"Katakanlah, 'Jika benar (Rabb) Yang Maha Pemurah mem-punyai anak laki-laki, maka akulah (Muhammad) orang pertama yang menyembah (anak itu). Mahasuci Rabb Yang mempunyai langit dan bumi, Rabb Yang mempunyai Arasy, dari apa yang mereka sifatkan itu.' Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka." (Az-Zukhruf: 81-83).
(81) Maksudnya, katakanlah wahai Rasul yang mulia ke-pada orang-orang yang menganggap Allah سبحانه وتعالى mempunyai anak, padahal Dia adalah Masa Esa dan Tunggal, hanya Dia tempat ber-gantung segala sesuatu yang tidak memiliki pendamping dan tidak juga anak, Dia tidak memiliki sekutu satu pun, ﴾ قُلۡ إِن كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدٞ فَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡعَٰبِدِينَ ﴿ "Katakanlah, 'Jika benar (Rabb) Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang pertama yang menyembah'," yakni anak itu, karena anak adalah bagian dari ayahnya. Aku adalah makhluk yang paling berhak tunduk pada perintah-perintah yang dicintai Allah سبحانه وتعالى tapi aku adalah orang pertama yang memungkiri hal itu dan paling menafikannya. Dengan demikian, kebatilan anggapan mereka diketahui. Ini adalah hujjah yang agung bagi orang yang mengetahui kondisi para Rasul, dan bahwasanya bila diketahui bahwa Muhammad a adalah makhluk paling sempurna, maka dialah orang pertama yang terlebih dahulu mengetahui ke-baikan dan menyempurnakannya, dan dialah orang pertama yang terlebih dahulu mengetahui keburukan dan meninggalkan serta mengingkarinya, serta jauh darinya. Andai Allah سبحانه وتعالى memiliki anak, pasti Muhammad bin Abdullah, rasul terbaik, adalah rasul pertama yang menyembahnya dan tidak didahului oleh orang-orang musyrik.
Kemungkinan makna lain ayat ini: Andaikan Allah سبحانه وتعالى memi-liki anak, aku adalah orang pertama yang menyembahnya untuk Allah سبحانه وتعالى. Termasuk ibadahku kepada Allah سبحانه وتعالى adalah menetapkan apa pun yang telah ditetapkanNya dan menafikan apa pun yang dinafikanNya. Inilah ibadah yang bersifat ucapan dan I'tiqadiyah (keyakinan)(yang merupakan ibadah lisan dan hati). Sebagai ke-harusan atas hal ini, bila memang anggapan orang-orang musyrik benar, tentu aku adalah orang pertama yang menetapkannya. Dengan demikian diketahui kebatilan klaim orang-orang musyrik itu serta rusaknya secara logika dan naqli.
(82) ﴾ سُبۡحَٰنَ رَبِّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴿ "Mahasuci Rabb Yang mempunyai langit dan bumi, Rabb Yang mempunyai Arasy, dari apa yang mereka sifatkan itu," dari sekutu, penolong, pembantu, anak, dan lainnya yang dinisbatkan oleh orang-orang musyrik.
(83) ﴾ فَذَرۡهُمۡ يَخُوضُواْ وَيَلۡعَبُواْ ﴿ "Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main," yakni tenggelam dalam keba-tilan dan bermain-main dengan kemustahilan. Ilmu mereka mem-bahayakan dan tidak berguna, karena mereka menyelami dan me-neliti berbagai ilmu yang digunakan untuk menentang kebenaran yang dibawa oleh para rasul. Semua tindakan mereka adalah permainan dan kebodohan yang tidak bisa menyucikan jiwa dan membuahkan pengetahuan. Oleh sebab itulah Allah سبحانه وتعالى mengancam mereka dengan sesuatu di hadapan mereka pada Hari Kiamat se-raya berfirman, ﴾ حَتَّىٰ يُلَٰقُواْ يَوۡمَهُمُ ٱلَّذِي يُوعَدُونَ ﴿ "Sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka," mereka akan mengetahui apa yang mereka dapatkan berupa kesengsaraan abadi dan siksa yang terus menerus.