Yasin Ayat 50
فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ ࣖ ( يس: ٥٠ )
Falā Yastaţī`ūna Tawşiyatan Wa Lā 'Ilaá 'Ahlihim Yarji`ūna. (Yāʾ Sīn 36:50)
Artinya:
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya. (QS. [36] Yasin : 50)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Tiupan sangkakala yang pertama itu terjadi dengan cepat dan tiba-tiba sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat atau pesan kepada keluarganya dan mereka juga tidak dapat kembali berkumpul kepada keluarganya lagi.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Demikian cepat datangnya peristiwa itu, dan amat tiba-tiba, sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk berwasiat atau meninggalkan pesan kepada keluarganya, dan tidak pula dapat kembali berkumpul dengan mereka. Masing-masing menghadapi persoalannya sendiri, menunggu keputusan dari pengadilan Tuhan Yang Mahaadil dan Mahakuasa.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian manusia yang ada digiring menuju ke Padang Mahsyar dengan api yang mengepung mereka dari segala penjuru. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun. (Yaa Siin:50)
terhadap apa yang dimiliki oleh mereka, karena urusan yang sedang dialami oleh mereka lebih penting dari itu,
dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. (Yaa Siin:50)
Sehubungan dengan bab ini banyak asar dan hadis yang telah kami kemukakan di tempat lain. Setelah itu barulah terjadi tiupan kematian yang karenanya semua makhluk hidup mati semuanya selain Tuhan Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengatur makhluk-Nya. Selanjutnya terjadi tiupan kebangkitan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun) tidak dapat berwasiat (dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya) dari pasar dan dari tempat-tempat kesibukan mereka, semuanya mati di tempatnya masing-masing.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Karena begitu cepatnya bencana itu diturunkan, mereka tidak dapat lagi berwasiat barang sedikit pun, dan juga tidak dapat menemui keluarga mereka lagi.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan suatu tanda bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki, niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka dise-lamatkan. Tetapi karena Rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Takutlah kamu akan siksa yang ada di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat', Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya. Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Nafkahkanlah sebagian dari rizki yang diberikan Allah kepadamu', maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, 'Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan? Tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata.' Dan mereka berkata, 'Bilakah janji ini jika kamu adalah orang-orang yang benar?' Mereka tidak menunggu melain-kan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tiada kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarga-nya." (Yasin: 41-50).
(41) Artinya, dalil untuk mereka dan argumen yang mem-buktikan bahwasanya Allah سبحانه وتعالى semata yang berhak disembah adalah karena Dia-lah yang mencurahkan segala nikmat, dan Yang men-jauhkan bencana, yang di antara nikmatNya adalah, ﴾ أَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَهُمۡ ﴿ "Kami angkut keturunan mereka." Banyak ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud di sini adalah, kakek moyang mereka.[70]
(42) ﴾ وَخَلَقۡنَا لَهُم ﴿ "Dan Kami ciptakan untuk mereka," maksud-nya, untuk orang-orang yang ada sesudah mereka, ﴾ مِّن مِّثۡلِهِۦ ﴿ "dari yang semisal dengannya," yakni semisal bahtera itu, dalam arti satu jenis dengannya ﴾ مَا يَرۡكَبُونَ ﴿ "apa yang mereka kendarai."
Di sini Allah mengingatkan akan nikmatNya kepada nenek-nenek moyang, yaitu mereka dimuat di dalam kapal laut. Hal ini adalah karena nikmat yang dikaruniakan kepada mereka, juga merupakan nikmat kepada anak keturunannya kemudian.
Masalah ini merupakan permasalahan yang paling rumit bagi saya di dalam ilmu tafsir, karena kebanyakan hal yang dijelaskan oleh para ahli tafsir, yaitu bahwa yang dimaksud "keturunan" adalah bapak-bapak moyang, dan ini merupakan hal yang tidak biasa di dalam al-Qur`an, yaitu mengartikan dzurriyyah (keturunan) dengan bapak-bapak moyang. Sungguh ini mengandung ketidak-jelasan dan mengeluarkan kata (kalimat) dari makna asalnya, hal yang sangat dijauhi oleh Firman Allah Rabbul 'Alamin dan kehen-dakNya untuk memberikan penjelasan dan keterangan kepada hamba-hambaNya. Ada makna alternatif yang lebih baik dari makna di atas, yaitu bahwa yang dimaksud dengan "keturunan" adalah "jenis," dan bahwa mereka adalah diri mereka sendiri, karena mereka berasal dari anak cucu Nabi Adam. Akan tetapi arti sema-cam ini tidak dibenarkan oleh FirmanNya, ﴾ وَخَلَقۡنَا لَهُم مِّن مِّثۡلِهِۦ مَا يَرۡكَبُونَ ﴿ "Dan Kami ciptakan untuk mereka yang semisal apa yang akan mereka kendarai." Jika artinya, dan Kami ciptakan dari yang semisal dengan bahtera itu, yakni, untuk mereka yang diajak bicara (mukhathabin) apa yang akan mereka kendarai dari jenis-jenis bahtera. Jika demi-kian, maka ini adalah pengulangan terhadap makna ayat yang tidak dikehendaki oleh fashahah (kefasihan) al-Qur`an. Dan jika arti dari, ﴾ وَخَلَقۡنَا لَهُم مِّن مِّثۡلِهِۦ مَا يَرۡكَبُونَ ﴿ "Dan Kami ciptakan untuk mereka yang semisal apa yang akan mereka kendarai," adalah unta yang merupakan bahtera darat, maka maknanya menjadi lurus dan jelas; hanya saja masih ada hal lain, yaitu keberadaan ungkapan ini mengandung kerancuan (tasywisy). Sebab, kalau itu yang dimaksud, tentu Allah berfirman,
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَاهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِ. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُوْنَ.
"Dan suatu tanda bagi mereka adalah Kami angkut mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka dari yang semisalnya apa yang akan mereka kendarai."
Kalau pada yang pertama disebutkan, ﴾ حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَهُمۡ ﴿ "Kami ang-kut keturunan mereka" sedangkan ini, "Kami angkut mereka," maka maknanya tidak jelas kecuali dikatakan: dhamir (kata ganti) "hum" kembali kepada "dzurriyyah." Dan hanya Allah Yang lebih menge-tahui akan hakikat yang sebenarnya.
Setelah saya sampai pada pembahasan ini dalam penulisan tafsir ini, maka tampak bagi saya suatu makna yang tidak jauh dari maksud Allah سبحانه وتعالى, yaitu, bahwa siapa saja yang mengetahui keagungan Kitabullah dan uraiannya yang sempurna dari segala sisi tentang perkara-perkara yang sekarang, yang telah lalu dan yang akan datang, dia (menjadi tahu) bahwa sesungguhnya Allah menyebutkan dari setiap maknanya itu yang paling tinggi dan paling sempurna dari keadaannya, sedangkan bahtera merupakan salah satu tanda dan salah satu nikmatNya kepada hamba-hamba-Nya semenjak Dia mengaruniakannya kepada mereka, dengan mempelajarinya hingga Hari Kiamat nanti, dan ia terus ada pada setiap zaman hingga pada zaman orang-orang yang dihadapkan kepada al-Qur`an.
Setelah Allah berbicara kepada mereka dengan al-Qur`an dan menjelaskan perihal bahtera, dan Allah mengetahui bahwa akan ada tanda-tanda (cikal-bakal) bahtera yang lebih besar pada waktu lain selain waktu mereka dan pada zaman lain selain zaman mereka saat Dia mengajarkan kepada mereka cara pembuatan bahtera laut, baik yang menggunakan layar dan mesin, dan bahtera angkasa yang terbang seperti burung di angkasa dan yang serupa dengan-nya dan berbagai alat-alat transportasi darat, yang merupakan tanda kekuasaan yang besar padanya yang belum pernah ada kecuali pada "keturunan," maka Allah mengingatkan di dalam al-Qur`an ini akan salah satu macam yang paling tinggi dari macam-macam tanda-tandanya, seraya berfirman, ﴾ وَءَايَةٞ لَّهُمۡ أَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَهُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ ﴿ "Dan suatu tanda bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan." Artinya, yang penuh de-ngan penumpang dan barang bawaan. Lalu Allah سبحانه وتعالى mengangkut mereka dan menyelamatkan mereka dari musibah karam (teng-gelam) dengan cara-cara yang telah diajarkan oleh Allah kepada mereka.
(43) Maka dari itu Allah سبحانه وتعالى mengingatkan mereka akan nik-matNya kepada mereka di mana Allah menyelamatkan mereka dari tenggelam (karam di lautan) padahal Dia kuasa menenggelamkan-nya. Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ وَإِن نَّشَأۡ نُغۡرِقۡهُمۡ فَلَا صَرِيخَ لَهُمۡ ﴿ "Dan jika Kami menghendaki, niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong." Artinya, tidak seorang pun yang meneriakkan-nya untuk menolong mereka dari kesengsaraan atau melepaskan-nya dari kesulitan, ﴾ وَلَا هُمۡ يُنقَذُونَ ﴿ "dan tidak pula mereka diselamatkan," dari penderitaan yang sedang mereka derita tersebut.
(44) ﴾ إِلَّا رَحۡمَةٗ مِّنَّا وَمَتَٰعًا إِلَىٰ حِينٖ ﴿ "Tetapi karena Rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika," yang di mana Kami tidak menenggelamkan mereka karena belas-kasih dan untuk memberikan kenikmatan kepada mereka hingga waktu yang telah ditentukan, dengan harapan mereka kem-bali atau mencari apa-apa yang telah mereka abaikan.
(45) ﴾ وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّقُواْ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيكُمۡ وَمَا خَلۡفَكُمۡ ﴿ "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang'," maksudnya, seperti kondisi di alam barzakh, Hari Kiamat dan berbagai hukuman di dunia, ﴾ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ﴿ "supaya kamu mendapat rahmat," tapi mereka tetap berpaling darinya, me-reka sama sekali tidak peduli, sekalipun berbagai tanda kekuasaan Allah telah datang kepada mereka.
(46) Maka dari itu Dia berfirman,﴾ وَمَا تَأۡتِيهِم مِّنۡ ءَايَةٖ مِّنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِمۡ إِلَّا كَانُواْ عَنۡهَا مُعۡرِضِينَ ﴿ "Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda (kekuasaan) Rabb mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya." Di dalam penyandaran tanda-tanda (ayat-ayat) kepada Allah terdapat dalil yang menunjukkan kesempurnaan dan keje-lasan tanda-tanda tersebut, sebab tidak ada yang lebih jelas dari tanda-tanda (kekuasaan) Allah dan tidak ada yang lebih hebat darinya. Dan sesungguhnya di antara bentuk pendidikan Allah terhadap hamba-hambaNya adalah Dia menyampaikan kepada mereka tanda-tanda yang dapat mereka jadikan sebagai petunjuk untuk mendapatkan apa-apa yang berguna bagi mereka dalam urusan agama dan dunia mereka.
(47) ﴾ وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ﴿ "Dan apabila dikatakan kepada me-reka, 'Nafkahkanlah sebagian dari rizki yang diberikan Allah kepadamu'," artinya, dari sebagian rizki yang telah dikaruniakan Allah kepada kalian; yang kalau saja Dia berkehendak, tentu Dia mengambilnya dari kalian, ﴾ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ﴿ "maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman," seraya menentang kebe-naran sambil berargumen dengan kehendak Allah, ﴾ أَنُطۡعِمُ مَن لَّوۡ يَشَآءُ ٱللَّهُ أَطۡعَمَهُۥٓ إِنۡ أَنتُمۡ ﴿ "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki, tentulah Dia akan memberinya makan? Kamu tidak lain" wahai orang-orang yang beriman melainkan benar-benar berada ﴾ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ﴿ "dalam kesesatan yang nyata," yang mana kalian menyuruh kami melakukan hal itu!
Ini membuktikan kebodohan besar mereka atau sikap pura-pura bodoh mereka yang sangat kotor, karena sesungguhnya ke-hendak Allah itu sama sekali bukan hujjah (argumen, alasan) bagi pelaku maksiat. Sebab, sekalipun apa yang dikehendaki Allah itu pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi, namun Allah telah memberikan kemampuan kepada manusia dan telah memberi mereka kekuatan yang dengannya mereka mampu melakukan perintah dan menjauhi larangan. Apabila mereka se-ngaja meninggalkan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka, maka itu berarti kesengajaan dari mereka, bukan paksaan terhadap mereka.
(48-49) ﴾ وَيَقُولُونَ ﴿ "Dan mereka berkata," dengan nada men-dustakan dan minta agar disegerakan, ﴾ مَتَىٰ هَٰذَا ٱلۡوَعۡدُ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "Bila-kah janji ini jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Allah سبحانه وتعالى menga-takan, Jangan kalian menganggap tidak mungkin, sebab ia sudah dekat, ﴾ مَا يَنظُرُونَ إِلَّا صَيۡحَةٗ وَٰحِدَةٗ ﴿ "Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja," yaitu tiupan sangkakala ﴾ تَأۡخُذُهُمۡ ﴿ "yang akan meng-ambil mereka." Maksudnya, menimpa mereka, ﴾ وَهُمۡ يَخِصِّمُونَ ﴿"ketika mereka sedang bertengkar," yakni, mereka sedang dalam keadaan lalai darinya, sama sekali tidak terlintas dalam hati mereka saat mereka bertengkar dan berseteru di antara sesama mereka, yang biasanya tidak ada kecuali pada waktu lalai.
(50) Apabila Aku membinasakan mereka pada saat mereka lalai, maka mereka tidak akan ditangguhkan dan tidak akan di-tunda, ﴾ فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ تَوۡصِيَةٗ ﴿ "lalu mereka tiada kuasa membuat suatu wasiat pun" sedikit ataupun banyak, ﴾ وَلَآ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِمۡ يَرۡجِعُونَ ﴿ "dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya."