Az-Zukhruf Ayat 56
فَجَعَلْنٰهُمْ سَلَفًا وَّمَثَلًا لِّلْاٰخِرِيْنَ ࣖ ( الزخرف: ٥٦ )
Faja`alnāhum Salafāan Wa Mathalāan Lil'ākhirīna. (az-Zukhruf 43:56)
Artinya:
maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian. (QS. [43] Az-Zukhruf : 56)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Lalu Kami jadikan mereka yang menentang terhadap ajaran-ajaran Allah yang dibawa oleh Nabi Musa dan hukuman yang ditimpakan kepada mereka itu sebagai kaum terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang datang kemudian.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kasus Fir'aun itu merupakan contoh yang patut dijadikan pelajaran oleh generasi-generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Pelajarannya adalah agar siapa pun tidak meniru tingkah laku Fir'aun yang congkak dan durhaka. Dan bahwa siapa pun yang congkak dan durhaka akan mengalami nasib yang sama seperti Fir'aun itu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Adapun firman Allah Swt.:
dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf: 56)
Abu Mijlaz mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagai pelajaran dan contoh bagi orang yang melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh mereka. Abu Mijlaz dan Mujahid mengatakan bahwa matsalan artinya pelajaran bagi orang-orang yang sesudah mereka (agar tidak mengerjakan seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka).
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran) lafal Salafan merupakan bentuk jamak dari lafal salifun, wazannya sama dengan lafal Khadimun atau pelayan, yang jamaknya adalah Khadamun; yakni orang-orang terdahulu yang dijadikan sebagai pelajaran (dan contoh bagi orang-orang yang kemudian) sesudah mereka, di mana orang-orang yang sesudah mereka itu dapat mengambil contoh dari keadaan mereka, karena itu mereka tidak berani melakukan hal-hal serupa.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Fir'aun dan pengikutnya Kami jadikan sebagai pelajaran bagi orang-orang kafir setelahnya dalam menerima siksaan yang serupa dengan mereka. Selain itu, mereka juga Kami jadikan sebagai bahan pembicaraan luar biasa yang dapat menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan dari Rabb seru sekalian alam.' Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya. Dan tidaklah Kami perli-hatkan kepada mereka suatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami tim-pakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan mereka berkata, 'Hai ahli sihir, berdoalah kepada Rabbmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikanNya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dika-bulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk. Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya). Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, 'Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku. Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau ma-laikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?' Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu me-reka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian." (Az-Zukhruf: 46-56).
(46) Ketika Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَسۡـَٔلۡ مَنۡ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رُّسُلِنَآ أَجَعَلۡنَا مِن دُونِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ءَالِهَةٗ يُعۡبَدُونَ ﴿ "Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, 'Adakah Kami menentukan sesembahan-sesembahan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah'." Allah سبحانه وتعالى menjelaskan kondisi Nabi Musa عليه السلام dan seruannya yang meru-pakan seruan termasyhur di antara para rasul, dan juga karena Allah سبحانه وتعالى sering menyebutnya di dalam al-Qur`an. Allah سبحانه وتعالى menye-butkan kondisinya bersama Fir'aun seraya berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan mem-bawa mukjizat-mukjizat Kami," yang secara pasti menunjukkan ke-benaran yang dibawanya seperti tongkat, ular, belalang, kutu dan mukjizat lain untuk Fir'aun dan tentaranya (pemuka kaumnya) seraya berkata, ﴾ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Rabb seru sekalian alam," Musa mengajak mereka untuk mengakui Rabb mereka dan melarang mereka untuk menyembah selainNya.
(47-48) ﴾ فَلَمَّا جَآءَهُم بِـَٔايَٰتِنَآ إِذَا هُم مِّنۡهَا يَضۡحَكُونَ ﴿ "Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami, dengan serta merta mereka menertawakannya," yaitu mereka menolak, menging-kari, dan menertawakannya secara zhalim dan sombong. Hal itu bukan karena kekurangan dalam tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى dan bukan karena kurang jelasnya tanda-tanda itu, karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَمَا نُرِيهِم مِّنۡ ءَايَةٍ إِلَّا هِيَ أَكۡبَرُ مِنۡ أُخۡتِهَاۖ ﴿ "Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka suatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya," artinya, tanda-tanda kebe-saran Allah سبحانه وتعالى yang belakangan lebih besar dari yang sebelumnya. ﴾ وَأَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ ﴿ "Dan Kami timpakan kepada mereka azab," seperti de-ngan belalang, kutu, katak, dan darah sebagai tanda-tanda kebe-saran yang memberi penjelasan. ﴾ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ﴿ "Supaya mereka kembali (ke jalan yang benar)," pada Islam dan tunduk padanya, agar kesyi-rikan dan keburukan mereka sirna.
(49) ﴾ وَقَالُواْ ﴿ "Dan mereka berkata," ketika azab menimpa mereka, ﴾ يَٰٓأَيُّهَ ٱلسَّاحِرُ ﴿ "Hai ahli sihir," maksud mereka adalah Nabi Musa عليه السلام. Perkataan ini mungkin merupakan celaan atau mungkin perkataan ini bagi mereka adalah sebuah pujian. Mereka tunduk padanya dengan menggunakan nada bicara layaknya berbicara dengan pembesar-pembesar mereka, yaitu para tukang sihir, me-reka berkata, ﴾ يَٰٓأَيُّهَ ٱلسَّاحِرُ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ ﴿ "Hai ahli sihir, berdoalah kepada Rabbmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikanNya kepadamu," dengan sesuatu yang dikhususkan Allah سبحانه وتعالى padamu dan dilebihkan padamu dengan berbagai kelebihan dan kebajikan agar Dia melenyapkan siksaan dari kami, ﴾ إِنَّنَا لَمُهۡتَدُونَ ﴿ "sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk," bila Allah سبحانه وتعالى melenyapkan siksaan ini dari kami.
(50) ﴾ فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابَ إِذَا هُمۡ يَنكُثُونَ ﴿ "Maka tatkala Kami hilang-kan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janji-nya)," artinya mereka tidak menepati ucapan, tapi mereka malah mengingkari dan terus berada dalam kekufuran. Hal ini seperti yang difirmankan Allah سبحانه وتعالى,
﴾ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمُ ٱلطُّوفَانَ وَٱلۡجَرَادَ وَٱلۡقُمَّلَ وَٱلضَّفَادِعَ وَٱلدَّمَ ءَايَٰتٖ مُّفَصَّلَٰتٖ فَٱسۡتَكۡبَرُواْ وَكَانُواْ قَوۡمٗا مُّجۡرِمِينَ 133 ﴿
"Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa." (Al-A'raf: 133).
Ketika larangan itu menimpa mereka, mereka berkata,
﴾ يَٰمُوسَى ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَۖ لَئِن كَشَفۡتَ عَنَّا ٱلرِّجۡزَ لَنُؤۡمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرۡسِلَنَّ مَعَكَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ 134 فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلرِّجۡزَ إِلَىٰٓ أَجَلٍ هُم بَٰلِغُوهُ إِذَا هُمۡ يَنكُثُونَ 135 ﴿
"Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Rabbmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguh-nya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya." (Al-A'raf: 134-135).
(51) ﴾ وَنَادَىٰ فِرۡعَوۡنُ فِي قَوۡمِهِۦ قَالَ ﴿ "Dan Fir'aun berseru kepada kaum-nya (seraya) berkata," dengan rasa tinggi hati karena kebatilannya, kekuasaan membuatnya tertipu, harta dan bala tentara membuat-nya melampaui batas, ﴾ يَٰقَوۡمِ أَلَيۡسَ لِي مُلۡكُ مِصۡرَ ﴿ "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku," yaitu, bukankah aku penguasa dan yang mengaturnya? ﴾ وَهَٰذِهِ ٱلۡأَنۡهَٰرُ تَجۡرِي مِن تَحۡتِيٓۚ ﴿ "Dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku," yaitu sungai-sungai yang mengalir dari sungai Nil di tengah istana dan kebun, ﴾ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ ﴿ "apakah kalian tidak me-mandang," kerajaan yang panjang dan luas ini? Inilah puncak kebo-dohan Fir'aun karena merasa bangga dengan sesuatu yang berada di luar kuasa dirinya, bukan berbangga diri dengan sifat-sifat yang terpuji atau tindakan-tindakan lurus.
(52) ﴾ أَمۡ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡ هَٰذَا ٱلَّذِي هُوَ مَهِينٞ ﴿ "Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini?" Fir'aun, semoga Allah سبحانه وتعالى memburukkannya, menghina Nabi Musa bin 'Imran, kalimullah yang terpandang di sisi Allah سبحانه وتعالى. Artinya, aku (Fir'aun) perkasa sedangkan ia (Musa عليه السلام) hina, manakah di antara kami yang lebih baik? Di samping itu ﴾ ل َ ا يَكَادُ يُبِينُ ﴿ "hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)," dari dasar benaknya dengan perkataan, sebab Nabi Musa tidak bisa berbicara fasih. Ini sama sekali bukanlah cacat jika Musa bisa mengucapkan apa yang ada di benaknya meski untuk berbicara terasa berat baginya.
(53) Selanjutnya Fir'aun berkata, ﴾ فَلَوۡلَآ أُلۡقِيَ عَلَيۡهِ أَسۡوِرَةٞ مِّن ذَهَبٍ ﴿ "Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas," yaitu, me-ngapa Musa tidak seperti ini, berhiaskan perhiasan gelang, ﴾ أَوۡ جَآءَ مَعَهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ مُقۡتَرِنِينَ ﴿ "atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya," menolong seruannya dan memperkokoh perka-taannya.
(54) ﴾ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ ﴿ "Maka Fir'aun mempengaruhi kaum-nya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya," yakni, mem-pengaruhi akal kaumnya dengan menampakkan syubhat itu, yang tidak bisa menggemukkan dan tidak bisa menghilangkan rasa lapar, tidak ada hakikatnya, dan bukan dalil atas kebenaran atau kebatilan. Syubhat itu hanya diucapkan oleh orang-orang yang lemah akal. Dalil apa yang menunjukkan bahwa Fir'aun benar hanya karena dia menjadi raja Mesir dan sungai-sungai mengalir di bawahnya? Dalil apa yang menunjukkan kebatilan agama yang dibawa Nabi Musa hanya karena minimnya pengikut, berat lidah-nya dan tidak diberi perhiasan oleh Allah سبحانه وتعالى? Nabi Musa berhadap-an dengan sekelompok besar yang tidak bisa menerima apa-apa yang logis (masuk akal), maka apapun yang dikatakan Fir'aun, baik yang benar maupun yang batil, mereka ikuti saja.﴾ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ ﴿ "Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik," sebab kefasikan mereka adalah karena Fir'aun menghiasi kesyirikan dan keburukan untuk mereka.
(55-56) ﴾ فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ﴿ "Maka tatkala mereka membuat Kami murka," yaitu membuat Kami murka karena perbuatan-perbuatan mereka, ﴾ ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ فَأَغۡرَقۡنَٰهُمۡ أَجۡمَعِينَ 55 فَجَعَلۡنَٰهُمۡ سَلَفٗا وَمَثَلٗا لِّلۡأٓخِرِينَ 56 ﴿ "Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian," agar orang-orang menjadikannya seba-gai pelajaran dan agar dijadikan sebagai nasihat bagi orang-orang yang mau menjadikannya sebagai nasihat.