tuhanku, Zat yang memiliki dan mengurusiku! Sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku karena telah menyembah selain Allah yaitu matahari yang tidak mempunyai kekuatan apa pun dan tidak bisa memberi perlindungan kepada penyembahnya jika mereka berada dalam keadaan bahaya." Sebagai puncak dari pengakuan keislamannya, Ratu Balqis berkata, "Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” Dialah pemilik, pemelihara, mengurus, alam seluruh. Dialah Tuhan Yang wajib disembah."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Menurut satu riwayat, setelah Nabi Sulaiman mengetahui dari Allah akan kedatangan Ratu Balqis ke negerinya, maka ia memerintahkan kaumnya membuat suatu istana yang besar dan indah. Lantainya terbuat dari kaca yang mengkilap yang mudah memantulkan cahaya. Di bawah lantai kaca itu, terdapat kolam yang berisikan macam-macam ikan, dan air kolam itu seakan-akan mengalir seperti sungai.
Pada waktu kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman menerimanya di istana yang baru itu dan mempersilakannya masuk. Ratu Balqis heran dan terkejut waktu memasuki istana Sulaiman itu. Menurut penglihatannya, ada sungai yang terbentang yang harus dilaluinya untuk menemui Sulaiman. Oleh karena itu, ia menyingkapkan kainnya, sehingga tampaklah kedua betisnya. Melihat yang demikian itu Sulaiman berkata, "Apa yang kau lihat itu bukanlah air atau sungai, tetapi lantai kaca yang di bawahnya ada air mengalir." Mendengar ucapan Sulaiman itu Ratu Balqis segera menurunkan kainnya dan mengakui dalam hati bahwa istana Sulaiman lebih besar dan lebih bagus dari istananya.
Kemudian Nabi Sulaiman mengajak Balqis agar menganut agama Islam, dan menerangkan kesesatan menyembah matahari. Seruan Sulaiman itu diterima dengan baik oleh Balqis. Ia menyesali kekafirannya selama ini karena dengan demikian berarti dia berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Balqis juga menyatakan bahwa dia bersedia berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Kepada-Nya dia beribadah dengan seikhlas-ikhlasnya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dikatakan kepadanya.”Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.t (An Naml:44)
Demikian itu karena sebelumnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan agar membangunkan istana besar dari kaca untuknya, lalu dialirkan air di bawah istana tersebut. Bagi orang yang tidak mengetahuinya tentu akan menyangkanya air, padahal ada kaca yang menghalang-halanginya.
Para ulama berbeda pendapat tentang motivasi yang mendorong Nabi Sulaiman membuat istana kaca tersebut. Menurut suatu pendapat, karena Nabi Sulaiman bertekad akan mengawininya dan menjadikannya sebagai teman hidupnya, mengingat Balqis adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tetapi menurut desas-desus, betisnya penuh dengan bulu, dan tumit kakinya seperti tumit kaki hewan (berteracak). Mendengar berita itu Nabi Sulaiman merasa tidak enak, maka sengaja ia membuat istana tersebut untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut.
Demikianlah menurut kisah yang dituturkan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan lain-lainnya.
Setelah Balqis memasuki istana itu dan menyingkapkan kainnya dari betisnya, maka Nabi Sulaiman melihat betis dan kakinya sangat indah. Belum pernah ia melihat wanita yang memiliki betis seindah itu, tetapi sayangnya betisnya berbulu. Karena Balqis adalah seorang ram lagi masih belum bersuami, maka Sulaiman menginginkan agar bulu itu dilenyapkan dari kedua kakinya. Lalu ada yang mengatakan kepadanya bahwa cara melenyapkannya adalah dengan memakai pisau cukur, tetapi tukang cukur mengatakan tidak mampu melenyapkannya.
Nabi Sulaiman tidak suka dengan rambut tersebut, akhirnya ia mengatakan kepada jin, "Buatlah sesuatu selain pisau cukur untuk melenyapkan rambut itu." Maka jin membuatkan untuk Nabi Sulaiman obat Nurah yang khusus untuk menghilangkan rambut. Sejak saat itulah bahan tersebut terkenal sebagai obat pelenyap rambut. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman, bahwa lalu Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana ini," dengan maksud untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih megah daripada istananya, dan kerajaan yang jauh lebih besar daripada kerajaannya.
Ketika Balqis memasukinya, ia menduga bahwa istana itu kolam air. Maka ia mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan, karena ia tidak ragu bahwa ia akan memasuki kolam air. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah istana licin yang terbuat dari kaca.
Setelah Balqis berdiri di hadapan Sulaiman a.s., maka Sulaiman mengajaknya untuk menyembah Allah Swt. dan mengecam penyembahan dia terhadap matahari selain dari Allah.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketika Ratu Balqis menyaksikan istana kaca itu, ia merasa yakin bahwa dirinya telah melihat istana yang lebih besar daripada istananya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari sebagian ulama, dari Wahb ibnu Munabbih yang telah menceritakan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada para setan agar dibangunkan sebuah istana yang terbuat dari kaca yang warnanya putih bersih seperti air (yakni sangat jernih), lalu dialirkan air di bawah istana, kemudian singgasananya diletakkan di dalamnya dan Nabi Sulaiman duduk di atasnya, sedangkan burung-burung, jin, dan manusia berada di dalam istana itu mengelilinginya.
Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis. ”Masuklah ke dalam istana ini," untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih besar dan lebih megah daripada istananya. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. (An Naml:44) Balqis tidak meragukan lagi bahwa yang dimasukinya adalah kolam air. Maka dikatakan kepadanya: Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. (An Naml:44)
Setelah Balqis berdiri di hadapan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman menyerunya untuk menyembah Allah Swt. semata dan mengecam penyembahannya terhadap matahari selain Allah. Maka Balqis menjawab dengan jawaban orang-orang kafir zindiq. Hal itu membuat Nabi Sulaiman jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. karena merasa ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Balqis, dan semua orang pun ikut sujud bersamanya. Menyaksikan pemandangan tersebut Ratu Balqis menyesali perbuatannya, dan ketika Nabi Sulaiman mengangkat kepalanya dan mengulangi pertanyaannya, "Celakalah apa yang tadi kamu katakan?" Balqis menjawab, "Saya lupa apa yang tadi saya katakan," lalu Balqis berkata meralat ucapannya yang tadi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (An Naml:44)
Akhirnya Balqis masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.
Imam Abu Bakar ibnu Abu Syaibah sehubungan dengan kisah ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib (aneh).
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali, dari Zaidah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Mujahid ketika kami berada di kabilah Al-Azd, ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman duduk di atas singgasananya, kemudian diletakkan kursi-kursi di sekitarnya. Maka duduklah padanya manusia, lalu jin, lalu setan. Setelah itu datanglah angin, lalu angin mengangkat mereka, sedangkan burung-burung menaungi mereka. Kemudian berangkatlah mereka selama masa yang dikehendaki oleh seorang pengendara, turun istirahat selama sebulan dan bepergian selama sebulan. Pada suatu hari ketika Nabi Sulaiman berada dalam perjalanannya, ia mencari-cari burung hud-hud. tetapi ternyata ia tidak melihatnya. Maka ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (An Naml:20-21). Azab yang diancamkan oleh Sulaiman a.s. terhadap burung hud-hud ialah bahwa ia akan mencabuti seluruh bulunya, lalu melemparkannya ke padang pasir, sehingga akan dimakan oleh semut dan serangga lainnya yang ada di tanah. Ata mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang semisal dengan hadis yang diceritakan oleh Mujahid. Maka tidak lama kemudian. (An Naml:22) sampai dengan firman-Nya: Akan kami lihat apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini. (An Naml:27-28). Lalu Nabi Sulaiman menulis suratnya, bahwa dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ditujukan kepada Balqis. Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An Naml:31). Setelah hud-hud melemparkan surat itu kepada Balqis yang saat itu terpaku menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu. Lalu ia buka surat itu dan membacanya, kemudian ia berkata (kepada para pembesar kerajaannya), "Sesungguhnya ini adalah surat yang mulia, dan sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, yang isinya mengatakan, 'Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri'.' Para pembesar kerajaannya mengatakan, "Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan." Balqis menjawab, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka (Sulaiman dan para pembesar kerajaannya) suatu hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu." Ketika hadiah itu sampai kepada Sulaiman, ia mengatakan, "Apakah kalian layak menolong aku dengan harta? Kembalilah kepada rajamu." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya kepada kami, bahwa ketika Nabi Sulaiman melihat debu yang beterbangan, sedangkan jarak antara Nabi Sulaiman dan Ratu Saba dengan pasukannya saat ia melihat debu yang menandakan kedatangan mereka, sama dengan jarak antara kita dan negeri Hirah. Ata dan Mujahid mengatakan bahwa saat itu kami berada di tempat Kabilah Azd. Nabi Sulaiman berkata, "Siapakah di antara kalian yang dapat mendatangkan singgasana Balqis ke hadapanku ?" Disebutkan bahwa jarak antara letak singgasana Balqis dan Nabi Sulaiman saat melihat debu kedatangan mereka sama dengan jarak perjalanan dua bulan. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.” (An Naml:39) Disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai majelis yang biasa ia duduk padanya untuk melayani orang-orang, sebagaimana halnya para raja duduk. Setelah urusannya selesai, ia baru bangkit meninggalkannya. Maka jin 'Ifrit itu berkata kepadanya: Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An Naml:39) Sulaiman menjawab, "Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu." Maka berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan melihat Kitab Tuhanku, kemudian aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka Nabi Sulaiman memandang ke arahnya. Setelah pembicaraannya selesai, lalu Nabi Sulaiman mengedipkan pandangan matanya, dan ternyata singgasana Balqis muncul dari bawah telapak kaki Sulaiman, persis dibawah tempat Nabi Sulaiman meletakkan kedua kakinya, lalu Nabi Sulaiman menaiki singgasana itu. Setelah Sulaiman a.s. melihat singgasana Balqis telah berada di hadapannya, maka ia mengatakan: Ini termasuk karunia Tuhanku. (An Naml:40), hingga akhir ayat. Lalu Nabi Sulaiman berkata: Ubahlah baginya singgasananya! (An Naml:41) Setelah Balqis datang, dikatakan kepadanya: Serupa inikah singgasanamu? Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.” (An Naml:42) Setelah datang di hadapan Sulaiman a.s., maka Balqis meminta dua perkara kepadanya. Ia berkata kepada Nabi Sulaiman, "Aku menginginkan air yang bukan berasal dari bumi, bukan pula dari langit." Kebiasaan Nabi Sulaiman apabila dimintai sesuatu terlebih dahulu meminta saran kepada manusia, lalu jin, dan terakhir setan. Maka setan-setan berkata, "Itu mudah, larikanlah kuda, kemudian ambillah keringatnya dan masukkan ke dalam sebuah wadah." Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar kudanya dipacu, lalu keringatnya diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah. Sedangkan permintaan yang kedua, Balqis meminta agar Sulaiman memberikan jawaban kepadanya tentang warna Allah Swt. Maka Sulaiman melompat dari singgasananya dan menyungkur bersujud seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia lelah meminta kepadaku suatu perkara yang sangat memberatkan hatiku bila kukemukakan kepada-Mu" Maka Allah berfirman, "Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Akulah yang memberikan kecukupan kepadamu terhadap mereka." Maka Sulaiman a.s. kembali duduk di atas singgasananya dan bertanya, "Apakah yang engkau katakan tadi?” Balqis menjawab, "Saya tidak meminta kepadamu selain dari air." Lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepada bala tentaranya tentang apa yang telah dimintanya. Mereka menjawab, "Balqis tidak meminta kepadamu selain air." Mereka semua dibuat lupa oleh Allah Swt. Setan-setan berkata, "Sesungguhnya Sulaiman bermaksud menjadikan Balqis sebagai istrinya, dan jika ia menjadikannya sebagai istrinya, lalu lahirlah anak-anak darinya, pastilah kita terus-menerus diperbudak olehnya." Kemudian setan-setan itu membuat istana yang licin dari kaca, di dalamnya terdapat ikan-ikan. Maka dikatakan kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana." Ketika Balqis melihat istana itu, ia menyangkanya kolam yang besar. Lalu ia menyingkapkan betisnya, dan ternyata betisnya itu penuh dengan bulu. Maka Sulaiman berkata, "Ini amat buruk, lalu apakah yang dapat melenyapkan bulu-bulu itu?" Mereka menjawab, "Pakai saja pisau cukur." Sulaiman berkata, "Bekas pisau cukur jelek." Maka setan-setan membuat bahan ramuan khusus yang disebut mirah (untuk melenyapkan rambut). Bahan ini mula-mula dibuat adalah untuk Nabi Sulaiman.
Kemudian Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, "Alangkah menariknya kisah ini."
Menurut hemat kami, bahkan kisah ini munkar dan garib sekali, barangkali kisah ini bersumber dari ilusi Ata ibnus Sa-ib yang disandarkan kepada Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sebenarnya kisah-kisah seperti ini bersumber dari Ahli Kitab berdasarkan apa yang mereka temukan di dalam lembaran-lembaran kitab-kitab mereka, seperti halnya riwayat-riwayat yang bersumber dari Ka'b ibnu Malik dan Wahb ibnu Munabbih, semoga Allah memaafkan keduanya. Mereka berdua menukilnya dari berita-berita Bani Israil kepada umat ini, kisah-kisahnya penuh dengan keanehan dan keajaiban di masa silam, termasuk pula hal-hal yang benar terjadi dan yang tidak terjadi karena telah diubah dan diganti serta di-mansukh.
Namun Allah Swt. telah memberikan kecukupan kepada kita dari hal-hal seperti itu melalui berita yang sahih dari-Nya, lebih bermanfaat dan lebih jelas, segala puji bagi Allah Swt. yang telah mengaruniakannya kepada kita.
Pengertian as-sarh menurut bahasa Arab adalah istana dan semua bangunan yang tinggi (tower). Allah Swt. telah berfirman, menceritakan tentang Fir'aun, la'natullah, bahwa ia pernah berkata kepada Haman, pembantunya:
Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (Al-Mu-min: 36), hingga ayat-ayat berikutnya.
As-sarh juga nama sebuah istana yang tinggi di negeri Yaman. Al-Mumarrad artinya kokoh bangunannya lagi licin (halus).
terbuat dari kaca. (An Naml:44)
Yakni istana kaca. Yang dimaksud dengan tamrid ialah membuatnya licin, dan marid adalah nama sebuah benteng di Daumatul Jandal.
Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Sulaiman membuat istana besar yang terbuat dari bahan kaca untuk menyambut kedatangan Balqis, guna memperlihatkan kepadanya kebesaran kerajaan dan pengaruhnya yang sangat kuat. Tatkala Balqis melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada Sulaiman berupa kebesaran yang dimilikinya dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kebesaran Nabi Sulaiman, maka tunduklah ia kepada perintah Allah dan meyakini bahwa dia adalah seorang nabi yang mulia lagi seorang raja yang besar. Dan Balqis berserah diri kepada Allah Swt., lalu ia mengatakan:
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. (An Naml:44)
Maksudnya, perbuatan-perbuatan zalim yang pernah dilakukannya, yaitu berupa kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan beserta kaumnya kepada matahari, selain Allah.
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (An Naml:44)
Artinya, Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s., yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah menciptakan segala sesuatu dan menentukan kadarnya masing-masing serapi-rapi nya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan dikatakan pula kepadanya, "Masuklah ke dalam istana!") yang lantainya terbuat dari kaca yang bening sekali, kemudian di bawahnya ada air tawar yang mengalir yang ada ikannya. Nabi Sulaiman sengaja melakukan demikian sewaktu ia mendengar berita bahwa kedua betis ratu Balqis dan kedua telapak kakinya seperti keledai. (Maka tatkala dia melihat lantai istana itu dikiranya kolam air) yakni kolam yang penuh dengan air (dan disingkapkannya kedua betisnya) untuk menyeberangi yang ia duga sebagai kolam, sedangkan Nabi Sulaiman pada saat itu duduk di atas singgasananya di ujung lantai kaca itu, maka ternyata ia melihat kedua betis dan kedua telapak kakinya indah. (Sulaiman berkata) kepada Balqis, ("Sesungguhnya ia adalah istana licin) dan halus (yang terbuat dari kaca") kemudian Nabi Sulaiman mengajaknya untuk masuk Islam. (Balqis berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku sendiri) dengan menyembah selain Engkau (dan aku berserah diri) mulai saat ini (bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.") kemudian Nabi Sulaiman berkehendak untuk mengawininya tetapi ia tidak menyukai rambut yang ada pada kedua betisnya. Maka setan-setan membuat cahaya untuk Nabi Sulaiman, dengan cahaya itu lenyaplah bulu-bulu betisnya. Nabi Sulaiman menikahinya serta mencintainya, kemudian Nabi Sulaiman mengakui kerajaannya. Tersebutlah, bahwa Nabi Sulaiman menggilirnya sekali setiap bulan, kemudian ia tinggal bersamanya selama tiga hari untuk setiap giliran. Disebutkan di dalam suatu riwayat, bahwa Nabi Sulaiman telah diangkat menjadi raja sejak ia berumur tiga belas tahun. Pada saat ia meninggal dunia umurnya mencapai lima puluh tiga tahun; Maha Suci Allah yang tiada habis bagi kerajaan-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Balqîs kemudian dipersilakan memaski istana Sulaymân. "Silakan masuk," kata salah seorang pembantu Sulaymân kepadanya. Lantai istana itu terbuat dari kaca dengan kolam berisikan ikan yang berenang- renang di bawahnya. Balqîs pun mengangkat kain yang menutupi kedua betisnya, karena menyangka bahwa yang akan dilewatinya itu adalah air. Sulaymân mengingatkannya bahwa apa yang dikira air itu tidak lain adalah kemilau lantai yang terbuat dari kaca. Balqîs terkesima oleh pemandangan di depan matanya itu. Seketika ia menyadari bahwa kerajaannya tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kerajaan Sulaymân, sang nabi. Balqîs berkata, "Ya Tuhan, sungguh aku telah menganiaya diriku dengan sikap membanggakan kekuasaan dan durhaka. Kini aku tunduk pada Sulaymân, aku beriman kepada Allah Yang Mahatinggi, Sang Pencipta, Pemelihara dan Penguasa alam semesta."
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia berkata, 'Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.' Dan dihimpunkan untuk Sulai-man tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, 'Hai semut-semut, ma-suklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari,' maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, 'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan ke-padaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shalih.' Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, 'Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar aku menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.' Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, 'Aku telah menge-tahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan aku membawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini, sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai sing-gasana yang besar. Aku mendapatinya dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka me-mandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat pe-tunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan sesuatu yang terpendam di langit dan bumi, dan Yang mengetahui sesuatu yang kamu sembunyikan dan sesuatu yang kamu nyata-kan. Allah, tiada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Arasy yang besar.' Berkatalah Sulaiman, 'Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuh-kanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.' Berkata ia (Balqis), 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri.' Berkata dia (Balqis), 'Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku ti-dak pernah memutuskan sesuatu persoalan sehingga kalian berada dalam majelis(ku).' Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.' Dia berkata, 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.' Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka sesuatu yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada sesuatu yang diberi-kanNya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiah-mu. Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dalam keadaan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.' Sulaiman berkata, 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?' Berkatalah 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.' Ber-katalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, 'Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.' Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hada-pannya, dia pun berkata, 'Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.' Dia berkata, 'Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).' Dan ketika Balqis datang, ditanya-kanlah kepadanya, 'Serupa inikah singgasanamu?' Dia menjawab, 'Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pe-ngetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.' Dan sesuatu yang disembahnya selama ini selain Allah, men-cegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan ke-padanya, 'Masuklah ke dalam istana.' Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkap-kannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, 'Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam'." (An-Naml: 15-44).
(15) Allah mengingatkan di dalam al-Qur`an ini dan memuji karuniaNya kepada Dawud dan putranya, Sulaiman yaitu berupa ilmu pengetahuan yang luas lagi banyak, dengan bukti (ungkapan) nakirah (kata indefinite), sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman,
﴾ وَدَاوُۥدَ وَسُلَيۡمَٰنَ إِذۡ يَحۡكُمَانِ فِي ٱلۡحَرۡثِ إِذۡ نَفَشَتۡ فِيهِ غَنَمُ ٱلۡقَوۡمِ وَكُنَّا لِحُكۡمِهِمۡ شَٰهِدِينَ 78 فَفَهَّمۡنَٰهَا سُلَيۡمَٰنَۚ وَكُلًّا ءَاتَيۡنَا حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ ﴿
"Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu." (Al-Anbiya`: 78-79).
Dan keduanya pun berkata seraya bersyukur kepada Tuhan-nya atas karuniaNya yang sangat besar, yaitu atas pengajaran untuk keduanya, ﴾ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّنۡ عِبَادِهِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman.' Maka keduanya memuji Allah karena telah menjadikan keduanya termasuk orang-orang yang beriman, manusia yang mendapat kebahagiaan, dan mereka adalah orang-orang yang spesial. Sudah tidak sak lagi bahwa orang-orang yang beriman itu ada empat derajat, yaitu orang-orang shalih, lalu di atasnya adalah para syuhada`, dan di atasnya lagi adalah para shiddiqin dan yang paling atas adalah para nabi. Dawud dan Sulaiman adalah termasuk dalam kategori elitnya para rasul, sekalipun mereka masih berada di bawah derajat (tingkatan) ulul 'azmi yang berjumlah lima rasul. Akan tetapi mereka tetap termasuk golongan para rasul yang paling utama lagi mulia; yaitu mereka yang dipuji oleh Allah di dalam al-Qur`an dengan pujian yang sangat besar. Maka dari itu mereka memuji Allah atas kedudukan yang mereka capai ini. Ini adalah tanda kebahagiaan seorang hamba, yaitu dia bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmatNya yang bersifat religi dan duniawi, dan kalau dia melihat (merasakan) bahwa seluruh nikmat adalah berasal dari Rabbnya, maka dia tidak akan berbangga diri karenanya dan tidak menjadi sombong dengannya, bahkan dia melihat bahwa kenikmatan-kenikmatan tersebut sangat berhak untuk disyukuri sebanyak-banyaknya.
(16) Setelah Allah memuji keduanya secara bersamaan, maka Dia menyebut Sulaiman secara khusus karena keistimewaan yang diberikan kepadanya. Sebab Allah telah menganugerahkan kepadanya suatu kerajaan yang sangat besar hingga memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki ayahnya عليهما السلام. Maka Dia berfirman, ﴾ وَوَرِثَ سُلَيۡمَٰنُ دَاوُۥدَۖ ﴿ "Sulaiman telah mewarisi Dawud." Mak-sudnya, Sulaiman telah mewarisi ilmu dan kenabian ayahnya, dan ilmu ayahnya telah tergabung dalam ilmunya. Bisa jadi Sulaiman telah mempelajari ilmu yang dimiliki ayahnya dan ditambah dengan ilmunya sendiri yang sudah ada pada waktu ayahnya masih ada, sebagaimana telah disebutkan dahulu Firman Allah,
﴾ فَفَهَّمۡنَٰهَا سُلَيۡمَٰنَۚ ﴿
"Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)." (Al-Anbiya`: 79).
﴾ وَقَالَ ﴿ "Dan ia berkata," sebagai rasa syukurnya kepada Allah dan mengingat karunia dan nikmatNya, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ عُلِّمۡنَا مَنطِقَ ٱلطَّيۡرِ ﴿ "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung." Nabi Sulaiman عليه السلام mengerti dan memahami apa yang dikatakan dan dibicarakan oleh burung-burung, sebagaimana dia telah berdialog dengan burung hud-hud, dan hud-hud pun menjawabnya, dan sebagaimana dia paham perkataan ratu semut kepada para pasu-kannya, sebagaimana akan dijelaskan nanti. Derajat ini tidak pernah dimiliki oleh siapa pun selain nabi Sulaiman عليه السلام, ﴾ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيۡءٍۖ ﴿ "dan kami diberi segala sesuatu." Maksudnya, kami telah dikaruniai Allah berbagai nikmat dan berbagai fasilitas kerajaan dan kekuasa-an yang belum pernah Dia berikan kepada seorang pun dari anak cucu Adam ini. Oleh karena itu, ia berdoa kepada Rabbnya,
﴾ رَبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَهَبۡ لِي مُلۡكٗا لَّا يَنۢبَغِي لِأَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِيٓۖ ﴿
"Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku." (Shad: 35).
Lalu Allah سبحانه وتعالى menundukkan seluruh setan (jin) kepadanya, yang mana mereka dapat mengerjakan untuknya pekerjaan apa saja yang dikehendakinya, yang tidak sanggup dilakukan oleh selain mereka. Dan Allah menundukkan angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan. ﴾ إِنَّ هَٰذَا ﴿ "Sesungguhnya (semua) ini," yang diberikan Allah kepada kami ini, diutamakan dan diistimewakannya kepada kami, ﴾ لَهُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡمُبِينُ ﴿ "benar-benar suatu karunia yang nyata," jelas lagi gamblang. Maka dia mengakui dengan sesempurna pengakuan tentang kenikmatan Allah تعالى.
(17) ﴾ وَحُشِرَ لِسُلَيۡمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ وَٱلطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوزَعُونَ ﴿ "Dan dihimpun-kan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib." Maksudnya, bala tentaranya yang berjum-lah sangat besar dan bermacam-macam dari bangsa manusia, jin, setan dan burung-burung dikumpulkan. ﴾ فَهُمۡ يُوزَعُونَ ﴿ "Lalu mereka itu diatur dengan tertib," mereka diatur dan dirapikan serapi-rapinya dari yang awal hingga yang terakhir, dan mereka ditertibkan de-ngan sangat rapi dalam perjalanan, dalam waktu singgah dan dalam waktu ada di tempat tinggal serta waktu bepergian. Sulaiman sudah siap untuk itu dan telah mempersiapkan segalanya. Semua tentara tersebut tunduk kepada perintahnya, tidak mampu mendurhakai atau membangkang terhadapnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah سبحانه وتعالى,
﴾ هَٰذَا عَطَآؤُنَا فَٱمۡنُنۡ أَوۡ أَمۡسِكۡ بِغَيۡرِ حِسَابٖ 39 ﴿
"Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab." (Shad: 39).
(18) Maka berangkatlah pasukan tentara yang sangat besar tersebut di dalam salah satu perjalanannya, ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوۡاْ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمۡلِ قَالَتۡ نَمۡلَةٞ ﴿ "hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut," maksudnya, ia mengingatkan kawan-kawan dan keluarga besarnya, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمۡلُ ٱدۡخُلُواْ مَسَٰكِنَكُمۡ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ﴿ "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak di-injak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." Semut itu memberi nasihat dan memperdengarkan (ucapannya) kepada semut-semut lainnya, baik dengan sendirinya di mana Allah سبحانه وتعالى telah menganugerahkan kepada semut-semut itu kemampuan untuk mendengar yang di luar dari kebiasaan, karena peringatan kepada seluruh semut yang memenuhi lembah dengan suara se-ekor semut merupakan suatu keajaiban luar biasa; atau (kemung-kinan kedua) semut itu memberitahu kepada semut-semut yang ada di sekitarnya lalu berita menyebar dari satu kepada yang lainnya hingga sampai kepada seluruhnya, dan semut itu memerintahkan kepada mereka supaya berhati-hati dan berjalan menuju sarang-sarangnya. Semut itu mengetahui kondisi Sulaiman dan bala ten-taranya serta keagungan kekuasaannya; dan semut itu memberi-tahu seluruh rekan-rekannya bahwasanya bala tentara tersebut, jika menginjak kalian, maka hal itu terjadi bukan karena kesengajaan atau kesadaran mereka.
(19) Setelah Sulaiman عليه السلام mendengar ucapan semut itu dan memahaminya, ﴾ فَتَبَسَّمَ ضَاحِكٗا مِّن قَوۡلِهَا ﴿ "maka dia tersenyum dengan ter-tawa karena (mendengar) perkataan semut itu," karena kagum terhadap kefasihan, nasihat dan indahnya ungkapan semut itu. Ini adalah keadaan para Nabi k, yaitu etika yang sempurna dan kagum pada tempatnya, dan tertawa mereka tidak melebihi kecuali pada senyum, sebagaimana Rasulullah a, kebanyakan tertawanya adalah senyum.[36] Sebab tertawa terbahak-bahak itu menunjukkan kelemahan akal dan kejelekan adab, sedangkan tidak senyum dan tidak kagum terhadap sesuatu yang memang pantas dikagumi menunjukkan pada perangai jahat dan kecongkakan. Para rasul semuanya bersih dari itu semua.
Dan Sulaiman berkata seraya bersyukur kepada Allah yang telah menyampaikannya kepada kedudukan (mulia) ini, ﴾ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ ﴿ "Ya Rabbku, berilah aku ilham." Maksudnya, ilhami dan berilah aku bimbingan, ﴾ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ ﴿ "untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku," sebab sesungguhnya nikmat kepada kedua ibu dan bapak merupakan nikmat kepada anak. Oleh karena itu, Sulaiman memohon kepada Rabbnya bimbingan (taufiq) untuk bisa mensyukuri nikmat agama dan dunia yang dianugerahkanNya kepadanya dan kepada kedua orang tuanya, ﴾ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ ﴿ "dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai." Maksudnya, bimbinglah aku untuk beramal shalih yang Engkau ridhai, karena amal shalih tersebut sejalan dengan perintahMu, dalam keadaan tulus di dalam melakukannya, selamat dari hal-hal yang dapat merusak dan menguranginya, ﴾ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ ﴿ "dan masukkanlah aku dengan rahmatMu" yang di antaranya adalah surga, ﴾ فِي ﴿ "ke dalam," golongan, ﴾ عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "hamba-hambaMu yang shalih." Sebab rahmat itu diperuntukkan hanya untuk orang-orang yang shalih dengan berbagai derajat dan kedudukan mereka.
Itu semua adalah satu contoh dari kondisi Sulaiman ketika mendengar sapaan dan seruan seekor semut.
(20) Kemudian Allah menyebutkan satu contoh lain dari dialognya kepada burung, seraya berfirman, ﴾ وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيۡرَ ﴿ "Dan dia memeriksa burung-burung.' Ini menunjukkan pada kebulatan tekad dan ketegasannya serta betapa baiknya dia dalam mengorgani-sasikan bala tentaranya dan pengendaliannya terhadap semua per-masalahan yang kecil dan yang besar, sampai-sampai beliau tidak pernah menyepelekan masalah ini, yaitu masalah memeriksa bu-rung dan melihat langsung apakah semuanya ada atau ada sesuatu yang hilang. Inilah makna ayat di atas.
Sungguh sama sekali tidak melakukan apa-apa orang yang mengatakan, "Sesungguhnya (tindakan) Sulaiman memeriksa bu-rung adalah untuk melihat ada di mana posisi burung hud-hud dari Sulaiman, (yang bertugas) untuk menunjukkan kepadanya jauh atau dekatnya air. Mereka juga telah beranggapan bahwa burung hud-hud sedang melihat adanya air di bawah tanah yang sangat rimbun. Sesungguhnya pendapat ini sama sekali tidak ada dalilnya. Bahkan dalil aqli dan lafzhi (nash) menunjukkan ketidak benaran pendapat ini. Dalil aqli menunjukkan bahwa sebenarnya berdasar-kan kebiasaan dan pengalaman serta kenyataan-kenyataan bahwa hewan-hewan tersebut, semuanya tidak mempunyai sedikit pun kemampuan melihat sebagaimana penglihatan yang di luar kebia-saan seperti ini, dan melihat adanya air di bawah tanah yang sangat rimbun. Kalau halnya memang seperti itu, tentu Allah pasti menye-butkannya, sebab ia merupakan mukjizat yang paling besar. Sedang-kan dalil lafzhi (menunjukkan) kalau seandainya yang dimaksud adalah makna tersebut, tentu Allah mengatakan, "Sulaiman men-cari hud-hud untuk melihat air untuknya. Maka tatkala Sulaiman mencarinya, maka dia mengatakan apa yang telah dikatakannya (di atas, dalam ayat. Pent), atau, "dia memeriksa hud-hud" atau "ia mencarinya" atau ungkapan lain yang serupa dengannya.
Dan yang benar adalah bahwa Sulaiman memeriksa seluruh burung untuk mengetahui mana yang hadir dan mana yang absen dan untuk mengetahui kekonsistenan masing-masing pada pos-pos dan tempat-tempat yang telah ditetapkannya. Dan juga, Sulaiman merasa tidak butuh dan tidak memerlukan air secara mendesak sehingga harus memerintahkan burung hud-hud. Sebab di sisinya ada setan-setan dan ifrit-ifrit yang sanggup menggali tanah untuk mencarikan air untuknya sedalam apa pun keberadaan air tersebut, dan Allah pun telah menundukkan angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan. Maka bagaimana mungkin, bersama semua itu (dikatakan bahwa) Sulaiman membutuhkan burung hud-hud?!
Tafsiran-tafsiran yang ada ini dan perkataan-perkataan yang masyhur ini tidaklah dikenal selainnya (jadi hanya ini semata. Ed. T), ia dinukil dari Bani Israil secara lepas, dan penukilnya lupa akan kontradiksinya dengan makna-makna yang shahih dan kesesuaian-nya dengan berbagai pendapat. Kemudian tafsiran-tafsiran tersebut senantiasa dinukil dan dikutip oleh orang yang datang kemudian begitu saja (tanpa diricek) dari orang-orang terdahulu, hingga dia mengira bahwa tafsiran tersebutlah yang benar, sehingga termuat-lah secara bebas perkataan-perkataan yang sangat rancu di dalam kitab-kitab tafsir.
Orang yang pandai nan cermat mengetahui bahwa al-Qur`an mulia yang berbahasa Arab nan jelas ini, yang dengannya Allah berbicara kepada semua manusia, yang berilmu dan yang bodoh dan memerintahkan mereka untuk merenungkan maknanya dan memahaminya sesuai dengan lafazh-lafazh bahasa Arab yang sudah dimaklumi maknanya, yang tidak awam bagi orang-orang Arab asli, dan apabila dia menemukan pendapat-pendapat (tafsiran. Pent) yang dikutip dari selain Rasulullah a, maka dia mengembalikan-nya kepada prinsip ini, lalu jika pendapat itu sejalan dengan prinsip ini, maka dia menerimanya, karena lafazh itu menunjukkan kepada yang demikian. Dan jika pendapat-pendapat itu menyalahinya baik secara lafazh dan makna atau secara lafazh saja, atau secara makna saja maka dia menolaknya dan memastikan kebatilannya, karena ia mempunyai prinsip (landasan) yang sudah maklum yang ber-tentangan dengan pendapat-pendapat tersebut, yaitu makna dan petunjuk kalimat yang sudah baku (diketahui).
Buktinya adalah bahwa pemeriksaan Sulaiaman عليه السلام terhadap burung-burung dan perasaan kehilangan burung hud-hud mem-buktikan kesempurnaan pengaturan dan pengendaliannya pada kerajaan sendirian, dan menunjukkan kesempurnaan kecerdasan-nya, sampai-sampai dia mencari burung sekecil itu. ﴾ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ ﴿ "Lalu berkata, 'Mengapa aku tidak melihat burung hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir'." Maksudnya, apakah ketidakdapatanku melihat burung hud-hud ini karena kurangnya pengetahuanku kepadanya karena ia tersembunyi di antara kum-pulan yang sangat besar ini? Atau ia ada di atas pintunya karena absen (tidak hadir) tanpa seizin ataupun perintah dariku?!
(21) Maka saat itulah Sulaiman marah kepadanya dan mengancamnya seraya mengatakan, ﴾ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا ﴿ "Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan keras," tidak untuk mem-bunuhnya. ﴾ أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ ﴿ "Atau benar-benar aku akan menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang." Maksudnya, argumen yang jelas atas ketidak-hadirannya. Ini pun menunjukkan keutuhan sifat wara' (sikap ekstra hati-hati) dan keadilannya. Yaitu bahwa Sulaiman tidak akan ber-sumpah atas dasar hanya sekedar akan menghukumnya dengan siksaan atau dengan membunuhnya, karena hal ini tidak mungkin terjadi kecuali karena suatu dosa, sedangkan keabsenan (ketidak-hadirannya) bisa jadi karena suatu alasan yang jelas. Maka dari itu Sulaiman memberikan pengecualian disebabkan sifat wara' dan kecerdasan yang dimilikinya.
(22) ﴾ فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٖ ﴿ "Maka tidak lama kemudian." Maksudnya, kemudian hud-hud datang. Ini membuktikan betapa segannya para tentara itu kepada Sulaiman dan menunjukkan betapa patuhnya mereka kepada perintahnya, sampai-sampai burung hud-hud yang telah terlambat karena adanya alasan yang sangat jelas tidak mampu untuk terlambat dalam waktu yang cukup lama. ﴾ فَقَالَ ﴿ "Lalu ia berkata" kepada Sulaiman, ﴾ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ ﴿ "Aku telah me-ngetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya." Maksudnya, saya mempunyai suatu ilmu (pengetahuan) yang tidak terjangkau oleh pengetahuanmu yang luas dan ketinggian derajatmu di dalamnya. ﴾ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۭ ﴿ "Dan kubawa kepadamu dari negeri Saba`." Yaitu nama satu kabilah yang sangat terkenal di negeri Yaman. ﴾ بِنَبَإٖ يَقِينٍ ﴿ "Suatu berita yang diyakini." Maksudnya, berita yang sangat meyakinkan.
(23) Kemudian ia menjelaskan berita tersebut, seraya ber-kata, ﴾ إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ ﴿ "Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka," maksudnya, memerintah suku Saba`, dan dia adalah seorang perempuan. ﴾ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ ﴿ "Dan dia dianugerahi segala sesuatu," maksudnya, dia diberi kekuasaan berupa harta benda, perlengkapan senjata, bala tentara, benteng-benteng dan pagar kokoh, dan lain-lainnya, ﴾ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ ﴿ "serta mempunyai singgasana yang besar." Maksudnya, kursi kerajaannya yang dijadikannya sebagai tempat duduk adalah singgasana yang sangat besar. Besarnya singgasana membuktikan kebesaran kera-jaan, kekuatan kekuasaan, dan banyaknya anggota-anggota dewan musyawarah.
(24) ﴾ وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ ﴿ "Aku mendapatinya dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah," maksudnya, mereka ada-lah orang-orang musyrik penyembah matahari. ﴾ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ ﴿ "Dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-per-buatan mereka," sehingga mereka melihat sesuatu yang mereka anut itulah yang benar, ﴾ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ ﴿ "sehingga mereka tidak dapat petun-juk," karena orang yang sudah berkeyakinan bahwa yang dianutnya itu benar, maka tidak mungkin bisa diharap mendapat petunjuk sehingga keyakinannya berubah.
(25) Kemudian ia berkata, ﴾ أَلَّاۤ ﴿ "Mengapa tidak." Maksud-nya, kenapa tidak ﴾ يَسۡجُدُواْۤ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُخۡرِجُ ٱلۡخَبۡءَ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "mereka me-nyembah Allah Yang mengeluarkan sesuatu yang terpendam di langit dan bumi." Maksudnya, Dia yang mengetahui apa saja yang tersembu-nyi lagi terpendam di penjuru langit dan di segala penjuru bumi, berupa makhluk terkecil, bibit tumbuh-tumbuhan dan rahasia hati, dan yang mengeluarkan sesuatu yang tersimpan di dalam bumi dan langit dengan menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman dan mengeluarkan sesuatu yang tersimpan di dalam bumi (jasad manusia. Pent) saat sangkakala ditiup dan dikeluarkannya orang-orang yang sudah mati dari tanah untuk memberikan pembalasan terhadap amal perbuatan mereka, ﴾ وَيَعۡلَمُ مَا تُخۡفُونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ ﴿ "dan Yang mengetahui sesuatu yang kamu sembunyikan dan sesuatu yang kamu nyatakan."
(26) ﴾ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ﴿ "Allah, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia." Maksudnya, penghambaan, inabah, rasa hina dan rasa cinta tidak pantas dipersembahkan kecuali hanya kepadaNya, sebab sesungguhnya Dia-lah sembahan, karena sifat-sifat yang sempurna yang dimilikiNya dan karena berbagai karunia (nikmatNya) yang mengharuskan akan hal itu. ﴾ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ۩ ﴿ "Rabb Yang mempunyai Arasy yang besar," yang merupakan atap bagi seluruh makhluk ciptaanNya, dan yang melebihi luas bumi dan langit. Maka Dzat Yang Maharaja ini sangat besar kekuasaanNya, sangat agung ke-dudukanNya. KepadaNya-lah tempat mengekspresikan rasa hina, tunduk, sujud dan rukuk.
(27-28) Maka selamatlah hud-hud itu setelah ia menyam-paikan berita yang sangat besar itu, dan Sulaiman pun merasa sa-ngat heran, bagaimana berita ini bisa luput dari pengetahuannya, kemudian dia berkata seraya meneguhkan kesempurnaan dan ke-matangan akalnya, ﴾ سَنَنظُرُ أَصَدَقۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ 27 ٱذۡهَب بِّكِتَٰبِي هَٰذَا ﴿ "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini," nashnya akan di-sebutkan pada ayat berikutnya, ﴾ فَأَلۡقِهۡ إِلَيۡهِمۡ ثُمَّ تَوَلَّ عَنۡهُمۡ ﴿ "lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka," maksudnya, mun-dur dengan tidak terlalu jauh. ﴾ فَٱنظُرۡ مَاذَا يَرۡجِعُونَ ﴿ "Lalu perhatikanlah apa yang mereka kembalikan," kepadamu, dan apa yang mereka bicara-kan tentang isi surat ini.
(29-31) Maka burung itu pun pergi, lalu menjatuhkan surat tersebut kepada sang ratu. Dan ia (sang ratu) berkata kepada kaumnya, ﴾ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ ﴿ "Sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia." Maksudnya, surat yang sangat berharga, berasal dari raja yang paling besar di bumi ini. Kemudian dia men-jelaskan isinya, seraya berkata, ﴾ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 30 أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ﴿ "Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesung-guhnya (isi)nya, 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri'." Maksudnya, jangan sampai kalian berada di atasku, akan tetapi tunduklah kalian di bawah kekuasaanku, dan patuhilah perintah-perintahku serta datanglah kalian kepadaku dengan ber-serah diri.
Ini kalimat yang sangat ringkas disertai penjelasan yang sem-purna, karena ia mencakup larangannya dari tindakan sombong dan menetapi keadaan sesat mereka selama ini, tunduk kepada perintahnya, bergabung di bawah (panji) ketaatan kepadanya, dan datang menghadapnya serta mengajak mereka kepada Islam. Di dalamnya terkandung kesunnahan memulai tulis menulis dengan ungkapan basmalah secara sempurna, dan mendahulukan nama di awal judul tulisan.
(32-33) Di antara hal yang menunjukkan ketegasan dan kematangan akal si ratu itu adalah dia segera mengumpulkan para tokoh kerajaannya dan para pembesar negaranya, lalu berkata, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي ﴿ "Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini)." Maksudnya, sampaikan kepadaku apa yang akan kita jawabkan kepadanya?! Apakah kita masuk saja pada kekuasa-annya, kita tunduk, atau apa yang harus kita lakukan?! ﴾ مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ ﴿ "Aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sehingga kalian hadir dalam majelisku." Maksudnya, aku sekali-kali tidak bersikap diktator dalam suatu perkara tanpa melibatkan pendapat dan musyawarah kalian. ﴾ قَالُواْ نَحۡنُ أُوْلُواْ قُوَّةٖ وَأُوْلُواْ بَأۡسٖ شَدِيدٖ ﴿ "Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat'," maksudnya, kalau engkau menolak perka-taannya dan engkau tidak mau tunduk kepadanya, maka sesung-guhnya kami adalah orang-orang yang kuat dalam peperangan. Nampaknya mereka lebih condong kepada pendapat yang terakhir ini yang kalau saja terjadi, maka ia akan menjadi kebinasaan me-reka. Akan tetapi mereka juga tidak begitu mantap padanya, maka mereka mengatakan, ﴾ وَٱلۡأَمۡرُ إِلَيۡكِ ﴿ "Dan keputusan berada di tanganmu," maksudnya, keputusannya adalah keputusanmu. Hal ini disebab-kan mereka tahu kecerdasan akalnya, ketegasannya dan ketulusan-nya kepada mereka. ﴾ فَٱنظُرِي ﴿ "Maka pertimbangkanlah," dengan per-timbangan akal pikiran, ﴾ مَاذَا تَأۡمُرِينَ ﴿ "apa yang akan kamu perintahkan."
(34-35) Kemudian sang ratu berkata kepada mereka untuk meyakinkan mereka tentang pendapat mereka, sambil menjelaskan buruknya akibat peperangan, ﴾ إِنَّ ٱلۡمُلُوكَ إِذَا دَخَلُواْ قَرۡيَةً أَفۡسَدُوهَا ﴿ "Sesungguh-nya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasa-kannya," dalam bentuk pembunuhan, penawanan, perampasan harta benda dan pengrusakan bangunan-bangunannya, ﴾ وَجَعَلُوٓاْ أَعِزَّةَ أَهۡلِهَآ أَذِلَّةٗۚ ﴿ "dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina," mak-sudnya, mereka menjadikan para pemimpin kaum bangsawannya termasuk orang-orang yang hina. Maksudnya, ini adalah pendapat yang kurang tepat. Dan juga, aku tidak akan patuh kepadanya se-belum melakukan pengujian dan mengutus orang yang menyingkap tentang segala kondisinya dan mempertimbangkannya, barulah saat itu permasalahan kita akan menjadi jelas. Lalu dia berkata, ﴾ وَإِنِّي مُرۡسِلَةٌ إِلَيۡهِم بِهَدِيَّةٖ فَنَاظِرَةُۢ بِمَ يَرۡجِعُ ٱلۡمُرۡسَلُونَ ﴿ "Sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) me-nunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu" darinya. Apakah dia tetap pada pendirian dan pendapatnya? Ataukah dia akan terpedaya dengan hadiah, dan hadiah itu mampu merubah pikirannya? Dan bagaimana pula keadaan bala tentaranya?!
(36) Kemudian dia pun mengirim hadiah bersama para utusan yang dipilih dari kalangan orang-orang yang cerdik dan mempunyai kepandaian di antara para pengikutnya. ﴾ فَلَمَّا جَآءَ سُلَيۡمَٰنَ ﴿ "Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman." Maksudnya, para utusan telah sampai kepada Sulaiman dengan membawa hadiah, ﴾ قَالَ ﴿ "Sulaiman berkata," dengan nada kesal terhadap mereka dan marah atas ketidakpatuhan mereka, ﴾ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٖ فَمَآ ءَاتَىٰنِۦَ ٱللَّهُ خَيۡرٞ مِّمَّآ ءَاتَىٰكُمۚ ﴿ "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Sementara sesuatu yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada sesuatu yang diberi-kanNya kepadamu?" Hadiah ini sama sekali tidak berkenan bagiku, dan aku pun tidak bahagia disebabkannya, karena Allah sudah membuatku tidak butuh kepadanya, dan Dia telah banyak melim-pahkan berbagai karuniaNya kepadaku. ﴾ بَلۡ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمۡ تَفۡرَحُونَ ﴿ "Tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu," karena kecintaan kalian pada dunia dan karena sedikitnya sesuatu yang kalian miliki dibanding apa yang Allah karuniakan kepadaku.
(37) Kemudian Sulaiman berpesan kepada utusan itu tanpa menuliskannya dalam surat setelah melihat kecerdasannya, dan setelah dia yakin bahwa utusan itu akan menyampaikan pesannya sebagaimana adanya, seraya berkata, ﴾ ٱرۡجِعۡ إِلَيۡهِمۡ ﴿ "Kembalilah kepada mereka," maksudnya, dengan hadiah ini. ﴾ فَلَنَأۡتِيَنَّهُم بِجُنُودٖ لَّا قِبَلَ لَهُم بِهَا ﴿ "Sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya," maksudnya, yang mereka tidak akan mampu menghadapinya. ﴾ وَلَنُخۡرِجَنَّهُم مِّنۡهَآ أَذِلَّةٗ وَهُمۡ صَٰغِرُونَ ﴿ "Dan pasti kami akan meng-usir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina, dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.' Maka utusan itu pun kembali kepada mereka dan menyampaikan segala apa yang telah dikata-kan oleh Sulaiman. Dan mereka pun bersiap-siap untuk berangkat menuju Sulaiman.
(38-40) Sulaiman telah mengetahui bahwa mereka pasti akan berangkat menuju kepadanya. Maka dia segera berkata kepada jin dan manusia yang hadir di sisinya, ﴾ أَيُّكُمۡ يَأۡتِينِي بِعَرۡشِهَا قَبۡلَ أَن يَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ﴿ "Siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasana-nya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?" Maksudnya, agar kita dapat menguasainya sebelum mereka menyerahkan diri, sehingga harta mereka menjadi terpeli-hara. ﴾ قَالَ عِفۡرِيتٞ مِّنَ ٱلۡجِنِّ ﴿ "Berkatalah Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin." Ifrit adalah jin yang paling kuat lagi sangat aktif sekali, ﴾ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَۖ وَإِنِّي عَلَيۡهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٞ ﴿ "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya." Secara zahir, Sulaiman saat itu ada di negeri Syam, sehingga perja-lanan pulang pergi antara dia dengan negeri Saba` kira-kira sejauh perjalanan 4 bulan: Dua bulan untuk pergi dan dua bulan untuk pulang. Namun demikian Ifrit berkata, "Aku berkomitmen untuk membawanya, bagaimanapun besar dan beratnya serta jauhnya perjalanan, sebelum engkau beranjak dari tempat dudukmu yang saat ini sedang engkau duduki." Biasanya pertemuan yang panjang itu adalah selama panjangnya waktu dhuha kira-kira sepertiga hari. Ini adalah kebiasaan yang panjang. Dan kadang-kadang kurang dari itu atau lebih. Inilah raja yang agung yang beberapa gelintir dari para pengikutnya mempunyai kekuatan dan kemampuan seperti itu.
Yang lebih dahsyat dari itu lagi adalah bahwa, ﴾ قَالَ ٱلَّذِي عِندَهُۥ عِلۡمٞ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ ﴿ "Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab." Para ahli tafsir mengatakan, "Seorang lelaki shalih yang ada di sisi Sulaiman, namanya Ashaf bin Barkhiya`. Dia mengetahui nama Allah yang teragung, yang kalau Allah dimohon dengannya pasti mengabulkan, dan kalau diminta dengannya pasti memberi, ﴾ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَۚ ﴿ "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebe-lum matamu berkedip," dengan berdoa kepada Allah menggunakan nama Allah yang teragung itu, hingga singgasana itu hadir saat itu juga. Dia pun berdoa kepada Allah, maka singgasana itu datang.
Allah yang lebih mengetahui maksudnya, apakah ini yang dimaksud, atau dia adalah orang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab yang dengannya dia mempunyai kemampuan untuk meng-ambil benda yang jauh dan menjangkau sesuatu yang sulit ﴾ فَلَمَّا رَءَاهُ ﴿ "maka tatkala dia melihat singgasana itu," maksudnya, Sulaiman me-lihatnya, ﴾ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ ﴿ "terletak di hadapannya," maka dia memuji kepada Allah سبحانه وتعالى atas ketentuanNya, kerajaanNya dan kemudahan segala perkara baginya, dan ﴾ قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ ﴿ "dia pun berkata, 'Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku apakah aku ber-syukur atau mengingkari'." Maksudnya, untuk mengujiku dalam hal ini. Jadi, Sulaiman عليه السلام sama sekali tidak terpedaya dengan kera-jaan, kekuasaan dan kemampuannya, seperti kebiasaan para raja jahiliyah, bahkan dia mengetahui bahwa itu semua adalah ujian dari Rabbnya. Maka dari itu dia takut kalau tidak bisa mensyukuri nikmat ini.
Kemudian dia menjelaskan bahwa kesyukuran itu manfaat-nya sama sekali bukan untuk Allah, melainkan kembali kepada orang yang bersyukur itu sendiri, seraya berkata,﴾ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيّٞ كَرِيمٞ ﴿ "Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesung-guhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya lagi Mahamulia," Mahakaya dari segala amalnya, Mahamulia lagi banyak kebaikan-nya, meliputi orang yang bersyukur dan yang mengingkari. Hanya saja mensyukuri nikmat-nikmatNya akan menambah nikmat itu sendiri, sedangkan mengingkarinya menyebabkan kemusnahannya.
(41) Kemudian dia berkata kepada orang yang di sekitar-nya, ﴾ نَكِّرُواْ لَهَا عَرۡشَهَا ﴿ "Rubahlah baginya singgasananya," maksudnya, rubahlah ia dengan cara menambah atau menguranginya, dan kita dalam hal ini, ﴾ نَنظُرۡ ﴿ "akan melihat," dengan maksud menguji ke-cerdasan Balqis, ﴾ أَتَهۡتَدِيٓ ﴿ "apakah dia mengenal," yang benar, dan dia benar-benar mempunyai kecerdasan dan kepandaian yang laik dengan kerajaannya, ﴾ أَمۡ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهۡتَدُونَ ﴿ "ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)."
(42) ﴾ فَلَمَّا جَآءَتۡ ﴿ "Dan ketika Balqis datang," menghadap Sulai-man, maka Sulaiman memperlihatkan kepadanya singgasana itu, yang mana Balqis belum lama meninggalkannya di negerinya. Dan ﴾ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرۡشُكِۖ ﴿ "ditanyakanlah kepadanya, 'Serupa inikah singgasanamu?'" Maksudnya, sesungguhnya kami yakin bahwa Anda mempunyai singgasana yang sangat besar. Apakah ia serupa dengan singgasana yang kami perlihatkan kepada Anda ini? ﴾ قَالَتۡ كَأَنَّهُۥ هُوَۚ ﴿ "Dia menjawab, 'Seakan-akan singgasana ini singgasanaku'." Ini menunjukkan kecer-dasan dan kepandaiannya. Ia tidak mengatakan, "ia ini" karena adanya perubahan dan modifikasi pada singgasana tersebut, dan dia juga tidak menafikan kalau itu adalah singgasananya, karena dia memang mengenalnya. Maka dari itu dia mengungkapkan jawabannya dengan ungkapan yang mengandung dua kemung-kinan, mengandung dua sayap makna.
Maka Sulaiman dengan rasa kagum kepada kehebatan dan kecerdasannya, dan rasa bersyukur kepada Allah karena telah mengaruniakan kepada dirinya karunia yang lebih besar daripada yang dikaruniakanNya kepada Balqis, berkata, ﴾ وَأُوتِينَا ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهَا ﴿ "Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya." Maksudnya, hidayah, kecer-dasan dan ketegasan sebelum ratu ini, ﴾ وَكُنَّا مُسۡلِمِينَ ﴿ "dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.' Inilah hidayah yang sesungguhnya yang (sangat) bermanfaat.
Dan ada kemungkinan bahwa ungkapan ini adalah perkataan sang ratu Saba` itu (yang artinya), dan kami telah diberi pengeta-huan tentang kerajaan Sulaiman, kekuasaan dan kehebatannya sebelum keadaan di mana kami melihat kemampuannya meng-hadirkan singgasana ini dari jarak yang sangat jauh. Maka dari itu kami tunduk kepadanya, kami datang dengan berserah diri dan tunduk kepada kekuasaannya.
(43) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعۡبُدُ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ ﴿ "Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, telah mencegahnya." Maksudnya, mencegahnya untuk masuk Islam. Sebab, dia mempunyai kecer-dasan dan kepandaian yang bisa digunakan untuk membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Akan tetapi keyakinan-keya-kinan yang palsu telah melenyapkan mata hati(nya), ﴾ إِنَّهَا كَانَتۡ مِن قَوۡمٖ كَٰفِرِينَ ﴿ "sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir." Maka dari itu dia tetap berpegang kepada agama (sesat) mereka.
Kesendirian seseorang dari para ahli agama dan kebiasaan yang berlanjut pada suatu perkara yang dia lihat dengan akalnya, berupa kesesatan dan kesalahan mereka merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi. Maka dari itu tidak aneh kalau Balqis tetap pada kekafirannya.
(44) Kemudian Sulaiman ingin agar Balqis melihat sebagian dari kekuasaannya yang mencengangkan akal. Lalu dia menyuruh-nya masuk ke mahligainya (istana), yaitu berupa tempat (ruangan) yang tinggi dan luas. Ia terbuat dari kaca yang tembus pandang, di bawahnya sungai-sungai mengalir, ﴾ قِيلَ لَهَا ٱدۡخُلِي ٱلصَّرۡحَۖ فَلَمَّا رَأَتۡهُ حَسِبَتۡهُ لُجَّةٗ ﴿ "Dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke dalam istana.' Maka tatkala dia me-lihat lantai istana itu, dikiranya kolam yang besar'," maksudnya, kolam air. Hal itu karena kaca-kaca tersebut tembus pandang, hingga air yang berada di bawahnya terlihat seolah-olah tempat itu adalah air yang mengalir tanpa pembatas yang membatasinya. ﴾ وَكَشَفَتۡ عَن سَاقَيۡهَاۚ ﴿ "Dan dia menyingkap kedua betisnya." Karena takut basah. Ini juga termasuk kecerdasan dan kesopanannya, karena dia tidak menolak untuk masuk ke tempat yang diperintahkan kepadanya untuk dimasuki. Sebab, dia yakin bahwa dirinya tidak diundang kecuali untuk dihormati, dan dia tahu bahwa kerajaan Sulaiman dan sistem regulasinya telah dibangun di atas landasan kebijaksanaan, dan dalam hatinya pun sama sekali tidak ada rasa ragu sedikit pun ter-hadap kondisi buruk setelah melihat apa yang telah bisa dilihatnya. Setelah dia bersiap untuk menceburkan diri, maka dikatakan kepa-danya, ﴾ إِنَّهُۥ صَرۡحٞ مُّمَرَّدٞ ﴿ "Sesungguhnya ia adalah istana licin." Maksud-nya sebuah majelis, ﴾ مِّن قَوَارِيرَۗ ﴿ "terbuat dari kaca." Maka Anda tidak perlu menyingkap kedua betismu. Pada saat itu, ketika dia telah sampai kepada Sulaiman dan menyaksikan apa yang telah dilihat-nya serta mengetahui kenabian dan kerasulannya, maka dia pun bertaubat dan kembali dari kekafirannya, dan berkata, ﴾ رَبِّ إِنِّي ظَلَمۡتُ نَفۡسِي وَأَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَيۡمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zhalim terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam."
Demikianlah bagian dari kisah ratu negeri Saba` yang Allah kisahkan kepada kita dan tentang apa yang terjadi antara dia dengan Sulaiman. Adapun selain itu berupa kisah-kisah tambahan dan kisah-kisah isra`iliyat (yang bersumber dari Bani Israil) maka sama sekali tidak ada hubungannya dengan tafsir (penjelasan) ter-hadap Firman Allah, yang mana tafsir itu harus berdasarkan pada dalil yang telah dimaklumi lagi terjaga, sedangkan nukilan-nukilan dalam malasah ini, semuanya atau kebanyakannya tidak demikian. Kewajiban yang harus dilakukan adalah mengabaikannya dan tidak memasukkannya ke dalam tafsir. Wallahu a'lam.