Al-Ma'idah Ayat 81
وَلَوْ كَانُوْا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالنَّبِيِّ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ وَلٰكِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ( المائدة: ٨١ )
Wa Law Kānū Yu'uminūna Billāhi Wa An-Nabīyi Wa Mā 'Unzila 'Ilayhi Mā Attakhadhūhum 'Awliyā'a Wa Lakinna Kathīrāan Minhum Fāsiqūna. (al-Māʾidah 5:81)
Artinya:
Dan sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Muhammad) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang musyrik itu sebagai teman setia. Tetapi banyak di antara mereka orang-orang yang fasik. (QS. [5] Al-Ma'idah : 81)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan sekiranya mereka, yaitu orang-orang Yahudi yang bekerja sama dengan orang kafir, itu beriman kepada Allah, kepada Nabi Muhammad, dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur'an, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang-orang musyrik itu sebagai penolong-penolong atau teman setia yang membantu mereka untuk memerangi Nabi dan umat Islam. Akan tetapi, kenyataannya banyak di antara mereka adalah orang-orang yang fasik, yang sering melakukan penyimpangan dari ajaran agamanya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa kalau masyarakat Yahudi yang tolong-menolong dengan kaum musyrik Arab itu beriman kepada Nabi Musa sebagaimana pengakuan mereka, serta beriman kepada ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa, tentulah mereka tidak mungkin tolong-menolong dengan orang-orang musyrik yang menyembah berhala. Karena ajaran agama mereka yang murni tidak dapat membenarkan hal itu. Tetapi kebanyakan mereka adalah orang fasik yang oleh karenanya mereka dapat bersatu dan berkerja sama karena diikat oleh suatu kepentingan yaitu menentang Nabi Muhammad, menolak ajaran-ajaran Al-Qur'an dan berusaha membikin jera orang yang beriman kepada Muhammad.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Muslim, dari Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Huzaifah, dari Nabi Saw., lalu ia mengetengahkan hadis ini.
Ia pun mengetengahkannya pula melalui jalur Sa'id ibnu Afir, dari Muslim, dari Abu Abdur Rahman Al-Kufi, dari Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Huzaifah, dari Nabi Saw., lalu ia mengetengahkan hadis yang semisal. Akan tetapi, dalam keadaan bagaimana pun hadis ini berpredikat daif.
Firman Allah Swt.:
Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada nabi, dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrik itu menjadi penolong-penolong.
Dengan kata lain, sekiranya mereka beriman dengan sesungguhnya kepada Allah dan Rasul-Nya serta Al-Qur'an, niscaya mereka tidak akan terjerumus ke dalam perbuatan menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong-penolong mereka dalam batinnya, dan memusuhi orang-orang yang beriman kepada Allah, Nabi, dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya.
Tetapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik
Yakni keluar dari jalan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menentang ayat-ayat wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi) Muhammad (dan kepada apa yang diturunkan kepadanya niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrik itu) orang-orang kafir (menjadi penolong-penolong tetapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik/durhaka) mereka adalah orang-orang yang menyimpang dari keimanan.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Jika akidah mereka dalam mengimani Allah dan rasul-Nya, Muhammad, serta al-Qur'ân yang diturunkan kepadanya itu benar, niscaya keimanan itu akan dapat mencegah mereka dari menolong orang-orang kafir dalam melawan orang-orang Mukmin. Akan tetapi kebanyakan Banû Isrâ'îl berbuat maksiat dan keluar dari agama.
6 Tafsir as-Saadi
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama-mu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.' Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa), dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan menjadikan orang-orang musyrikin itu sebagai penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik." (Al-Ma`idah: 77-81).
(77) Allah berfirman kepada NabiNya, ﴾ قُلۡ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لَا تَغۡلُواْ فِي دِينِكُمۡ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ ﴿ "Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu'." Maksudnya, kamu jangan melampaui batas kebenaran kepada ke-batilan. Hal itu seperti ucapan mereka tentang Isa al-Masih yang telah disebutkan di atas, juga seperti sikapmu yang berlebih-lebihan pada sebagian tetua (tokoh) demi mengikuti hawa nafsu ﴾ قَوۡمٖ قَدۡ ضَلُّواْ مِن قَبۡلُ ﴿ "orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad), artinya, kesesatan mereka memang telah ada sebelum-nya, ﴾ وَأَضَلُّواْ كَثِيرٗا ﴿ "dan mereka telah menyesatkan kebanyakan" ma-nusia dengan mengajak mereka kepada agama yang mereka anut. ﴾ وَضَلُّواْ عَن سَوَآءِ ٱلسَّبِيلِ ﴿ "Dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." Artinya, jalan yang benar. Maka mereka mengumpulkan antara kesesatan dan menyesatkan (orang lain). Mereka itu adalah para imam kese-satan, di mana Allah memperingatkan kita dari mereka dan dari mengikuti hawa nafsu mereka yang sesat dan pandangan mereka yang menyimpang.
(78) Kemudian Allah berfirman, ﴾ لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ﴿ "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil," maksudnya, mereka diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah, ﴾ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ﴿ "melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam," yaitu, dengan kesak-sian dan pengakuan mereka berdua bahwa hujjah telah tegak atas mereka dan mereka mengingkarinya.
﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Yang demikian itu," yakni kekufuran dan laknat ﴾ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ﴿ "disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." Maksudnya, karena kemaksiatan dan kezhaliman mereka terhadap hamba-hamba Allah, menjadi penyebab kekufuran dan kejauhan mereka dari rahmat Allah, karena dosa dan kezhaliman memiliki akibat buruk.
(79) Di antara kedurhakaan mereka yang menjadi penyebab turunnya azab dan terjadinya hukuman adalah b a h w a ﴾ كَانُواْ لَا يَتَنَاهَوۡنَ عَن مُّنكَرٖ فَعَلُوهُۚ ﴿ "mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat." Artinya, mereka melakukan kemungkaran tetapi sebagian dari mereka tidak melarang sebagi-an yang lain, maka pelaku dan yang lainnya yang mendiamkan kemungkaran walaupun dia mampu mengingkarinya adalah sama.
Itu menunjukkan bahwa mereka meremehkan perintah Allah dan maksiat kepadaNya bagi mereka adalah sepele. Jika mereka memiliki penghormatan kepada Rabb mereka, niscaya mereka akan memiliki ghirah terhadap apa-apa yang diharamkanNya dan tentu-nya akan marah karena marahNya.
Dan sesungguhnya mendiamkan kemungkaran padahal dia mampu untuk mengingkarinya dapat menimbulkan azab, karena ia mengandung dampak negatif yang besar:
Di antaranya adalah, sekedar mendiamkan suatu maksiat saja, walaupun orang yang diam itu tidak melakukannya secara lang-sung, sebagaimana kemaksiatan harus dijauhi, pengingkaran ter-hadap kemaksiatan juga harus dilakukan.
Di antaranya adalah apa yang telah dijelaskan yaitu bahwa itu menunjukkan rasa meremehkan terhadap kemaksiatan dan kurangnya rasa risih karenanya.
Di antaranya adalah bahwa itu membuat para berandal, pelaku maksiat semakin berani memperbanyak kemaksiatan jika mereka belum jera darinya, maka keburukan meningkat, musibah dunia dan agama menjadi besar. Para pelaku kemaksiatan itu merajalela dan berkuasa, lalu setelah itu para pengikut kebaikan melemah dalam melawan para pengikut kemaksiatan, akhirnya apa yang dahulu mereka mampu lakukan, sekarang tidak lagi mampu mereka lakukan.
Di antaranya adalah menjadi penyebab terkikisnya ilmu dan merajalelanya kebodohan. Jika kemaksiatan diulang-ulang dan dilakukan oleh banyak orang lalu para ulama tidak ada yang meng-ingkarinya, maka akan dikira bahwa ia bukanlah kemaksiatan bah-kan bisa jadi orang bodoh mengiranya sebagai ibadah yang baik. Kerusakan mana lagi yang lebih besar daripada meyakini apa yang diharamkan oleh Allah sebagai sesuatu yang halal, kebenaran men-jadi jungkir balik dan yang haq terlihat sebagai suatu kebatilan?
Di antaranya adalah bahwa mendiamkan kemaksiatan bisa menghiasi kemaksiatan itu di hati manusia, lalu sebagian orang mengikuti sebagian yang lain. Manusia cenderung meniru orang yang sepertinya dari kaumnya. Dan banyak lagi yang lainnya.
Mendiamkan kemungkaran akan berakibat seperti ini, maka Allah menyatakan bahwa Bani Israil yang kafir dari mereka dilak-nat olehNya karena kemaksiatan dan pelanggarannya dan dikhu-suskan dari itu kemungkaran besar ini. ﴾ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ﴿ "Se-sungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."
(80) ﴾ تَرَىٰ كَثِيرٗا مِّنۡهُمۡ يَتَوَلَّوۡنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ ﴿ "Kamu melihat keba-nyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik)," dengan kecintaan, loyalitas, dan dukungan. ﴾ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَهُمۡ أَنفُسُهُمۡ ﴿ "Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka." Yaitu, barang yang tidak laku dan dagangan yang merugi ini yaitu kemurkaan Allah, yang karena murkaNya segala sesuatu ikut murka dan selama-lamanya berada di dalam azab yang besar. Mereka telah dizhalimi oleh diri mereka sendiri di mana ia memberikan mereka bagian yang tidak mulia ini, dan mereka juga menzhalimi diri mereka karena telah melenyapkan darinya nik-mat yang kekal.
(81) ﴾ وَلَوۡ كَانُواْ يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلنَّبِيِّ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مَا ٱتَّخَذُوهُمۡ أَوۡلِيَآءَ ﴿ "Se-kiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa), dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan men-jadikan orang-orang musyrik itu sebagai penolong-penolong," karena iman kepada Allah, kepada Nabi, dan kepada apa yang diturun-kan kepadanya menuntut seorang hamba agar memberikan wala`nya (loyalitas) kepada Allah dan kepada wali-waliNya dan memusuhi orang-orang yang kafir kepadaNya, memusuhiNya dan meneng-gelamkan diri di dalam kemaksiatan kepadaNya. Syarat perwalian Allah dan iman kepadaNya adalah hendaknya tidak mengangkat musuh-musuh Allah sebagai penolong (pemimpin). Syarat ini tidak ada pada mereka, maka akibat dari syarat itu pun juga tidak ada.
﴾ وَلَٰكِنَّ كَثِيرٗا مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ ﴿ "Tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik," artinya, menyimpang dari ketaatan kepada Allah, iman kepadaNya dan kepada Nabi. Dan di antara kefasikan mereka adalah mengangkat musuh-musuh Allah sebagai penolong (pemimpin).