Al-Hujurat Ayat 18
اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ ( الحجرات: ١٨ )
'Inna Allāha Ya`lamu Ghayba As-Samāwāti Wa Al-'Arđi Wa Allāhu Başīrun Bimā Ta`malūna (al-Ḥujurāt 49:18)
Artinya:
Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. [49] Al-Hujurat : 18)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
-1. Qàf. Allah bersumpah dengan kitab-Nya : Demi Al-Qur’an yang mulia.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Mengetahui apa-apa yang gaib di langit dan di bumi. Dia-lah yang melihat apa yang tersembunyi di dalam hati, dan apa yang diucapkan oleh lidah karena Allah Maha Melihat apa yang dikerjakan oleh seluruh hamba-hamba-Nya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian Allah Swt. mengulangi pemberitaan-Nya, bahwa Dia mengetahui semua makhluk dan melihat semua amal perbuatan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurat: 18)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi) yakni apa-apa yang tidak kelihatan pada keduanya. (Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan) dapat dibaca Ta'maluuna atau Ya'maluuna, kalau dibaca Ya'maluuna artinya, Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Maksudnya tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah sungguh mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi, dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.
6 Tafsir as-Saadi
"Orang-orang Arab Badui itu berkata, 'Kami telah beriman.' Katakanlah (kepada mereka), 'Kamu belum beriman, tetapi kata-kanlah, 'Kami telah tunduk,' karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; se-sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'. Se-sungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah (kepada mereka), 'Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah menge-tahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.' Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, 'Jangan-lah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislam-anmu, sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar'. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Hujurat: 14-18).
(14-18) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang perkataan orang-orang Arab badui. Mereka adalah orang-orang yang masuk Islam di masa Rasulullah a tanpa disertai pengetahuan dan tidak me-nunaikan kewajiban dan tuntutan keimanan, meski demikian me-reka mengklaim seraya berkata, ﴾ ءَامَنَّاۖ ﴿ "Kami telah beriman," dengan keimanan yang sempurna yang memenuhi semua perkaranya. Inilah maksud dari perkataan mereka. Maka Allah memerintahkan RasulNya untuk membantah mereka, ﴾ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ ﴿ "Katakanlah (kepada mereka), 'Kamu belum beriman'." Artinya, janganlah kalian mengklaim kedudukan iman yang sempurna pada diri kalian, baik secara lahir maupun batin, ﴾ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا ﴿ "tetapi katakanlah, 'Kami telah tunduk'," yaitu telah masuk dalam Islam dan cukupkan pada batas itu, ﴾ و َ ﴿ "dan," penyebab hal itu adalah karena ﴾ ل َ م ّ َ ا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ ﴿ "Iman itu belum masuk ke dalam hatimu." Kalian hanya baru masuk Islam karena takut atau mengharap sesuatu dan lainnya yang menjadi penyebab keimanan kalian, karena itulah pancaran keimanan belum merasuk ke dalam hati kalian.
Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ ﴿ "Iman itu belum masuk ke dalam hatimu," yakni pada waktu kalian mengutarakan pembi-caraan ini.
Dalam ayat ini terdapat isyarat tentang hal ihwal mereka setelah itu, sebab tidak sedikit dari mereka yang diberi keimanan hakiki oleh Allah سبحانه وتعالى serta berjihad di jalanNya, ﴾ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ﴿ "dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya," dengan mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan, ﴾ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيۡـًٔاۚ ﴿ "Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu." Yakni, tidak menguranginya sebesar biji atom pun, justru Allah سبحانه وتعالى akan me-nyempurnakannya untuk kalian sehingga kalian tidak akan kehi-langan pahala amalan yang besar maupun yang kecil.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Yakni, Maha Pengampun terhadap orang yang bertau-bat dan kembali padaNya serta Maha Penyayang padanya karena taubatnya diterima.
(15) ﴾ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman," yakni secara hakiki, i a l a h ﴾ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ ﴿ "orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah." Yakni, orang yang menyatukan antara keimanan terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan jihad di jalan-Nya; sebab orang yang menegakkan jihad terhadap kaum kafir itu menunjukkan kesempurnaan imannya di dalam hati. Sebab orang yang memerangi kaum kafir atas nama Islam dan iman serta me-nunaikan syariat-syariat Allah سبحانه وتعالى itu, tentu sudah pasti telah ber-jihad terhadap dirinya sendiri. Orang yang tidak mampu berjihad menunjukkan kelemahan imannya. Dalam beriman, Allah سبحانه وتعالى men-syaratkan tidak adanya keraguan, karena iman yang bermanfaat itu adalah tekad bulat dan keyakinan terhadap perintah Allah سبحانه وتعالى untuk beriman padaNya yang tidak disertai dengan keraguan sedikit pun.
Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ ﴿ "Mereka itulah orang-orang yang benar," yakni, orang-orang yang membuktikan keimanan mereka dengan perbuatan-perbuatan baik. Kejujuran adalah pe-ngakuan besar terhadap segala hal yang diakui, dan orang yang jujur memerlukan hujjah dan bukti, dan bukti terbesar adalah klaim keimanan yang merupakan pusat kebahagiaan dan kemenangan abadi, maka siapa pun yang mengaku beriman dan mengerjakan kewajiban serta keharusan iman, maka ia adalah orang jujur dan Mukmin sejati. Sebaliknya orang yang tidak demikian halnya dapat diketahui bahwa pengakuannya tidak benar, sehingga pengakuan-nya tidak berguna sama sekali, sebab keimanan dalam hati itu hanya diketahui oleh Allah سبحانه وتعالى semata. Maka penegasan atau pena-fian keimanan (di sini) adalah tindakan yang mengajari Allah سبحانه وتعالى terhadap sesuatu yang ada di dalam hati dan ini merupakan etika dan dugaan yang tidak baik terhadap Allah سبحانه وتعالى.
(16) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ قُلۡ أَتُعَلِّمُونَ ٱللَّهَ بِدِينِكُمۡ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ﴿ "Katakanlah (kepada mereka), 'Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?'" Ini mencakup segala sesuatu termasuk keimanan, kekufuran, kebaikan, dan keburukan. Semua itu diketahui oleh Allah سبحانه وتعالى dan akan mem-berikan balasannya, balasan baik akan diberikan pada amalan baik dan balasan buruk diberikan pada amalan buruk.
(17) Ini merupakan kondisi orang yang mengaku beriman padahal sebenarnya tidak. Pengakuan tersebut dilakukan adaka-lanya untuk mengajari Allah سبحانه وتعالى, padahal Allah سبحانه وتعالى Maha Mengetahui segala sesuatu, adakalanya juga pengakuan itu dimaksudkan seba-gai karunia atas RasulNya dan mereka telah mencurahkan segala sesuatu dan menyumbangkan segala sesuatu yang bukan untuk kepentingan akhiratnya, namun untuk hal-hal keduniaan. Penga-kuan ini adalah basa-basi yang tidak baik serta kebanggaan yang tidak sepatutnya dibanggakan pada RasulNya, karena sesung-guhnya karunia dan pemberian itu milik Allah سبحانه وتعالى semata, karena Allah سبحانه وتعالى lah yang memberikan karunia kepada mereka dengan menciptakan mereka, memberi rizki dan berbagai nikmat baik yang nampak maupun tidak, oleh karena itu pemberian karunia berupa petunjuk agama Islam dan keimanan merupakan karunia yang terbesar.
Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, 'Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar'."
(18) ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ﴿ "Sesungguhnya Allah mengeta-hui apa yang ghaib di langit dan di bumi," yakni hal-hal yang tidak nampak yang ada di langit dan di bumi, yang tidak dapat dilihat oleh makhluk seperti apa yang terdapat dalam gelombang samu-dera serta kesunyian di dalamnya, semua yang ditutupi oleh malam dan disembunyikan oleh siang, Allah mengetahui setiap tetesan hujan, jumlah pasir, apa pun yang tersimpan dalam dada serta hal-hal yang tidak nampak.
﴾ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ﴿
"Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengeta-huinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Al-An'am: 59).
﴾ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu ker-jakan," dan akan menghitung semua amal kalian dan akan disem-purnakan serta akan dibalas sesuai tuntutan rahmatNya yang luas dan hikmahNya yang tinggi.
Atas pertolongan, karunia dan kemuliaan Allah سبحانه وتعالى, tafsir surat al-Hujurat ini dapat diselesaikan. Segala puji hanya bagi Allah سبحانه وتعالى semata.