At-Tur Ayat 28
اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوْهُۗ اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ ( الطور: ٢٨ )
'Innā Kunnā Min Qablu Nad`ūhu 'Innahu Huwa Al-Barru Ar-Raĥīmu. (aṭ-Ṭūr 52:28)
Artinya:
Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dialah Yang Maha Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang.” (QS. [52] At-Tur : 28)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Sesungguhnya kami sebelum menerima anugerah ini selalu menyembah dan berdoa kepada-Nya sejak di dunia dahulu. Tuhan telah mengabulkan doa kami. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Melimpahkan kebaikan kepada orang yang bertakwa, lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa penghunipenghuni surga itu telah memenuhi persyaratan seruan Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka mendapat kemuliaan itu. Mereka berkata bahwa mereka dahulu menyembah Allah dan memohon kepada-Nya. Maka Allah memperkenankan dan mengabulkan permintaan mereka dan menerima ibadah mereka, karena Allah yang melimpahkan kebaikan, dan pemberi karunia, lagi Maha Penyayang. Setiap orang yang beriman dan setiap orang kafir tidak akan pernah lupa, akan apa yang telah mereka perbuat di dunia, kenikmatan orang-orang yang beriman akan bertambah bila mereka melihat bahwa mereka telah berpindah dari penjara dunia ke alam kesenangan akhirat, dan dari kesempitan kepada kelapangan. Sebaliknya bertambahlah siksa orang kafir bilamana ia melihat bahwa dirinya telah berpindah dari kemewahan dunia ke alam penderitaan, dan kesengsaraan neraka Jahanam di akhirat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. (Ath-Thur: 28)
Yakni berendah diri memohon kepada-Nya. Maka Dia memperkenankan bagi kami dan memberi kami apa yang kami minta.
Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (Ath-Thur: 28)
Sehubungan dengan hal ini ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila ahli surga telah memasuki surga, mereka merasa rindu kepada teman-teman mereka, maka datanglah (kepadanya) singgasana temannya itu hingga berhadapan dengan singgasananya. Lalu keduanya berbincang-bincang seraya bersandar di singgasananya masing-masing. Keduanya membicarakan masa lalu mereka ketika di dunia; salah seorangnya berkata kepada temannya, "Hai Fulan, tahukah kamu hari apakah Allah memberikan ampunan kepada kita? Yaitu di hari ketika berada di tempat anu, lalu kita berdoa kepada Allah (memohon ampun), maka Dia memberi ampun bagi kita.”
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengenal hadis ini diriwayatkan kecuali melalui sanad ini.
Menurut hemat saya (Ibnu Kasir), Sa'id ibnu Dinar Ad-Dimasyqi menurut Abu Hatim orangnya tidak dikenal, dan mengenai syekhnya (gurunya) —yaitu Ar-Rabi' ibnu Sabih— dipertanyakan bukan hanya oleh seorang ulama ditinjau dari segi hafalannya, tetapi dia adalah seorang yang saleh lagi siqah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdullah Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Aisyah, bahwa ia membaca firman-Nya: Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah Yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (Ath-Thur: 27-28) Lalu ia berdoa, '"Ya Allah, berilah kami anugerah (karunia), dan peliharalah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pelimpah kebaikan lagi Maha Penyayang."
Ditanyakan kepada Al-A'masy, "Apakah ia mengucapkannya dalam salat?" Al-A'masy menjawab, "Ya."
4 Tafsir Al-Jalalain
("Sesungguhnya kami dahulu) sewaktu di dunia (menyeru-Nya) menyembah dan mengesakan-Nya. (Sesungguhnya Dia) kalau dibaca Innahuu dengan dikasrahkan huruf Hamzahnya, berarti merupakan jumlah Isti'naf atau kalimat permulaan, sekalipun maknanya mengandung 'Illat. Dan bila dibaca Annahuu dengan difatahkan huruf Hamzahnya, berarti lafalnya menunjukkan makna 'Illat (adalah yang melimpahkan kebaikan) Yang berbuat kebaikan dan menepati janji-Nya (lagi Maha
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sesungguhnya kami sebelumnya menyembah-Nya di dunia. Dialah satu-satunya Tuhan yang melimpahkan kebaikan dan yang kasih sayang-Nya amat besar.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaidah dan tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu seperti mutiara yang tersimpan. Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab). Maka Allah memberi-kan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu memohon padaNya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang'." (Ath-Thur: 21-28).
(21) Inilah di antara penyempurna kenikmatan penduduk surga, yakni, Allah سبحانه وتعالى mempertemukan mereka dengan keturunan mereka yang seiman, mereka dipertemukan karena keimanan dari ayah-ayah mereka sehingga keturunan mereka menjadi pengikut ayah-ayah mereka karena keimanan. Lebih dari itu, karena ketu-runan mereka ikut serta karena keimanan mereka, maka keturunan mereka itu dipertemukan dengan ayah-ayah mereka di surga oleh Allah سبحانه وتعالى meski amalan mereka tidak setara dengan amalan orang tua mereka sebagai balasan baik untuk orang tua mereka dan sebagai tambahan atas pahala mereka. Meski demikian, Allah سبحانه وتعالى tidak mengurangi sama sekali amalan orang tua mereka. Dari sini mungkin saja orang yang salah memahami bahwa penduduk ne-raka akan dipertemukan Allah سبحانه وتعالى dengan keturunan mereka, Allah سبحانه وتعالى menyebutkan bahwa hukum kedua tempat (surga dan neraka) tidak sama. Neraka adalah tempat keadilan dan di antara keadilan Allah سبحانه وتعالى tidak menyiksa seorang pun kecuali karena dosa, karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ ﴿ "Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya," artinya tergadai dengan amalannya. Orang tidak akan menanggung beban dosa orang lain dan sese-orang tidak akan diberi tanggungan dosa orang lain. Paparan ini berguna untuk menghilangkan dugaan keliru di atas.
(22) Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَأَمۡدَدۡنَٰهُم ﴿ "Dan Kami beri mereka tam-bahan," artinya, Kami memberi penduduk surga karena karunia Kami yang luas dan rizki Kami yang banyak, ﴾ بِفَٰكِهَةٖ ﴿ "dengan buah-buahan," berupa anggur, delima, jeruk dan berbagai macam buah-buahan lezat lainnya melebihi yang mereka butuhkan, ﴾ وَلَحۡمٖ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ ﴿ "dan daging dari segala jenis yang mereka ingini," semua da-ging yang mereka inginkan, baik berupa daging burung maupun lainnya.
(23) ﴾ يَتَنَٰزَعُونَ فِيهَا كَأۡسٗا ﴿ "Di dalam surga mereka saling memperebut-kan piala (gelas)," artinya, gelas-gelas piala serta arak berputar me-ngelilingi mereka, penduduk surga saling memberi satu sama lain, anak-anak kecil mengelilingi mereka dengan membawa gelas dan ceret, ﴾ لَّا لَغۡوٞ فِيهَا وَلَا تَأۡثِيمٞ ﴿ "yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaidah dan tiada pula perbuatan dosa." Artinya tidak ada kata sia-sia di dalam surga yaitu kata-kata yang tidak berguna dan dosa yang bisa mendatangkan dosa dan maksiat. Karena dua hal ter-sebut tidak ada (perkataan tiada guna dan dosa), maka yang ada adalah perkataan salam, baik, suci, yang membuat hati bahagia, penduduk surga saling bergaul dengan baik, saling memberi mi-num satu sama lain dengan baik. Mereka tidak mendengar Firman Rabb mereka kecuali yang meneduhkan mata mereka, yang menun-jukkan keridhaanNya terhadap mereka dan kecintaanNya kepada mereka.
(24) ﴾ وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ غِلۡمَانٞ لَّهُمۡ ﴿ "Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka," yakni, pelayan-pelayan muda, ﴾ كَأَنَّهُمۡ لُؤۡلُؤٞ مَّكۡنُونٞ ﴿ "seakan-akan mereka itu seperti mutiara yang tersimpan," karena indah dan rapinya mereka, mereka mengelilingi penduduk surga untuk melayani mereka dan memenuhi keinginan mereka, ini menunjukkan banyaknya kenikmatan mereka serta luas dan sempurnanya kesenangan.
(25) ﴾ وَأَقۡبَلَ بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ يَتَسَآءَلُونَ ﴿ "Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling tanya-menanya," tentang masalah dan kondisi pada saat di dunia.
(26) ﴾ قَالُوٓاْ ﴿ "Mereka berkata," menjelaskan penyebab yang membuat mereka sampai ke surga berupa berbagai pengalaman serta kesenangan, ﴾ إِنَّا كُنَّا قَبۡلُ ﴿ "sesungguhnya kami dahulu," ketika berada di dunia, ﴾ فِيٓ أَهۡلِنَا مُشۡفِقِينَ ﴿ "sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)," artinya, kami merasa takut sehingga kami meninggalkan berbagai dosa dan karena rasa takut itu pun kami memperbaiki aib-aib kami.
(27) ﴾ فَمَنَّ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا ﴿ "Maka Allah memberikan karunia kepada kami," dengan hidayah dan pertolongan, ﴾ وَوَقَىٰنَا عَذَابَ ٱلسَّمُومِ ﴿ "dan memelihara kami dari azab neraka," azab yang amat sangat panas.
(28) ﴾ إِنَّا كُنَّا مِن قَبۡلُ نَدۡعُوهُۖ ﴿ "Sesungguhnya kami dahulu memo-hon padaNya," agar kami dijaga dari siksaan yang membara serta agar kami disampaikan pada kenikmatan. Permintaan tersebut mencakup doa ibadah dan doa meminta. Kami sewaktu di dunia menyembahNya di segala waktu. ﴾ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡبَرُّ ٱلرَّحِيمُ ﴿ "Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang," dan di antara kebaikan dan rahmatNya kepada kami adalah kami men-dapatkan ridha dan surgaNya serta menjaga kami dari kemurkaan dan nerakaNya.