Skip to main content

قُلْ مَنْ يُّنَجِّيْكُمْ مِّنْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُوْنَهٗ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۚ لَىِٕنْ اَنْجٰىنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ   ( الأنعام: ٦٣ )

qul
قُلْ
katakanlah
man
مَن
siapa
yunajjīkum
يُنَجِّيكُم
yang dapat menyelamatkan kamu
min
مِّن
dari
ẓulumāti
ظُلُمَٰتِ
kegelapan
l-bari
ٱلْبَرِّ
darat
wal-baḥri
وَٱلْبَحْرِ
dan laut
tadʿūnahu
تَدْعُونَهُۥ
kamu mohon kepadaNya
taḍarruʿan
تَضَرُّعًا
dengan merendahkan diri
wakhuf'yatan
وَخُفْيَةً
dan sembunyi/suara lembut
la-in
لَّئِنْ
sungguh jika
anjānā
أَنجَىٰنَا
Dia menyelamatkan kami
min
مِنْ
dari
hādhihi
هَٰذِهِۦ
ini
lanakūnanna
لَنَكُونَنَّ
tentu kami menjadi
mina
مِنَ
dari/termasuk
l-shākirīna
ٱلشَّٰكِرِينَ
orang-orang yang bersyukur

Qul Man Yunajjīkum Min Žulumāti Al-Barri Wa Al-Baĥri Tad`ūnahu Tađarru`āan Wa Khufyatan La'in 'Anjānā Min Hadhihi Lanakūnanna Mina Ash-Shākirīna. (al-ʾAnʿām 6:63)

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?” (Dengan mengatakan), “Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS. [6] Al-An'am : 63)

1 Tafsir Ringkas Kemenag

Keluasan ilmu Allah telah dijelaskan, kekuasaan Allah yang mutlak telah dipaparkan, kini dijelaskan tentang salah satu sifat negatif manusia yaitu merasa membutuhkan Allah pada saat terdesak. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari kegelapan-kegelapan, yaitu aneka bencana, di darat dan di laut, yang mana saat kejadian itu kamu berdoa secara tulus kepada-Nya dengan rendah hati yaitu menunjukkan dirimu sebagai orang yang amat membutuhkan pertolongan dan dengan suara yang lembut sehingga menimbulkan rasa iba bagi yang mendengarnya, dengan mengatakan secara sungguhsungguh yang dikuatkan dengan janji, 'Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang benar-benar mantap bersyukur'?" Itulah tabiat manusia khususnya yang durhaka. Pada saat tertimpa kesulitan yang mengancam keselamatan jiwanya, janji taat kepada Allah pun diucapkan. Namun pada saat situasi kembali normal, maka kedurhakaan pun berulang.