وَلَقَدِ اخْتَرْنٰهُمْ عَلٰى عِلْمٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ ۚ ( الدخان: ٣٢ )
Wa Laqad Akhtarnāhum `Alaá `Ilmin `Alaá Al-`Ālamīna. (ad-Dukhān 44:32)
Artinya:
Dan sungguh, Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan ilmu (Kami) di atas semua bangsa (pada masa itu). (QS. [44] Ad-Dukhan : 32)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan dengan sungguh-sungguh, Kami telah memilih mereka, yakni Bani Israil, dengan dasar ilmu Kami untuk memiliki kelebihan di atas semua bangsa-bangsa yang lain pada masa itu.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah menerangkan bahwa Dia telah memilih Bani Israil atas orang-orang pandai pada zaman mereka; menurunkan kepada mereka kitab-kitab Samawi, mengutus pada mereka rasul-rasul karena Dia Maha Mengetahui kesanggupan dan kemampuan mereka.
Beberapa fakta sejarah dan fakta kekinian telah membuktikan pernyataan Allah swt, seperti tercantum dalam Al-Qur'an, Surah al-Jatsiyah/45: 16 di bawah ini.
Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, Kami anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masa itu).
Fakta sejarah memperlihatkan kepada kita bahwa sebagian besar para Nabi dan rasul berasal dari kalangan Bani Israil. Nama-nama para nabi/rasul dari kalangan Bani Israil, yang tercantum di dalam Al-Qur'an, diawali dari Nabi Yakub. Nabi-nabi yang bergelar Israil, adalah: (1) Yakub [Jacob], (2) Yusuf [Joseph], (3) Musa,[Moses] (4) Harun [Aron], (5) Daud [David], (6) Sulaiman [Solomon], (7) Ilyas [Eliah], (8) Ilyasa [Elisha], (9) Uzair [Ezra], (10) Zulkifli [Ezekiel], (11) Junus [Jonah] (12) Ayyub [Job], (13) Zakariyya [Zeccharia], (14) Yahya [John], dan (15) Isa [Jesus]. Jika moyang Israil seperti Nabi Ibrahim [Abraham], Nabi Lut [Lot], dan Nabi Ishak,[Isaac] dimasukkan, maka jumlah nabi/rasul dari kalangan Israil yang tercantum dalam Al-Qur'an adalah 18 orang. Dari fakta sejarah ini jelas, bahwa bangsa Israil telah dikaruniai banyak rasul/nabi melebihi bangsa-bangsa lainnya. Sebagai pelengkap dari anugerah derajat kenabian/kerasulan itu, Allah swt menurunkan Kitab Suci Taurat kepada Nabi Musa dan Kitab Suci Zabur kepada Nabi Daud, yang menjadi pegangan hukum bagi kalangan Israil. Kemudian diturunkan pula Kitab Suci Injil kepada Nabi Isa, yang mestinya menjadi pegangan hukum pula bagi kalangan Bani Israil, namun kemudian ditolak oleh Bani Israil. Dalam agama Kristiani, kitab Taurat, Zabur dan Injil, dijadikan pegangan, dan ketiga Kitab Suci itu dikompilasikan kedalam Perjanjian Lama (untuk Taurat dan Zabur) dan Perjanjian Baru (untuk Injil). Ketiga Kitab Suci itulah yang telah membangkitkan atau melahirkan peradaban Yahudi-Kristiani yang ada di dunia sampai saat ini. Fakta sejarah juga menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman adalah seorang raja yang sangat adil, dan kekuasaannya membentang sangat luas. Pada masa Raja Sulaiman, kekuasaannya membentang dari Palestina di barat sampai perbatasan India di sebelah timur. Ke selatan sampai dengan Yaman dan di utara sampai ke perbatasan Siria.
Fakta kekinian juga memperlihatkan bahwa banyak pionir ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu kealaman, teknologi atau ilmu-ilmu sosial, muncul dari kalangan Bani Israil. Para Pemenang Nobel (Nobel Laurreates) adalah dari kalangan Bani Israil. Mereka adalah: Albert Einstein (ahli Fisika, dan Kosmologi), Enrico Fermi (ahli Fisika-nuklir), Erwin Schrodinger (ahli Fisika Kuantum), Max Born (ahli Fisika Kuantum), Raould Hoffman (ahli Kimia Fisika Organik), Richard Feynmann (ahli Fisika Kuantum). Disamping itu, para ahli filsafat, seperti Karl Marx (penemu teori ekonomi Marxian), Charles Darwin (penemu Teori Evolusi) dan Sigmund Freud (ahli Psikoanalisis), juga berasal dari kalangan Bani Israil. Pionir-pionir diatas telah mempengaruhi jalannya sejarah ummat manusia sekarang ini.
Fakta di atas, telah dapat menjelaskan kepada kita tentang pernyataan Allah swt, yang tercantum dalam Al-Qur'an, surah 44: 32 dan 45: 16. Faktor genetik merupakan kunci dari keunggulan manusia, sebagaimana keunggulan dalam dunia Botani (Tumbuhan) maupun Zoologi (Hewan). Faktor genetik manusia juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika suatu populasi kelompok manusia (Kelompok-A) bermigrasi ke suatu tempat kelompok manusia yang lain (kelompok-B), dan apabila terjadi perkawinan diantara anggota kedua populasi itu, maka akan terjadi gene flow baik dari gena kelompok-A ke kelompok-B maupun sebaliknya (lihat The New Encyclopaedia Brittanica, Vol. 19, Macropaedia, 2005, Gene in Populations, hal. 719-720)
Gene flow ini mampu memperkaya faktor genetik. Lebih kurang 4000 tahun yang lalu, keluarga Nabi Ibrahim, yang terdiri dari istri Beliau: Sarah, keponakan beliau: Nabi Lut, bermigrasi dari wilayah Ur (Babilonia, atau Iraq sekarang ini), ke utara sampai di wilayah Harran (Sekarang masuk wilayah tenggara Turki). Kemudian bermigrasi lagi ke selatan, yaitu ke Siria, Palestina; dan terus ke Mesir, dimana Beliau menikahi Hajar. Keluarga Ibrahim ini kemudian bermigrasi ke Arabia dan balik ke Palestina. Beliau bermukim di sana sampai wafatnya. Karena seringnya berpindah-pindah tempat inilah, maka kelompok kecil keluarga Ibrahim ini, dikenal sebagai suku Ibrani, artinya yang berpindah-pindah tempat. Dalam migrasinya ini, kelompok keluarga Ibrahim 'berhubungan dengan banyak peradaban-peradaban maju waktu itu, seperti peradaban Babilonia, Assiria, Kanaan, dan Mesir. Gen flow tentu akan terjadi pada era migrasi Ibrahim ini, sehingga suku Ibrani mengalami pengayaan genetik (genetic enrichment). Yang unik adalah, suku Ibrani ini tetap mampu menjaga ciri khasnya sebagai suku yang menganut Tauhid; berbeda dengan ummat-ummat sekitarnya. Kebiasaan suku Ibrani ini, yang kemudian diteruskan oleh generasi yang lebih muda: Bani Israil, diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya, baik dengan perluasan wilayah, seperti pada era Raja Sulaiman, maupun pada saat Bani Israil mengalami 'pembuangan selama hampir 2000 tahun di Eropa, mulai dari tahun 70 M sampai mereka kembali ke Palestina tahun 1948 M. Gene enrichment selama hampir 4000 tahun peradaban Israil terjadi; ini mungkin kelebihan yang dianugerahkan oleh Allah swt. kepada umat Israil itu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. (Ad-Dukhan: 32)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami pilih mereka dengan pengetahuan (kami) atas bangsa-bangsa. (Ad-Dukhan: 32) Yaitu di atas semua orang yang ada di zaman mereka.
Qatadah mengatakan bahwa mereka (Bani Israil) dipilih oleh Allah atas orang-orang yang semasa dengan mereka. Demikian itu karena dikatakan bahwa di setiap zaman terdapat orang yang 'alimnya tersendiri. Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Allah berfirman, "Hai Musa, sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu)." (Al-A'raf: 144)
Yakni atas orang-orang yang hidup di masanya. Semakna pula dengan apa yang disebutklan oleh firman-Nya tentang Maryam a.s.:
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yarig semasa dengan kamu). (Ali Imran: 42)
Karena sesungguhnya Siti Khadijah r.a. adakalanya lebih utama daripada dia, paling tidak menyamainya dalam keutamaan, demikian pula Asiah binti Muzahim istri Fir'aun. Dan keutamaan Siti Aisyah r.a. atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid atas makanan lainnya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka) yaitu kaum Bani Israel (dengan pengetahuan) Kami yang mengetahui semua keadaan mereka (atas orang-orang yang pandai) di zamannya, yakni mereka dipilih menjadi orang-orang yang lebih pandai daripada orang-orang yang pandai di zamannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah bersumpah, "Kami sungguh telah memilih Banû Isrâ'îl, karena Kami mengetahui keberhakan mereka untuk dipilih, di antara kalangan orang-orang berilmu pada zaman mereka. Kami mengutus banyak nabi dari kalangan Banû Isrâ'îl, meskipun Kami mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya.