Gafir Ayat 46
اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚوَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ ( غافر: ٤٦ )
An-Nāru Yu`rađūna `Alayhā Ghudūwāan Wa `Ashīyāan Wa Yawma Taqūmu As-Sā`atu 'Adkhilū 'Āla Fir`awna 'Ashadda Al-`Adhābi. (Ghāfir 40:46)
Artinya:
Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!” (QS. [40] Gafir : 46)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kepada mereka akan diperlihatkan di alam barzakh azab yang amat buruk, yakni neraka yang diperlihatkan pada setiap pagi dan petang, dan juga pada hari terjadinya Kiamat, lalu kepada malaikat diperintahkan, “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam neraka yang di dalamnya terdapat azab yang sangat keras!”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini digambarkan azab yang akan menimpa Fir'aun dan kaumnya yang durhaka di akhirat nanti. Sejak meninggal dunia sampai dibangkitkan kelak, mereka akan dihadapkan ke neraka pagi, petang, dan terus-menerus hingga hari Kiamat.
Pada hari Kiamat dikatakan kepada para penjaga neraka, "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam neraka dan timpakanlah kepada mereka siksa yang keras."
Jumhur ulama berpendapat bahwa azab kubur itu ada dan dasarnya adalah ayat ini. Pendapat mereka dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Umar:
Bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya salah seorang kamu apabila ia meninggal dunia diperlihatkan kepadanya tempat duduknya pagi dan petang. Jika ia termasuk ahli surga, maka (tempat duduknya itu adalah) tempat duduk ahli surga, jika ia termasuk ahli neraka maka (tempat duduknya adalah) tempat duduk ahli neraka. Dikatakan kepadanya, 'Inilah tempat duduk engkau sampai Allah membangkitkan engkau pada hari Kiamat." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Umar)
Dari firman Allah dan hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa azab kubur itu adalah suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal dan akan dialami oleh orang kafir pagi dan petang sampai mereka dibangkitkan kembali.
Namun ar-Razi menyatakan bahwa azab kubur tidak ada. Ayat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai dasar penetapan adanya azab kubur, tetapi hanya menunjukkan kepada terus-menerusnya azab neraka, sama halnya dengan firman Allah yang ditujukan kepada ahli surga:
Dan di dalamnya bagi mereka ada rezeki pagi dan petang. (Maryam/19: 62)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Al-Mu’min: 46)
Yakni paling keras sakitnya dan paling besar azabnya. Ayat ini merupakan dalil pokok di kalangan mazhab ahli sunnah wal jama'ah yang menyatakan adanya azab di alam barzakh (alam kubur), yaitu firman Allah Swt.:
Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. (Al-Mu’min: 46)
Akan tetapi, timbul suatu pengertian bahwa tidak diragukan lagi ayat ini adalah ayat Makkiyyah, dan mereka telah menjadikannya sebagai dalil yang menunjukkan adanya azab kubur di alam barzakh.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim alias Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sa'id ibnu Amr ibnu Sa'id ibnul As, telah menceritakan kepada kami Sa'id (yakni ayahnya), dari Aisyah r.a., bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi yang menjadi pelayannya, maka tidak sekali-kali Aisyah berbuat suatu kebaikan kepadanya, melainkan ia mendoakan bagi Aisyah, "Semoga Allah memelihara dirimu dari siksa kubur." Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. masuk menemuinya, maka ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah siksa kubur itu ada sebelum hari kiamat?" Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak ada. Siapa yang menduga demikian?" Aisyah menjawab, "Wanita Yahudi ini, tidak sekali-kali aku berbuat baik kepadanya melainkan dia mendoakan bagiku, 'Semoga Allah memelihara dirimu dari siksa kubur'." Rasulullah Saw. bersabda, "Orang-orang Yahudi itu pendusta dan terhadap Allah mereka lebih pendusta lagi, tiada azab sebelum hari kiamat." Kemudian selang beberapa waktu menurut apa yang dikehendaki Allah, pada suatu hari beliau Saw. keluar di tengah hari seraya memakai kain selimut, sedangkan kedua mata beliau memerah, lalu beliau berseru dengan suara yang sangat keras: Alam kubur itu bagaikan sepotong malam hari yang sangat gelap. Hai manusia, sekiranya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu banyak menangis dan sedikit tertawa. Hai manusia, mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, karena sesungguhnya siksa kubur itu benar (adanya).
Sanad hadis ini sahih dengan syarat Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dan Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi meminta-minta kepadanya, maka ia memberinya, lalu wanita Yahudi itu berdoa "Semoga Allah menyelamatkan dirimu dari siksa kubur." Siti Aisyah r.a. tidak suka dengan hal tersebut. Dan ketika ia melihat Nabi Saw datang, maka ia menanyakan hal itu kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw. menjawab, "Tidak ada" Kemudian setelah peristiwa ini berlalu, Rasulullah Saw. bersabda: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan disiksa di dalam kubur kalian.
Hadis ini pun dengan syarat keduanya.
Maka timbullah pertanyaan, bagaimanakah menggabungkah antara hal ini dan keadaan ayat sebagai ayat Makkiyyah yang mengandung kesimpulan dalil yang menunjukkan adanya siksa kubur?
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa ayat ini hanya menunjukkan bahwa arwah itu ditampilkan di hadapan neraka di setiap pagi dan petang di alam barzakh, dan tidak ada suatu pengertian pun yang menunjukkan menjalarnya rasa sakit arwah sampai kepada tubuh (jasad) kasarnya di alam kubur, karena hal tersebut hanya khusus terjadi pada roh. Adapun mengenai terjadinya azab pada jasad dan rasa sakit karena azab itu, maka tiada suatu dalil pun yang menunjukkan ke arahnya melainkan hanya melalui sunnah, yaitu dalam hadis-hadis yang dapat diterima, seperti yang akan dikemukakan kemudian.
Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya ayat ini hanya menunjukkan adanya azab bagi orang-orang kafir di alam barzakhnya, dan tidak mengandung suatu kepastian yang menyatakan adanya azab bagi orang mukmin di alam kuburnya karena dosa yang dilakukannya. Di antara dalil yang memperkuat pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. masuk ke dalam rumahnya yang pada saat itu di hadapan Aisyah ada seorang wanita Yahudi, sedangkan Siti Aisyah berkata (kepada wanita Yahudi itu), "Apakah kamu meyakini bahwa kamu diazab dalam kuburmu?" Maka Rasulullah Saw. terkejut, lalu bersabda, "Sesungguhnya yang diazab (dalam kubur) hanyalah orang Yahudi." Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami tinggal beberapa malam sesudah peristiwa itu, kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya kalian akan diazab di dalam kubur (mu). Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. sesudah peristiwa itu selalu memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Muslim, dari Harun ibnu Sa'id dan Harmalah, keduanya dari Ibnu Wahb, dari Yunus ibnu Yazid Al-Aili, dari Az-Zuhri dengan sariad yang sama.
Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya ayat ini menunjukkan arwah diazab di alam barzakhnya, tetapi bukan berarti tubuh kasar yang ada di dalam kuburnya ikut merasakannya. Ketika hal mengenai ini diwahyukan kepada Nabi Saw., maka barulah Nabi Saw. memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Syu'bah, dari Asy'as, dari Ibnu Abusy Sya'sa, dari ayahnya, dari Masruq, dari Aisyah r.a. bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi masuk menemuinya, lalu wanita Yahudi itu mengatakan, "Kami berlindung kepada Allah dari azab kubur." Maka Aisyah r.a. menanyakan azab kubur itu kepada Rasulullah Saw., dan beliau menjawab: Benar, azab kubur itu adalah hak (benar). Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa tidak sekali-kali ia melihat Rasulullah Saw. sesudah peristiwa itu bila telah selesai dari salatnya, melainkan memohon perlindungan dari azab kubur.
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. dengan segera membenarkan berita yang disampaikan oleh wanita Yahudi tersebut dan mengakuinya. Sedangkan dalam hadis-hadis yang sebelumnya dinyatakan bahwa pada mulanya beliau Saw. mengingkari hal tersebut, hingga turunlah kepadanya wahyu yang menerangkannya. Barangkali keduanya merupakan dua peristiwa —hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui— dan hadis-hadis mengenai azab kubur banyak sekali.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: pada pagi dan petang. (Al-Mu’min: 46) Maksudnya, di setiap pagi dan petang selama dunia masih berputar. Dikatakan kepada mereka, "Hai kaum Fir'aun, inilah tempat tinggal kalian," dengan nada mencemoohkan dan kecaman serta menghina mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka (Fir'aun dan kaumnya) sekarang berada di dalam neraka di setiap pagi dan petang hingga hari kiamat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Abdur Rahman ibnu Sarwan, dari Huzail, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam perut burung-burung hijau yang terbang bebas di dalam surga membawa mereka ke mana pun yang mereka kehendaki. Dan sesungguhnya arwah anak-anak kecil kaum mukmin berada di dalam perut burung-burung pipit yang terbang bebas di dalam surga membawa mereka sekehendak mereka, lalu burung-burung itu hinggap di lentera-lentera yang bergantung di 'Arasy. Dan sesungguhnya arwah Fir aun dan kaumnya berada di dalam perut burung-burung hitam yang setiap pagi dan petang pergi ke neraka Jahanam. Yang demikian itulah pengertian ‘ditampakkan kepada mereka neraka pada pagi dan petang'.
Ats-Tsauri telah meriwayatkannya dari Abu Qais, dari Abul Huzail ibnu Syurahbil, dari perkataan Ibnu Mas'ud r.a. sehubungan dengan nasib arwah Fir'aun dan kaumnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi di dalam hadis Isra melalui riwayat Harun Al-Abdi, dari Abu Sa'id Al-Khudn r.a., dari Rasulullah Saw. yang antara lain disebutkan bahwa kemudian aku dibawa pergi menuju ke tempat sejumlah banyak orang yang semuanya laki-laki. Tiap orang dari mereka mempunyai perut sebesar rumah yang besar; mereka dalam keadaan terbelenggu dengan memakai pakaian kaum Fir'aun, dan kaum Fir'aun ditampakkan kepada mereka neraka di setiap pagi dan petang.
dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Al-Mu’min: 46)
Fir'aun bersama kaumnya seperti unta yang terkena racun; mereka menumbukkan dirinya pada batu dan pohon, sedangkan mereka tidak sadar dengan perbuatannya itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Akhram, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik Al-Harisi, telah menceritakan' kepada kami Atabah ibnu Yaqzhan, dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq, dari Syihab, dari Ibnu Mas'ud r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda, "Tidak sekali-kali seseorang berbuat kebaikan dari kalangan orang muslim ataupun orang kafir, melainkan Allah memberi balasan." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah balasan orang kafir itu?" Nabi Saw. menjawab: jika dia telah menyambung tali persaudaraan atau memberikan suatu sedekah atau mengerjakan kebaikan, maka Allah memberinya balasan berupa harta, anak, kesehatan, dan lain sebagainya yang serupa. Kami bertanya, "Lalu apakah balasan baginya di negeri akhirat nanti?" Rasulullah Saw. menjawab: Azab tanpa penderitaan (yang harus diterimanya) Lalu beliau Saw. membaca firman-Nya: Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. (Al-Mu’min: 46)
Al-Bazzar telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dari Zaid ibnu Akhram, kemudian ia mengatakan bahwa kami tidak mengetahui Zaid ibnu Akhram mempunyai isnad selain hadis ini.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Karim ibnu Abu Umair, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Muhammad Al-Fazzari Al-Balkhi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Auza'i saat ditanya oleh seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, "Semoga Allah merahmatimu, kami telah melihat banyak burung yang keluar dari dalam laut menuju ke arah barat. Burung-burung itu berbulu putih, gelombang demi gelombang; tiada yang mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah Swt. Dan apabila hari telah petang, burung-burung itu kembali dalam keadaan hitam legam bulunya." Al-Auza'i mengatakan, "Kamu telah menyaksikannya dengan mata kepalamu sendiri?" Lelaki itu menjawab, "Benar." Maka Al-Auza'i mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam perut burung-burung itu terdapat arwah Fir'aun dan kaumnya, ditampakkan kepada mereka neraka di setiap pagi dan petang, lalu kembali ke sarang mereka, sedangkan bulu mereka telah hangus terbakar hingga menjadi hitam. Di malam hari bulu hitam itu rontok, lalu muncul kembali bulu putihnya, setelah itu burung-burung itu pergi lagi menuju ke neraka setiap pagi, dan petangnya kembali ke sarangnya. Demikianlah kebiasaan yang terjadi pada mereka di dunia. Apabila kiamat telah terjadi, Allah berfirman: Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. (Al-Mu’min: 46) Al-Auza'i mengatakan bahwa mereka (Fir'aun dan bala tentaranya) berjumlah kurang lebih enam ratus ribu personel.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya seseorang di antara kalian apabila mati, ditampakkan kepadanya setiap pagi dan petang kedudukannya. Jika dia termasuk ahli surga, maka surgalah yang ditampakkan kepadanya; dan jika dia ahli neraka, maka yang ditampakkan kepadanya adalah neraka. Lalu dikatakan kepadanya, "Inilah tempatmu kelak sampai Allah membangkitkan kamu untuk menempatinya di hari kiamat.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Malik dengan sanad yang sama.
4 Tafsir Al-Jalalain
Kemudian (neraka ditampakkan kepada mereka) maksudnya, mereka dibakar oleh api neraka (pada pagi dan petang) di setiap pagi dan petang (dan pada hari terjadinya kiamat) dikatakan kepada mereka, ("Masuklah kalian) hai (Firaun dan kaumnya) menurut suatu qiraat dibaca Adkhiluu yang artinya, Masukkanlah Firaun dan kaumnya. Ini merupakan perintah Allah kepada malaikat-malaikat-Nya (ke dalam azab yang sangat keras") yakni azab neraka
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Maka, Allah pun memelihara kaum Fir'aun yang Mukmin itu dari kekejaman tipu daya mereka, dan menampakkan neraka kepada keluarga Fir'aun pada pagi dan sore hari--di dunia, ketika berada di alam barzah. Dan pada hari kiamat, Allah berfirman, "Masukkanlah kaum Fir'aun ke dalam neraka yang paling dahsyat azabnya."
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sungguh telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata, '(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.' Maka tatkala Musa datang kepada mereka mem-bawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata, 'Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersamanya dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.' Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). Dan Fir'aun berkata (kepada pem-besar-pembesarnya), 'Biarkanlah aku membunuh Musa dan hen-daklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan keru-sakan di muka bumi.' Dan Musa berkata, 'Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.' Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata, 'Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tu-hanku ialah Allah', padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.' Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Musa berkata), 'Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan me-nolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?' Fir'aun berkata, 'Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.' Dan orang yang beriman itu berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, Ad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki ber-buat kelaliman terhadap hamba-hambaNya. Hai kaumku, sesung-guhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-me-manggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk. Dan sesungguh-nya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, 'Allah tidak akan mengirim seorang (rasul pun) sesudah-nya.' Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melam-paui batas dan ragu-ragu. (Yaitu) orang-orang yang memperdebat-kan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. Dan berkatalah Fir'aun, 'Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi, su-paya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku meman-dangnya seorang pendusta.' Demikianlah, dijadikan Fir'aun me-mandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tidaklah tipu daya Fir'aun itu melainkan membawa kerugian. Orang yang beriman itu berkata, 'Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kese-nangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan ba-rangsiapa mengerjakan amal yang shalih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rizki di dalamnya tanpa hisab. Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada kesela-matan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu me-nyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukanNya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (ber-iman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepada-nya tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.' Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), 'Ma-sukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras'." (Ghafir: 23-46).
(23) ﴾ وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا ﴿ "Dan sungguh telah Kami utus" kepada orang-orang yang mendustakan itu secara umum, ﴾ مُوسَىٰ ﴿ "Musa" bin Imran, ﴾ بِـَٔايَٰتِنَا ﴿ "dengan membawa ayat-ayat Kami" yang sangat agung yang membuktikan dengan pasti hakikat ajaran yang kare-nanya ia diutus, dan kebatilan apa yang dianut oleh orang-orang yang kepada mereka Musa diutus, yaitu syirik dan segala perang-katnya, ﴾ وَسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٍ ﴿ "dan keterangan yang nyata," maksudnya, hujjah (mukjizat, bukti, keterangan) yang sangat jelas dapat me-nguasai hati hingga membuatnya tunduk, seperti ular besar dan tongkat dan beberapa mukjizat-mukjizat lainnya yang dengannya Allah memperkuat Nabi Musa عليه السلام dan meneguhkannya pada kebenaran yang diserukannya.
(24) Yang menjadi sasaran adalah, ﴾ فِرۡعَوۡنَ وَهَٰمَٰنَ ﴿ "Fir'aun dan Haman" yang merupakan menterinya ﴾ وَقَٰرُونَ ﴿ "dan Qarun" yang termasuk kaum Nabi Musa yang membangkang terhadapnya karena harta kekayaannya. Semuanya menolak Nabi Musa dengan penolakan yang sengit terhadap (seruan) Nabi Musa bahkan me-reka mengatakan, ﴾ سَٰحِرٞ كَذَّابٞ ﴿ "Ia adalah seorang ahli sihir yang pendusta."
(25) ﴾ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ مِنۡ عِندِنَا ﴿ "Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami," dan ia pun diperkuat oleh Allah dengan beberapa mukjizat yang sangat hebat yang memaksa mereka harus benar-benar tunduk, namun mereka tidak menerima-nya, bahkan mereka tidak cukup hanya dengan sikap mengabaikan dan berpaling, dan bahkan tidak sekedar mengingkari dan menen-tangnya dengan kebatilan mereka, justru sampai pada tindakan yang sangat keji sekali, di m a n a ﴾ قَالُواْ ٱقۡتُلُوٓاْ أَبۡنَآءَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ وَٱسۡتَحۡيُواْ نِسَآءَهُمۡۚ وَمَا كَيۡدُ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "mereka berkata, 'Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersamanya dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.' Dan tipu daya orang-orang kafir itu tidak lain" di mana mereka telah merencanakan tipudaya ini dan mereka beranggapan bahwa apabila mereka membunuh anak-anak lelaki para pengikut Musa itu, maka mereka tidak akan pernah menjadi kuat dan mereka akan tetap dalam perbudakan dan di bawah kendali mereka. Maka tipu daya mereka itu tidak lain ﴾ إِلَّا فِي ضَلَٰلٖ ﴿ "hanyalah sia-sia," karena apa yang mereka inginkan tidak terjadi. Malah mereka ditimpa oleh kebalikan apa yang mereka rencanakan itu, di mana Allah membinasakan dan memusnahkan mereka secara total.
Di sini Ada Satu Kaidah Penting: Renungkanlah satu poin yang banyak disebutkan di dalam Kitabullah ini, yaitu apabila konteksnya adalah tentang satu kisah tertentu atau atas suatu permasalahan tertentu, sedangkan yang Allah سبحانه وتعالى inginkan adalah memberikan keputusan terhadapnya dengan suatu hukum (kepu-tusan) yang tidak hanya khusus dengannya, maka Allah menyebut-kan hukuman tersebut dan menetapkannya dengan ungkapan yang bersifat umum agar bermakna lebih luas, termasuk di dalamnya bentuk (putusan) yang karenanya kalimat tersebut dipaparkan, dan supaya asumsi bahwa hukum tersebut khusus untuk sesuatu yang khusus tersebut menjadi tidak ada. Maka dari itu Dia tidak mengatakan, وَمَا كَيْدُهُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (dan tipu daya mereka tidak lain melainkan sia-sia belaka), melainkan Dia berfirman, ﴾ وَمَا كَيۡدُ ٱلۡكَٰفِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَٰلٖ ﴿ "Dan tipu daya orang-orang kafir itu tidak lain melainkan sia-sia belaka."
(26) ﴾ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ﴿ "Dan Fir'aun berkata" dengan rasa som-bong, congkak dan memperdaya kaumnya yang dungu, ﴾ ذَرُونِيٓ أَقۡتُلۡ مُوسَىٰ وَلۡيَدۡعُ رَبَّهُۥٓۖ ﴿ "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia me-mohon kepada Rabbnya." Ia mengklaim, mudah-mudahan Allah menghinakannya, bahwa kalau saja tidak karena menjaga perasaan kaumnya tentu ia telah membunuhnya; dan mengklaim bahwa doa Nabi Musa kepada Tuhannya tidak akan bisa menghalanginya. Kemudian Fir'aun menjelaskan hal yang telah menyeretnya untuk membunuh Nabi Musa, yaitu sebagai kesetiaannya kepada kaum (rakyat)nya dan keinginan memberantas kejahatan di muka bumi ini, seraya berkata, ﴾ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ ﴿ "Karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agama kalian" yang kalian anut ini, ﴾ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ ﴿ "atau menimbulkan kerusakan di muka bumi."
Sungguh sangat mengherankan! Bagaimana manusia yang paling jahat menasihati masyarakat untuk tidak mengikuti manu-sia pilihan! Itu semua adalah tindakan pengelabuan dan propa-ganda yang tidak akan ada yang mengikutinya kecuali akal orang yang disebutkan oleh Allah,
﴾ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ 54 ﴿
"Maka Fir'aun membodoh-bodohi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik." (Az-Zukhruf: 54).
(27) ﴾ وَقَالَ مُوسَىٰٓ ﴿ "Dan Musa berkata" ketika Fir'aun menga-takan perkataan keji tadi, yang lahir karena keangkuhannya dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaannya, sambil Nabi Musa meminta pertolongan kepada Rabbnya, ﴾ إِنِّي عُذۡتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُم ﴿ "Se-sungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian" Maksud-nya: Aku berlindung kepada RububiyahNya yang dengannya Dia mengatur segala urusan, ﴾ مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٖ لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ ﴿ "dari setiap orang yang menyombongkan diri, yang tidak beriman kepada hari berhisab." Maksudnya, kesombongan dan keengganannya untuk beriman kepada hari perhitungan amal (kiamat) telah menyeretnya untuk berbuat kejahatan dan kerusakan.
Fir'aun dan yang lainnya masuk ke dalam hukum ini sebagai-mana telah dijelaskan pada kaidah di atas. Dan Allah سبحانه وتعالى melindungi Nabi Musa عليه السلام dengan kelembutanNya dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada Hari Kiamat, dan Allah telah membentangkan segala sebab (cara) yang dengannya ia selamat dari kejahatan Fir'aun dan para pembesarnya.
(28) Di antara sebab-sebab itu adalah seorang lelaki ber-iman dari kaum Fir'aun yang berasal dari istana kerajaan, yang pasti memiliki ucapan-ucapan yang didengar, terutama apabila menampakkan keberpihakannya kepada mereka dan merahasiakan imannya. Mereka biasanya tentu menaruh perhatian kepadanya, dan sebaliknya, mereka tidak akan menaruh perhatian kepadanya kalau ia menampakkan sikap berseberangan dengan mereka. Seba-gaimana Allah سبحانه وتعالى telah melindungi Nabi Muhammad a dari kaum Quraisy melalui pamannya, Abu Thalib, yang mana Abu Thalib adalah tokoh yang disegani di kalangan mereka, dan seagama de-ngan mereka. Kalau seandainya saja dia adalah seorang Muslim, tentu perlindungan itu tidak akan terjadi darinya.
Lelaki beriman yang cerdas lagi tegas (dari istana Fir'aun) itu berkata dengan nada mencemooh tindakan kaumnya dan kekejian rencana yang hendak mereka lakukan, ﴾ أَتَقۡتُلُونَ رَجُلًا أَن يَقُولَ رَبِّيَ ٱللَّهُ ﴿ "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah?'" Maksudnya, bagaimana kalian menghalalkan pembunuhannya, padahal dosa dan kejahatannya adalah karena ia mengucapkan "Tuhanku adalah Allah?!" Perkataan lelaki ini juga bukan perkataan yang kosong dari argumen. Maka dari itu ia berkata, ﴾ وَقَدۡ جَآءَكُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ مِن رَّبِّكُمۡۖ ﴿ "Padahal dia (Nabi Musa) telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu," ka-rena keterangan (bukti, mukjizat, dan argumen)nya sudah sangat populer di kalangan mereka, diketahui oleh anak kecil dan orang dewasa. Artinya, orang itu tidak boleh dibunuh hanya karena alasan seperti ini. Maka kenapa kalian tidak membatalkan terlebih dahulu kebenaran yang ia bawa dan kalian respons argumennya dengan argumen yang dapat mencampakkannya, baru setelah itu kalian lihat apakah halal (pantas) membunuhnya apabila kalian telah unggul atasnya berdasarkan argumen atau tidak?! Sekarang sungguh hujjahnya telah mengungguli dan argumennya menang, sehingga ada jarak pemisah yang sangat jauh antara kalian dengan dia yang dengannya kalian tidak punya alasan untuk membunuh-nya!
Lalu lelaki beriman itu mengatakan kepada mereka satu per-kataan logis yang dapat meyakinkan setiap orang yang berakal da-lam kondisi seperti apa pun adanya, seraya berkata, ﴾ وَإِن يَكُ كَٰذِبٗا فَعَلَيۡهِ كَذِبُهُۥۖ وَإِن يَكُ صَادِقٗا يُصِبۡكُم بَعۡضُ ٱلَّذِي يَعِدُكُمۡۖ ﴿ "Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian yang diancamkannya kepadamu akan menimpa-mu." Maksudnya, Nabi Musa itu ada pada dua kemungkinan: Se-bagai seorang pendusta dalam klaimnya atau sebagai seorang yang benar. Jika ia adalah seorang pendusta, maka kedustaannya dan bahaya kedustaannya hanya akan menimpa dirinya sendiri, tidak ada bahaya apa pun terhadap kalian dalam masalah ini, di mana kalian telah menolak seruannya dan menolak untuk mempercayai-nya. Tetapi jika ia benar, sedangkan ia telah datang kepada kalian dengan membawa bukti-bukti dan ia pun telah menyampaikan kepada kalian bahwa jika kalian tidak menerimanya, niscaya kalian diazab oleh Allah dengan satu azab di dunia ini dan satu azab lagi di akhirat nanti. Sesungguhnya sebagian apa yang diancamkannya terhadap kalian pasti akan menimpa kalian, dan itu adalah azab di dunia.
Ini adalah bagian dari kecerdasan akalnya dan kelembutan pembelaannya untuk Nabi Musa, di mana ia telah mengemukakan jawaban yang tidak ada kekacauannya terhadap mereka, dan ia telah menempatkan permasalahan berkisar antara dua kondisi. Yang jelas, membunuhnya adalah suatu kedunguan dan kebodohan dari kalian.
Setelah itu orang yang beriman tersebut (semoga Allah me-ridhai, mengampuni, dan merahmatinya) beralih kepada perkara yang lebih tinggi dari itu dan penjelasan tentang kedekatan Nabi Musa kepada kebenaran, seraya berkata,﴾ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٞ ﴿ "Se-sungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang berlebih-lebihan." Maksudnya, melampaui batas, karena meninggalkan yang haq dan mengutamakan yang batil, ﴾ كَذَّابٞ ﴿ "lagi pendusta" karena menisbat-kan tindakan melampaui batas itu kepada Allah. Maka orang seperti ini tidak akan diberi petunjuk oleh Allah menuju jalan kebenaran, baik pada maknanya ataupun pada dalilnya. Dan Allah tidak akan membimbingnya kepada jalan yang lurus. Maksudnya, kalian telah melihat kebenaran yang diserukan oleh Nabi Musa dan argumen-argumen logis (aqli) dan mukjizat-mukjizat samawi yang telah Allah tunjukkan kepadanya untuk dijelaskan. Maka orang yang berpe-doman kepada petunjuk ini tidak mungkin seorang yang melam-paui batas ataupun seorang pendusta.
Ini juga membuktikan kematangan ilmunya, kecerdasan akal dan ma'rifatnya tentang Allah.
(29) Kemudian orang Mukmin itu mewanti-wanti kaumnya, menasihati mereka, dan mempertakuti dengan azab alam akhirat, ia juga mencegah mereka untuk tidak terpesona dengan kekuasaan yang nampak, seraya berkata, ﴾ يَٰقَوۡمِ لَكُمُ ٱلۡمُلۡكُ ٱلۡيَوۡمَ ﴿ "Hai kaumku, un-tukmulah kerajaan pada hari ini," maksudnya, di dunia ini, ﴾ ظَٰهِرِينَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "dengan berkuasa di muka bumi" terhadap rakyat kalian, di mana kalian memberlakukan aturan apa saja yang kalian kehendaki terhadap mereka. Andaikata hal itu benar-benar kalian raih dan kalian miliki, ﴾ فَمَن يَنصُرُنَا مِنۢ بَأۡسِ ٱللَّهِ ﴿ "maka siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah," yakni, siksaanNya, ﴾ إِن جَآءَنَاۚ ﴿ "jika ia datang me-nimpa kita!" Ini adalah bagian dari kepandaiannya dalam berdak-wah, di mana permasalahan ia jadikan sebagai permasalahan ber-sama di antara mereka, dengan mengatakan, ﴾ فَمَن يَنصُرُنَا ﴿ "Siapakah yang akan menolong kita" dan perkataannya, ﴾ إِن جَآءَنَاۚ ﴿ "jika ia datang menimpa kita." Ini untuk memberikan pemahaman kepada mereka bahwasanya ia menasihati mereka sebagaimana halnya (pada saat yang sama. Pent) ia menasihati dirinya sendiri, dan ia mengingin-kan bagi mereka apa yang ia inginkan bagi dirinya sendiri.
Maka, ﴾ قَالَ فِرۡعَوۡنُ ﴿ "Fir'aun berkata" dengan menentangnya dan mempropaganda kaumnya agar tidak mengikuti Nabi Musa, ﴾ مَآ أُرِيكُمۡ إِلَّا مَآ أَرَىٰ وَمَآ أَهۡدِيكُمۡ إِلَّا سَبِيلَ ٱلرَّشَادِ ﴿ "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepa-damu selain jalan yang benar." Ia benar pada ucapannya,﴾ مَآ أُرِيكُمۡ إِلَّا مَآ أَرَىٰ ﴿ "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pan-dang baik," tetapi apa yang ia pandang baik itu?! Ia memandang untuk membodoh-bodohi kaumnya agar mereka mengikutinya sehingga ia bisa melanggengkan kekuasaannya terhadap mereka. Ia tidak memandang kebenaran ada pada pihaknya, bahkan ia me-lihat kebenaran ada pada pihak Nabi Musa, namun ia mengingkari padahal hatinya meyakininya. Dan Fir'aun berdusta pada ucapan-nya, ﴾ وَمَآ أَهۡدِيكُمۡ إِلَّا سَبِيلَ ٱلرَّشَادِ ﴿ "Dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar," sebab ini adalah tindakan membalik kebe-naran. Kalau saja ia memerintahkan kepada mereka untuk meng-ikutinya, murni atas kekafiran dan kesesatannya, tentu keburukan-nya lebih ringan. Tetapi malah ia memerintah mereka mengikuti-nya sambil mengklaim, bahwa kalau mengikuti dirinya berarti mengikuti kebenaran, sedangkan kalau mengikuti kebenaran (yang ada pada Nabi Musa, pent) berarti mengikuti kesesatan.
(30) ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِيٓ ءَامَنَ ﴿ "Dan orang yang beriman itu berkata" mengulangi kembali dakwah (menyeru) kaumnya, di mana ia tidak berputus asa dalam membawa mereka menuju hidayah, seperti halnya kebiasaan para da'i yang mengajak kepada Allah سبحانه وتعالى, mereka terus dan selalu mengajak kepada Allah سبحانه وتعالى, tidak ada sesuatu apa pun yang mampu merintangi mereka, dan kecongkakan orang-orang yang mereka seru tidak dapat membuat mereka surut untuk terus berdakwah. Maka ia berkata kepada mereka, ﴾ يَٰقَوۡمِ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُم مِّثۡلَ يَوۡمِ ٱلۡأَحۡزَابِ ﴿ "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu," yakni, umat-umat yang mendustakan yang bersatu (berkoalisi) untuk memerangi para nabi mereka dan bersatu menentangnya.
(31) Kemudian orang yang beriman itu menjelaskan kepada mereka, seraya berkata, ﴾ مِثۡلَ دَأۡبِ قَوۡمِ نُوحٖ وَعَادٖ وَثَمُودَ وَٱلَّذِينَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡۚ ﴿ "Seperti keadaan kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka." Maksudnya, seperti kebiasaan mereka dalam kekafiran dan mendustakan. Dan kebiasaan Allah (sunnatullah) terhadap mereka adalah menimpakan siksa dadakan di dunia sebelum di akhirat. ﴾ وَمَا ٱللَّهُ يُرِيدُ ظُلۡمٗا لِّلۡعِبَادِ ﴿ "Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezhaliman terhadap hamba-hambaNya." Allah tidak akan mengazab mereka tanpa perbuatan dosa yang mereka lakukan dan tanpa kejahatan yang telah mereka perbuat.
(32) Setelah ia mempertakuti mereka dengan azab-azab duniawi, maka ia pertakuti pula dengan azab-azab akhirat seraya berkata, ﴾ وَيَٰقَوۡمِ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ يَوۡمَ ٱلتَّنَادِ ﴿ "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil," maksud-nya, Hari Kiamat saat para penghuni surga memanggil-manggil para penghuni neraka. (Allah berfirman),
﴾ وَنَادَىٰٓ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ أَصۡحَٰبَ ٱلنَّارِ أَن قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقّٗا فَهَلۡ وَجَدتُّم مَّا وَعَدَ رَبُّكُمۡ حَقّٗاۖ قَالُواْ نَعَمۡۚ فَأَذَّنَ مُؤَذِّنُۢ بَيۡنَهُمۡ أَن لَّعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ 44 ٱلَّذِينَ يَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَيَبۡغُونَهَا عِوَجٗا وَهُم بِٱلۡأٓخِرَةِ كَٰفِرُونَ 45 وَبَيۡنَهُمَا حِجَابٞۚ وَعَلَى ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالٞ يَعۡرِفُونَ كُلَّۢا بِسِيمَىٰهُمۡۚ وَنَادَوۡاْ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ أَن سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡۚ لَمۡ يَدۡخُلُوهَا وَهُمۡ يَطۡمَعُونَ 46 وَإِذَا صُرِفَتۡ أَبۡصَٰرُهُمۡ تِلۡقَآءَ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِ قَالُواْ رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا مَعَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ 47 وَنَادَىٰٓ أَصۡحَٰبُ ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالٗا يَعۡرِفُونَهُم بِسِيمَىٰهُمۡ قَالُواْ مَآ أَغۡنَىٰ عَنكُمۡ جَمۡعُكُمۡ وَمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ 48 أَهَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ أَقۡسَمۡتُمۡ لَا يَنَالُهُمُ ٱللَّهُ بِرَحۡمَةٍۚ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡكُمۡ وَلَآ أَنتُمۡ تَحۡزَنُونَ 49 وَنَادَىٰٓ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ أَنۡ أَفِيضُواْ عَلَيۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ أَوۡ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُۚ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ 50 ﴿
"Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-peng-huni neraka (dengan mengatakan), 'Sesungguhnya kami dengan sebenar-nya telah memperoleh apa yang Tuhan kami janjikan kepada kami; maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu janjikan (kepadamu)?' Mereka (penduduk neraka) menjawab, 'Betul.' Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu, 'Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang lalim, (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat.' Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga, 'Salamun 'alaikum.' Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apa-bila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang lalim itu.' Dan orang-orang yang di atas A'raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan, 'Harta yang kamu kumpul-kan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.' (Orang-orang yang di atas A'raf bertanya kepada penghuni neraka), 'Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?' (Kepada orang Mukmin itu dikata-kan), 'Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati.' Dan penghuni neraka menyeru peng-huni surga, 'Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu.' Mereka (penghuni surga) menjawab, 'Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu bagi orang-orang kafir'."(Al-A'raf: 44-50).
Dan ketika para penghuni neraka memanggil Malik,
﴾ وَنَادَوۡاْ يَٰمَٰلِكُ لِيَقۡضِ عَلَيۡنَا رَبُّكَۖ قَالَ إِنَّكُم مَّٰكِثُونَ 77 ﴿
"Mereka berseru, 'Hai malaikat Malik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja.' Lalu ia jawab, 'Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)'." (Az-Zukhruf: 77).
Dan ketika mereka menyeru Tuhan mereka,
﴾ رَبَّنَآ أَخۡرِجۡنَا مِنۡهَا فَإِنۡ عُدۡنَا فَإِنَّا ظَٰلِمُونَ 107 قَالَ ٱخۡسَـُٔواْ فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ 108 ﴿
"Ya Rabb kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim." Lalu Allah menjawab mereka, dengan berfirman,"Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku." (Al-Mu`minun: 107-108).
Dan ketika dikatakan kepada kaum musyrikin,
﴾ ٱدۡعُواْ شُرَكَآءَكُمۡ فَدَعَوۡهُمۡ فَلَمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَهُمۡ ﴿
"Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu," lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka." (Al-Qashash: 64).
(33) Ia pun mempertakuti mereka, (semoga Allah meridhai-nya) akan hari yang sangat mengerikan ini dan ia merasa sangat prihatin terhadap mereka jika mereka tetap dalam kesyirikan. Maka dari itu ia berkata, ﴾ يَوۡمَ تُوَلُّونَ مُدۡبِرِينَ ﴿ "Hari ketika kamu berpaling ke bela-kang,"maksudnya, hari itu telah menyeret kalian ke neraka, ﴾ مَا لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِنۡ عَاصِمٖۗ ﴿ "tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari Allah," dan tidak ada pula kekuatan dari diri kalian untuk menolak azab Allah dan tidak ada pula seorang pun yang bisa menolong kalian selain Dia.
﴾ يَوۡمَ تُبۡلَى ٱلسَّرَآئِرُ 9 فَمَا لَهُۥ مِن قُوَّةٖ وَلَا نَاصِرٖ 10 ﴿
"Pada hari ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong." (Ath-Thariq: 9-10).
﴾ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٖ ﴿ "Dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk," sebab pe-tunjuk itu ada di Tangan Allah سبحانه وتعالى. Maka apabila Allah mencegah petunjuk bagi seorang hamba karena Dia tahu bahwa ia tidak laik mendapat petunjuk karena kebusukannya, maka tidak ada jalan apa pun untuk memberinya petunjuk.
(34) ﴾ وَلَقَدۡ جَآءَكُمۡ يُوسُفُ ﴿ "Dan sungguh telah datang Yusuf ke-padamu," yakni, Yusuf bin Ya'qub عليه السلام, ﴾ مِن قَبۡلُ ﴿ "sebelumnya," mak-sudnya, sebelum kedatangan Nabi Musa, dengan mukjizat-muk-jizat yang membuktikan kebenarannya, dan ia perintahkan kepada kalian untuk beribadah hanya kepada Allah, tanpa mempersekutu-kanNya, ﴾ فَمَا زِلۡتُمۡ فِي شَكّٖ مِّمَّا جَآءَكُم بِهِۦۖ ﴿ "tetapi kamu senantiasa dalam kera-guan tentang apa yang dibawanya kepadamu," pada masa hidupnya, ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَا هَلَكَ ﴿ "sehingga ketika dia telah meninggal," kalian bertambah ragu dan makin berbuat syirik, ﴾ قُلۡتُمۡ لَن يَبۡعَثَ ٱللَّهُ مِنۢ بَعۡدِهِۦ رَسُولٗاۚ ﴿ "kamu berkata, 'Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya'." Itulah dugaan palsu kalian dan perkiraan kalian yang sesungguh-nya sangat tidak laik bagi Allah سبحانه وتعالى. Sebab, Allah سبحانه وتعالى tidak akan mem-biarkan manusia ini sia-sia; tidak memerintah mereka dan tidak melarang mereka. Tetapi Allah mengutus rasul-rasulNya kepada mereka. Maka dugaan bahwa Allah tidak mengutus seorang rasul adalah dugaan sesat, maka dari itu Dia berfirman, ﴾ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٞ مُّرۡتَابٌ ﴿ "Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu."
Itulah karakter mereka yang sesungguhnya, yang telah mem-buat mereka berlaku zhalim dan congkak terhadap Nabi Musa. Maka mereka adalah orang-orang yang berlebih-lebihan karena telah melampaui kebenaran dan berpaling darinya menuju kese-satan. Mereka adalah para pendusta di mana mereka menisbatkan semua itu kepada Allah سبحانه وتعالى dan mendustakan para RasulNya.
Jadi, orang yang karakternya melampaui batas dan dusta, di-mana keduanya tidak pernah terlepas darinya adalah orang yang tidak akan diberi hidayah oleh Allah dan tidak dibimbing kepada kebaikan. Sebab ia telah menolak kebenaran setelah kebenaran itu sampai kepadanya dan setelah ia ketahui. Maka balasannya adalah, Allah menghukumnya dengan menghalangi hidayah darinya, se-bagaimana FirmanNya,
﴾ فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ 5 ﴿
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memaling-kan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (Ash-Shaf: 5).
﴾ وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ أَوَّلَ مَرَّةٖ وَنَذَرُهُمۡ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ 110 ﴿
"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur`an) pada per-mulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (Al-An'am: 110).
﴾ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ 258 ﴿
"Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." (Al-Baqarah: 258).
(35) Kemudian Allah menyebutkan sifat orang yang me-lampaui batas lagi pendusta, seraya berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِيٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ﴿ "Orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah" yang menjelaskan kebenaran dari kebatilan, yang karena sangat jelasnya ayat-ayat itu hingga laksana mentari bagi pandangan mata. Mereka memperde-batkannya sekalipun ayat-ayat itu sudah sangat jelas sekali, agar mereka bisa menolak dan membatalkannya, ﴾ بِغَيۡرِ سُلۡطَٰنٍ أَتَىٰهُمۡۖ ﴿ "tanpa alasan yang sampai kepada mereka." Maksudnya, tanpa argumen dan alasan yang benar.
Ini adalah karakter pokok setiap orang yang memperdebat-kan ayat-ayat Allah. Sebab, mustahil ia akan bisa berdebat berda-sarkan argumen (dalil yang benar), sebab kebenaran itu tidak bisa ditentang oleh siapa pun. Maka ia sama sekali tidak mungkin me-nolak (menentang)nya dengan dalil syar'i atau dalil aqli.
﴾ كَبُرَ ﴿ "Amat besar" ucapan yang mengandung penolakan terhadap kebenaran dengan batil itu, dan m e r u p a k a n ﴾ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۚ ﴿ "kemurkaan di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman." Jadi, Allah sangat murka terhadap pengucapnya, sebab ucapannya mengandung pendustaan terhadap kebenaran dan membenarkan kebatilan serta menisbatkannya kepada Allah. Ini semua adalah perkara-perkara yang membuat Allah sangat murka kepadanya dan kepada siapa saja yang berkarakterkan demikian. Dan demikian pula hamba-hambaNya yang beriman sangat mem-benci perbuatan tersebut dengan sebenci-bencinya, sejalan dengan Tuhan mereka. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah سبحانه وتعالى. Dan kebencian mereka adalah bukti atas kekejian orang yang me-reka benci.
﴾ كَذَٰلِكَ ﴿ "Demikianlah" sebagaimana Allah mengunci mati hati keluarga Fir'aun, maka ﴾ يَطۡبَعُ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلۡبِ مُتَكَبِّرٖ جَبَّارٖ ﴿ "Allah mengunci mati setiap hati orang yang sombong dan sewenang-wenang," yang me-nyombongkan diri terhadap kebenaran dengan menolaknya dan terhadap manusia dengan meremehkan mereka; sewenang-wenang dengan banyak berbuat zhalim dan jahat.
(36-37) ﴾ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ﴿ "Dan berkatalah Fir'aun" seraya menen-tang Nabi Musa عليه السلام dan mendustakan dakwah beliau untuk ber-iman kepada rabbul 'alamin yang bersemayam di 'Arasy dan Maha-tinggi di atas makhlukNya, ﴾ يَٰهَٰمَٰنُ ٱبۡنِ لِي صَرۡحٗا ﴿ "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi," maksudnya, sebuah bangunan raksasa yang sangat tinggi. Tujuannya adalah agar aku bisa melihat, ﴾ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُۥ كَٰذِبٗاۚ ﴿ "Tuhannya Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta" dalam dakwaannya (klaimnya) bahwa kita mempunyai Rabb, dan bahwa Rabb itu di atas langit sana. Fir'aun sebenarnya hanya ingin mewaspadai dan menguji permasalahan secara langsung. Allah سبحانه وتعالى berfirman dalam menjelas-kan apa yang menyeret Fir'aun mengucapkan perkataan tersebut. ﴾ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ ﴿ "Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu." Dihiasi baginya agar dia memandang baik perbuatan jahatnya itu, dan setan pun terus memperindahnya, menyerukannya dan menghiasinya, hingga Fir'aun melihatnya indah lalu menyerukannya dan melakukan perdebatan seolah-olah perdebatan orang yang berbuat kebenaran, padahal ia sebenarnya adalah pembuat kerusakan terbesar. ﴾ وَصُدَّ عَنِ ٱلسَّبِيلِۚ ﴿ "Dan dia dihalangi dari jalan" kebenaran disebabkan kebatilan yang dihiaskan kepada-nya.
﴾ وَمَا كَيۡدُ فِرۡعَوۡنَ ﴿ "Dan tidaklah tipu daya Fir'aun itu," yaitu yang ia maksudkan untuk memberangus kebenaran dan mengela-bui manusia bahwa dia adalah yang benar sedangkan Nabi Musa adalah yang berbuat kebatilan, ﴾ إِلَّا فِي تَبَابٖ ﴿ "melainkan membawa kerugian," maksudnya, kegagalan dan sia-sia, tidak menguntung-kannya sama sekali, melainkan kesengsaraan baginya dan bagi orang yang mengikutinya di dunia dan di akhirat.
(38) ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِيٓ ءَامَنَ ﴿ "Orang yang beriman itu berkata" meng-ulangi nasihatnya kepada kaumnya, ﴾ يَٰقَوۡمِ ٱتَّبِعُونِ أَهۡدِكُمۡ سَبِيلَ ٱلرَّشَادِ ﴿ "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar," tidak seperti yang dikatakan kepada kalian oleh Fir'aun, sebab dia tidak menunjukkan kepada kalian kecuali jalan kesesatan dan kerusakan.
(39) ﴾ يَٰقَوۡمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا مَتَٰعٞ ﴿ "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan," disenangi dan dinikmati hanya sebentar saja, lalu terputus dan sirna. Maka janganlah kalian tertipu atau terpedaya dari tujuan kalian diciptakan. ﴾ وَإِنَّ ٱلۡأٓخِرَةَ هِيَ دَارُ ٱلۡقَرَارِ ﴿ "Dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal," yang menjadi tempat tinggal, tempat kedamaian, dan ketentraman. Maka hendak-nya kalian mengutamakannya dan melakukan amalan untuknya yang dapat membuat kalian bahagia di dalamnya.
(40) ﴾ مَنۡ عَمِلَ سَيِّئَةٗ ﴿ "Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat" seperti syirik, kefasikan, atau maksiat, ﴾ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَاۖ ﴿ "maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu." Maksud-nya, tidak dibalas kecuali dengan balasan yang membuatnya buruk dan sedih, karena balasan kejahatan adalah keburukan.
﴾ وَمَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ ﴿ "Dan barangsiapa yang menger-jakan amal yang shalih baik laki-laki maupun perempuan," baik berupa amalan-amalan hati, anggota tubuh, atau ucapan-ucapan lisan, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ يُرۡزَقُونَ فِيهَا بِغَيۡرِ حِسَابٖ ﴿ "maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rizki di dalamnya tanpa hisab." Maksudnya, mereka di-beri balasan pahala tanpa batas dan tanpa hitungan, malah ia diberi balasan oleh Allah dengan balasan yang jauh melebihi apa yang bisa dicapai oleh amal-amal mereka.
(41) ﴾ وَيَٰقَوۡمِ مَا لِيٓ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلنَّجَوٰةِ ﴿ "Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan" dengan apa yang telah aku katakan kepada kalian, ﴾ وَتَدۡعُونَنِيٓ إِلَى ٱلنَّارِ ﴿ "tetapi kamu menyeru aku ke neraka" dengan tidak mau mengikuti Nabiyullah Musa عليه السلام.
(42) Lalu orang Mukmin itu menguraikannya seraya ber-kata, ﴾ تَدۡعُونَنِي لِأَكۡفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشۡرِكَ بِهِۦ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞ ﴿ "Kamu menyeruku supaya aku kafir kepada Allah dan mempersekutukanNya dengan apa yang tidak kuketahui," bahwasanya ia berhak disembah selain Allah. Padahal berkata atas nama Allah tanpa ilmu adalah termasuk dosa yang paling besar dan paling buruk, ﴾ وَأَنَا۠ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلۡعَزِيزِ ﴿ "sedangkan aku menyeru kamu kepada Yang Mahaperkasa" yang kepunyaanNya sajalah seluruh kekuatan, sedangkan selain Dia sama sekali tidak mempunyai wewenang apa pun, ﴾ ٱلۡغَفَّٰرِ ﴿ "lagi Maha Pengampun" yang apabila manusia melampaui batas diri mereka dan lancang melakukan apa-apa yang dimurkai Allah, lalu ia bertaubat dan kembali kepadaNya, maka Dia hapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan mereka dan mencegah akibat buruknya, yaitu hukuman dan siksa dunia dan akhirat.
(43) ﴾ لَا جَرَمَ ﴿ "Sudah pasti," maksudnya, yang sudah pasti dan yakin ﴾ أَنَّمَا تَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِ لَيۡسَ لَهُۥ دَعۡوَةٞ فِي ٱلدُّنۡيَا وَلَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ ﴿ "bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia maupun di akhirat." Maksudnya, tidak berhak diseru-kan kepadanya dan tidak pula dijadikan sandaran di dunia dan di akhirat karena ketidakberdayaan dan kelemahannya, dan karena ia tidak bisa memberikan manfaat ataupun menimpakan marabahaya, tidak bisa mematikan, menghidupkan ataupun membangkitkan. ﴾ وَأَنَّ مَرَدَّنَآ إِلَى ٱللَّهِ ﴿ "Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah" سبحانه وتعالى, lalu Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya. ﴾ وَأَنَّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ هُمۡ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ ﴿ "Dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka." Mereka-lah orang-orang yang telah melampaui batas terhadap diri mereka dengan lancang terhadap Allah, melakukan kemaksiatan dan keka-firan kepadaNya.
(44) Setelah ia menasihati mereka, mengingatkan dan me-wanti-wanti mereka, namun mereka tetap tidak mematuhinya dan tidak pula mereka menyetujuinya, maka ia berkata kepada mereka ﴾ فَسَتَذۡكُرُونَ مَآ أَقُولُ لَكُمۡۚ ﴿ "Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kuka-takan kepadamu" dari nasihat ini, dan kalian melihat akibat buruk dari tidak menerima nasihatku ini pada saat siksa menimpa kalian nanti dan saat kalian tidak diberi limpahan pahala.﴾ وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ ﴿ "Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah." Maksudnya, aku bersandar kepada Allah, berlindung kepadaNya dan aku serahkan semua urusanku semuanya ke hadiratNya, dan aku bertawakal kepadaNya dalam segala maslahatku dan dalam mencegah bahaya yang akan menimpaku dari kalian, atau dari orang lain selain kalian.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya." Dia mengetahui keadaan dan perihal kalian dan apa yang berhak kalian peroleh. Dia mengetahui keadaanku dan ketidakberdayaanku, lalu Dia akan melindungiku dari kalian dan memeliharaku dari kejahatan kalian; dan Dia mengetahui keadaan kalian. Oleh karena itu kalian tidak akan berbuat melainkan atas kehendak dan kemauanNya. Jika Dia menjadikan kalian mengua-saiku, maka itu berdasarkan hikmah (kebijaksanaan)Nya, dan ber-dasarkan kehendak dan kemauanNya semua itu terjadi.
(45-46) ﴾ فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ ﴿ "Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka." Allah Yang Mahakuat lagi Maha Pengasih memelihara lelaki beriman yang mendapat hidayah itu dari keburukan apa yang telah direncanakan oleh Fir'aun, dan Allah melindungiNya dari rencana Fir'aun untuk membunuh dan membinasakannya karena ia telah menampakkan kepada mereka sikap yang tidak mereka sukai dan ia menampakkan kepada me-reka bahwa ia berpihak kepada Nabi Musa عليه السلام. Ia mengajak mereka kepada apa yang diserukan oleh Nabi Musa.
Ini adalah perkara yang mereka tidak sanggup melakukannya padahal pada saat itu mereka adalah orang-orang yang berkuasa (sangat kuat). Lelaki ini telah membuat mereka sangat marah dan jengkel kepadanya.
Maka dari itu mereka hendak melakukan tipudaya terhadap-nya, namun Allah melindunginya dari tipudaya dan rencana jahat mereka. Tipudaya dan rencana jahat mereka berbalik menimpa mereka sendiri. ﴾ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ ٱلۡعَذَابِ ﴿ "Dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." Allah menenggelamkan mereka semuanya dalam satu pagi hari; dan di alam barzakh kemudian, ﴾ ٱلنَّارُ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡهَا غُدُوّٗا وَعَشِيّٗاۚ وَيَوۡمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدۡخِلُوٓاْ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ أَشَدَّ ٱلۡعَذَابِ ﴿ "kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadi-nya Kiamat (dikatakan kepada malaikat), 'Masukkanlah Fir'aun dan kaum-nya ke dalam azab yang sangat keras'." Itulah siksaan dan hukuman yang sangat keji yang ditimpakan terhadap orang-orang yang men-dustakan para utusan Allah dan membangkang terhadap perintah-Nya.